Laringoedema

Laringoedema
Edema laring merupakan pembengkakan yang dapat disebabkan oleh proses inflamasi baik diakibatkan oleh infeksi maupun peradangan secara umum

Bagikan :


Definisi

Laring merupakan saluran yang menghubungkan antara tenggorokan dengan sistem pernapasan. Saluran ini memungkinkan udara masuk dari tenggorokan ke trakea untuk kemudian masuk ke dalam paru - paru. Laring terdiri dari tulang rawan yang berfungsi untuk membangun struktur laring sedangkan jaringan otot membantu laring untuk proses menelan, bernapas dan menghasilkan suara. Laring sendiri memiliki berbagai fungsi penting bagi tubuh seperti menyalurkan udara untuk pernapasan, melindungi pita suara dan mencegah risiko tersedak. Selain itu, laring juga mampu mendeteksi partikel asing seperti virus, bakteri ataupun kotoran masuk ke saluran pernafasan dan menyebabkan infeksi.

Ketika partikel asing masuk ke dalam laring, laring akan menimbulkan respon berupa batuk sebagai respon untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Laring juga memiliki peran sebagai tempat kotak suara karena di dalam laring terdapat pita suara yang dapat bergetar sehingga dapat menimbulkan bunyi sehingga kita dapat berbicara, bernyanyi dan berteriak. Laring juga memiliki fungsi untuk mencegah terjadinya tersedak karena adanya epiglotis. Epiglotis merupakan katup yang berguna sebagai pintu masuk laring dalam proses menelan makanan maupun minum. Epiglotis ini hanya akan terbuka jika kita makan sehingga mencegah makanan/minuman masuk ke faring dan menyebabkan tersedak.

Edema secara umum merupakan kondisi yang disebabkan dari kelebihan volume cairan dalam tubuh. Edema laring merupakan pembengkakan yang dapat disebabkan penumpukan cairan yang berlebihan di daerah laring. Pembengkakan ini dapat disebabkan oleh proses inflamasi baik diakibatkan oleh infeksi maupun peradangan secara umum. Laringoedema sendiri dapat merupakan salah satu komplikasi yang disebabkan oleh penyakit lain namun jarang terjadi. Kondisi ini harus diwaspadai karena dapat menyebabkan kondisi gawat darurat.

Penyebab

Laringoedema lebih sering terjadi pada malam hari dan terutama pada anak - anak. Hal ini dapat disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh bakteri streptokokus. Selain karena infeksi bakteri, laringoedema juga biasanya dapat disebabkan oleh penyakit - penyakit umum yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh seperti diabetes, uremia, defisiensi vitamin, kaheksia maupun akibat infeksi seperti influenza dan demam berdarah. Selain itu, adanya luka atau trauma pada laring serta adanya gangguan pernapasan juga menjadi beberapa penyebab dari laringoedema. Salah satu jenis trauma yang sering menyebabkan laringoedema adalah setelah pencabutan selang bantu nafas pada pasien rumah sakit. Larigoedema biasanya akan muncul dalam waktu 30 sampai 60 menit setelah pelepasan selang yang telah ditancapkan pada tenggorokan (ekstubasi), walaupun terkadang dapat muncul paling lambat 6 jam setelah pelepasan selang tersebut. 

Faktor Resiko

Beberapa faktor risiko dapat meningkatkan resiko terjadinya laringoedema seperti jenis kelamin perempuan dan usia anak hinga remaja. Kondisi medis tertentu seperti penggunaan intubasi (selang) dalam jangka panjang dan terapi seperti riwayat radioterapi pada bagian kepala dan leher juga meningkatkan risiko mengalami laringoedema.

Gejala

Gejala dari laringoedema yang paling sering dirasakan adalah gangguan pada saluran napas. Selain itu, kondisi ini juga dapat disertai dengan adanya peningkatan suhu tubuh dan penurunan fungsi suara yang signifikan. Beberapa gejala klinis dari laringoedema seperti kesulitan untuk menelan (disfagia), ada sensasi seperti benjolan atau mengganjal pada tenggorokan, rasa sesak pada tenggorokan, perubahan suara termasuk ada suara serak dan kasar serta sesak napas. Pada pasien dengan laringoedema lanjut, mungkin juga akan mengalami sesak napas dan hingga kehilangan suara.

Diagnosa

Dokter akan melakukan pemeriksaan berdasarkan gejala yang Anda rasakan dan riwayat kesehatan Anda. Diagnosa pada anak - anak biasanya lebih sulit dibandingkan pada orang dewasa disebabkan adanya kesulitan pemeriksaan fisik dan alasan lain yang menyebabkan edema pada laring anak - anak. Orang tua dari anak yang mengalami laringoedema dapat memberikan informasi yang diberikan pada dokter. Beberapa pemeriksaan yang dapat disarakankan oleh dokter untuk mendukung diagnosa pada laringoedema yaitu seperti laringoskopi langsung dan ultrasonografi. Laringoskopi langsung dilakukan untuk penyakit di dalam dan sekitar laring sedangkan ultrasonografi dilakukan untuk mendiagnosis bila adanya kelainan bentuk laring maupun tumor.

Tata Laksana

Pengobatan pada laringoedema bergantung pada tingkat keparahan dari gejala yang dialami. Kondisi yang ringan dapat mencoba perawatan di rumah. Dokter mungkin akan memberikan saran berupa menelan potongan kecil es batu dan mengkompres es pada area leher. Namun pada kasus yang berat atau bila dirasa gejala sudah parah, dokter akan memberikan beberapa pengobatan seperti obat antihistamin, antiinflamasi dan obat pendukung lainnya. Pada kasus laringoedema yang disebabkan oleh penyakit umum atau keracunan, dokter akan melakukan pemeriksaan dan memberikan pengobatan untuk penyakit pendasar dan tindakan untuk meredakan laringoedema. Bila diperlukan, dokter mungkin akan meresepkan antibiotik intensif.

Perlu diperhatikan bahwa laringoedema dapat berkembang dengan sangat cepat sehingga dapat mengarah pada bahaya sesak napas akut yang bersifat gawat darurat dan segera membutuhkan tindakan. Tindakan akhir yang dapat dilakukan berupa intubasi untuk membantu proses pernapasan. Intubasi merupakan proses dimana dokter memasukkan selang melalui hidung atau mulut pasien, lalu turun ke dalam trakea. Selang tersebut membantu trakea terbuka sehingga udara bisa masuk melalui selang. Selang tersebut dapat terhubung ke mesin yang memberikan udara atau oksigen. Selain pemasangan selang, selanjutnya terapi dari laringoedema dapat berupa pemberian oksigen yang telah dilembapkan, nebul efineprin, posisi kepala yang ditinggikan dan pada kondisi tertentu, biasanya dapat dilakukan pemasangan selang kembali dengan ukuran selang yang lebih kecil (Endo Tracheal tube) apabila kondisi membaik. Secara garis besar, penanganan laringoedema bergantung dari tingkat ke keparahan dan kondisi dari pasien.

Komplikasi

Laringoedema dapat menyebabkan komplikasi bila tidak dirawat dan dapat berakibat fatal karena terkait gangguan pernapasan yang akan terjadi (sesak napas dan napas pendek). Selain itu, pada proses pemasangan selang (intube) yang menyebabkan laringoedema dapat juga menyebabkan adanya infeksi. Pada kondisi terburuk, laringoendema setelah pencabutan selang dapat menyebabkan gagal pernapasan sehingga memerlukan intubasi kembali.

Pencegahan

Laringoedema dapat terjadi pada penggunaan selang pernafasan terutama pada pasien yang dirawat intensif. Meskipun resiko terjadi laringoedem tinggi pada pemasangan selang pernafasan, namun harus dipertimbangkan kelebihan dan kekurangan dari penggunaan selang tersebut. Dokter akan memberikan antibiotik pada awal sebagai pencegahan terjadinya infeksi pada pemasangan selang. Pada beberapa penelitian, penggunaan kortikosteroid menunjukkan adanya penurunan kejadian dari laringoedema. Penggunaan steroid dari infus juga bertujuan untuk pencegahan atau mengurangi edema setelah penggunaan ventilasi dalam jangka panjang (>36 jam). Terapi ini menunjukkan adanya efek yang bermanfaat terutama untuk pasien dewasa. 

Kapan Harus ke Dokter?

Hubungi dokter Anda bila Anda mengalami gejala laringoedema. Bila dokter melakukan pemasangan selang bantu nafas, diskusikan dengan dokter terkait keamanan dan risiko dari pemasangan tube tersebut. Segera hubungi dokter bila anda merasa sesak napas dan napas pendek maupun rasa tidak nyaman seperti mengganjal pada bagian atas leher.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : dr Kevin Luke
Editor :
  • dr. Benita Kurniadi
Last Updated : Rabu, 12 Juni 2024 | 06:50

Kumar A. (2022). Post Intubation Laryngeal Edema. National Library of Medicine. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560809/

Uchida K. (2022). Adrenaline inhalation under tracheal intubation by high flow nasal cannula for laryngeal edema. Journal of Aerosol Medicine and Pulmonary Drug Delivery. Available from: https://www.liebertpub.com/doi/abs/10.1089/jamp.2021.0067

Szafarowski T. (2015). Recurrent laryngeal edema imitating angioedema caused by dislocated screw after anterior spine surgery. Case Reports in Otolaryngology. Available from: https://www.hindawi.com/journals/criot/2015/749463/