Abses dan Kista Kelenjar Bartholin

Kenali gejala dan penyakit dari abses dan kista kelenjar bartholin.

Bagikan :


Definisi

Kelenjar bartholin adalah kelenjar yang berukuran sekitar 0,5 cm dan terletak di dasar kanan serta kiri mulut vagina. Kelenjar ini mengeluarkan lendir yang berperan sebagai pelumas vagina. Kelenjar ini umumnya tidak teraba dengan tangan. Namun bila kelenjar ini tersumbat, maka lendir yang diproduksi kelenjar akan menumpuk. Lama-lama terjadi pembengkakan berisi cairan yang terlihat seperti kantung. Hal ini biasa disebut dengan kista bartholin.

Kista bartholin yang tidak diobati dan terinfeksi bakteri akan berkembang menjadi abses bartholin, yaitu kondisi terpaparnya kelenjar bartholin dengan bakteri yang menyebabkan peradangan. Kista dan abses kelenjar bartholin sering ditemukan ketika perempuan memasuki usia reproduktif, dan berkurang angka kasusnya setelah menopause.

Sekitar 2% perempuan usia reproduktif mengalami penyakit ini. Bila ditemukan pembesaran kelenjar bartholin pada usia di atas 40, sebaiknya diperiksakan lebih lanjut untuk memeriksa bila ada kemungkinan tumor atau keganasan. Walaupun tidak mengancam nyawa, kista dan abses bartholin dapat menyebabkan keluhan estetika dan mengganggu kualitas hidup.

 

Penyebab

Terkadang penyebab sumbatan pada kelenjar bartholin tidak diketahui dengan pasti. Diduga sumbatan tersebut terjadi karena adanya luka atau cedera, akibat proses persalinan, atau karena infeksi. Bakteri yang paling sering menyebabkan kista adalah Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.

Abses juga bisa terjadi ketika kista yang terbentuk pada kelenjar bartholin turut terinfeksi oleh bakteri. Selain bakteri di atas, bakteri penyebab infeksi menular seksual (IMS) seperti klamidia dan gonore juga dipercaya dapat menyebabkan abses bartholin. Umumnya hal ini terjadi bila IMS tidak diobati dengan baik. Ditemukan lebih dari 8% pasien yang menderita abses bartolin disebabkan lebih dari 1 bakteri. Selain bakteri tersebut, beberapa bakteri berikut juga dapat menyebabkan abses kelenjar bartholin:

  • Pseudomonas aeruginosa
  • Streptococcus species
  • Klebsiella varicola

 

Faktor Risiko

Faktor risiko dari abses dan kista kelenjar bartholin adalah sebagai berikut:

  • Wanita usia produktif, terutama usia 20-30 tahun.
  • Riwayat kista bartholin sebelumnya.
  • Riwayat cedera, luka, atau prosedur operasi pada bagian vagina.
  • Pasca prosedur melahirkan yang memiliki luka episiotomi (sayatan antara bukaan vagina dan anus untuk mempermudah persalinan).

 

Gejala

Kista dan abses umumnya memiliki tampilan yang sulit dibedakan. Kebanyakan kasus abses bartholin merupakan pengembangan dari kista bartholin, sehingga gejalanya akan mirip dengan gejala kista bartholin. Walaupun begitu, abses bartholin juga dapat terbentuk tanpa didahului kista bartholin.

Ukuran diameter benjolan pada kista bartholin umumnya sekitar 1-3 cm. Benjolan ada di satu sisi mulut vagina dan biasanya tidak terasa nyeri. Nyeri bisa timbul jika ukuran benjolan sudah cukup besar, terkadang bisa disertai nyeri saat berhubungan seksual. Bila keluar cairan dari benjolan, umumnya cairan tidak bernanah.

Sementara itu, abses bartholin bisa menimbulkan keluhan seperti berikut:

  • Benjolan di bawah kulit pada satu atau kedua sisi mulut vagina
  • Benjolan terasa sangat nyeri dan terlihat memerah 
  • Nyeri saat berjalan, duduk, atau berhubungan seksual
  • Terasa panas dan tidak nyaman pada bagian benjolan
  • Bisa keluar cairan bernanah dari benjolan
  • Demam

 

Diagnosis

Wawancara Medis

Dokter akan melakukan pemeriksaan yang menyeluruh untuk menegakkan diagnosis. Dimulai dari wawancara, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang bila perlu. Dokter akan bertanya terlebih dahulu mengenai keluhan utama yang Anda rasakan serta keluhan lain yang menyertai. Dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan, riwayat penyakit yang diderita, perilaku seksual, serta pengobatan yang sudah Anda lakukan.

 

Pemeriksaan Fisik

Untuk pemeriksaan fisik, selain pemeriksaan tanda-tanda vital, dokter juga akan melakukan pemeriksaan lokal pada area kelamin Anda. Bila kasus abses dirasa cukup parah, umumnya dokter akan mencari tahu bila ada gangguan cara berjalan. Dokter akan menilai ukuran, warna, lokasi, dan konsistensi benjolan. Ketika diraba, akan dinilai tanda-tanda infeksi pada benjolan, perubahan suhu pada benjolan, serta tingkat nyeri yang dirasakan pasien. Pada abses yang cukup parah, biasanya akan ditemukan cairan seperti nanah yang terkandung didalam abses tersebut.

 

Pemeriksaan Penunjang 

Pemeriksaan penunjang jarang dilakukan pada kasus abses bartolin. Kalaupun dilakukan, dokter akan melakukan pemeriksaan kultur swab. Cairan yang terkandung pada abses akan diambil serta diperiksa di laboratorium untuk memeriksa jenis bakteri apa yang menyebabkan abses. Pemeriksaa ini bisa membantu dokter dalam memilih obat yang tepat.

Selain itu, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan infeksi menular seksual (IMS) bila dokter memiliki kecurigaan ke arah sana. Bila memang ditemukan adanya IMS, maka pengobatan IMS dan kista/abses kelenjar bartholin akan dilakukan secara bersamaan.

Walaupun jarang, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan penunjang berupa biopsi bila dokter memiliki kecurigaan bila benjolan pada area kelamin mengarah ke tumor atau keganasan. Biopsi biasa dilakukan pada wanita berusia ≥40 tahun yang mengalami benjolan vagina.

 

Tata Laksana

Sitz bath

Pada kasus kista atau abses bartholin yang sudah keluar isi cairannya, tidak terlalu nyeri, dan bukan disebabkan oleh infeksi menular seksual, dokter dapat merekomendasikan sitz bath. Ini adalah metode berendam di air hangat. Walau tidak serta-merta menghilangkan abses atau kista, cara ini cukup ampuh untuk memberikan kenyamanan dan mengurangi nyeri. Berendam di sitz bath dapat dilakukan selama 3–4 kali per hari dengan durasi 10–15 menit. Selain itu, penggunaan obat anti nyeri juga dapat diberikan pada kasus ini.

 

Antibiotik

Obat antibiotik diberikan agar bakteri penyebab abses dapat hilang. Biasanya dokter akan memberikan antibiotik sebelum dan sesudah prosedur tindakan, atau untuk mengobati infeksi menular seksual yang merupakan faktor risiko dari abses bartholin. Perlu diketahui bahwa antibiotik hanya bisa diresepkan dan diawasi oleh dokter.

 

Insisi drainase

Bila benjolan cenderung membesar dan tidak kunjung membaik, maka dokter akan melakukan tindakan insisi drainase. Tindakan ini merupakan tindakan yang umum dilakukan karena mudah, efektif, dan tidak membutuhkan waktu lama. Dokter dapat menggunakan bius lokal ataupun umum. Pada prosedur ini, dokter akan melakukan sayatan pada benjolan lalu mengeluarkan cairan di dalamnya. Cairan tersebut akan diambil dengan kateter atau selang khusus. Kateter akan dibiarkan di kelenjar bartolini selama 6 minggu agar seluruh cairan bisa keluar dengan sempurna.

 

Marsupialisasi

Tindakan ini merupakan pilihan terapi pada kasus kista dan abses bartholin yang sering kambuh. Sayatan terbuka akan dilakukan untuk membuat kantung agar cairan dalam abses bisa keluar. Setelah itu, dokter akan menjahit dan membiarkan “kantung” tersebut terbuka. Terkadang bisa juga dipasang kateter untuk mempercepat proses pengeluaran cairan.

 

Pembuangan kelenjar bartholin

Bila setelah prosedur marsupialisasi benjolan tetap tidak hilang, maka dokter akan mempertimbangkan pilihan tata laksana ini. Namun prosedur ini jarang dilakukan.

 

Komplikasi

Kista dan abses kelenjar bartholin jarang menimbulkan komplikasi yang berat. Tindakan pembedahan yang dilakukan juga jarang menimbulkan komplikasi. Berikut adalah komplikasi yang bisa terjadi dari kista dan abses bartholin, yakni:

  • Nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia).
  • Selulitis (infeksi bakteri serius pada lapisan dalam kulit).
  • Perdarahan berlebih.

 

Pencegahan

Tidak ada langkah pencegahan khusus untuk mencegah kista dan abses bartholini, namun tetap ada cara yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi risiko penyakit, yakni:

  • Menggunakan kondom untuk mencegah infeksi menular seksual.
  • Menjaga kebersihan vagina dengan menghindari membasuh vagina dengan sabun, cukup basuh bagian luarnya dengan air bersih.
  • Rutin memeriksa tubuh sendiri agar benjolan abnormal yang ditemukan bisa segera ditangani.
  • Melakukan skrining penyakit infeksi menular seksual.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Segeralah ke dokter bila Anda merasakan adanya benjolan pada vagina yang tidak kunjung membaik, bahkan setelah berendam dengan air hangat dan minum obat anti nyeri. Selain itu, bila Anda memiliki risiko tinggi untuk terkena infeksi menular seksual, sebaiknya Anda melakukan skrining rutin untuk mencegah terjadinya kista dan abses bartholin.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : dr Lovira Ai Care
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Jumat, 14 April 2023 | 18:06

Lee WA., Wittler M., (2022) Bartholin Gland Cyst. Retrieved 1 August 2022 from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532271/

Medscape – Bartholin Gland Diseases. (2017). Retrieved 1 August 2022 from https://emedicine.medscape.com/article/777112-overview#:~:text=Bartholin%20abscesses%20result%20from%20either,attributable%20to%20sexually%20transmitted%20pathogens

WebMD – Bartholin’s Cyst (2020). Retrieved 1 August 2022 from https://www.webmd.com/women/bartholins-gland-cyst