Candidiasis Vaginalis

Candidiasis Vaginalis
Candidiasis vaginalis disebabkan oleh jamur Candida albicans.

Bagikan :


Definisi

Candidiasis vaginalis adalah suatu infeksi jamur yang menyebabkan iritasi, gatal hebat serta keputihan yang tebal pada vagina dan vulva (bagian luar alat kelamin wanita). Infeksi ini umumnya menyerang 3 dari 4 wanita pada satu titik dalam hidupnya. Banyak wanita yang akan mengalami setidaknya dua kali serangan candidiasis semasa hidup. 5% wanita bisa menderita candidiasis vaginalis rekuren (sering kambuh), di mana infeksi bisa terjadi ≥4 kali dalam satu tahun.

Di Amerika Serikat, candidiasis vaginalis adalah jenis infeksi vagina terbanyak kedua setelah infeksi bakteri pada vagina. Diperkirakan ada sejumlah 1,4 juta pasien yang berkunjung ke fasilitas kesehatan karena candidiasis vaginalis.

Infeksi jamur ini bisa secara efektif diatasi dengan pengobatan. Namun pengobatan bisa berjalan lebih lama bila candidiasis vaginalis sering kambuh atau berulang. Bila tidak diobati, infeksi jamur bisa menimbulkan masalah kesehatan lainnya.

 

Penyebab

Candidiasis vaginalis disebabkan oleh jamur Candida albicans. Jamur ini normalnya hidup di kulit dan di dalam area mulut, tenggorokan, usus dan vagina. Jamur ini umumnya tidak akan menyebabkan masalah pada tubuh. Infeksi jamur yang disebabkan oleh jenis jamur candida lain umumnya lebih sulit diobati dan perlu terapi yang lebih kuat.

Normalnya ada beberapa jamur dan bakteri yang berada di dalam vagina. Bakteri tertentu seperti lactobacillus memiliki peran untuk mencegah jamur agar tidak tumbuh berlebihan. Infeksi jamur umumnya terjadi ketika jamur candida tumbuh secara berlebihan dan mengganggu keseimbangan mikroba lainnya. Jamur juga bisa masuk ke dalam lapisan vagina yang lebih dalam sehingga menimbulkan peradangan.

 

Faktor Risiko

Walaupun infeksi ini tidak termasuk infeksi menular seksual, ada peningkatan risiko terjadinya candidiasis vaginalis saat aktivitas seksual rutin pertama kali. Infeksi jamur juga bisa dikaitkan dengan aktivitas seksual orogenital (kontak mulut dan kelamin).

Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko perempuan mengalami candidiasis vaginalis, di antaranya:

  • Penggunaan antibiotik spektrum luas cukup sering dikaitkan dengan infeksi jamur.
  • Peningkatan kadar estrogen, seperti pada wanita hamil, sedang mengonsumsi pil kontrasepsi, atau dalam terapi hormon.
  • Diabetes melitus dengan kadar gula darah yang tidak terkontrol. 
  • Sistem kekebalan tubuh yang menurun bisa membuat seseorang lebih mudah mengalami infeksi. Kondisi ini bisa dialami oleh perempuan yang:
    • Sedang dalam pengobatan kortikosteroid atau kemoterapi pada kanker.
    • Infeksi HIV.
    • Penyakit autoimun (kondisi dimana sel imun berbalik menyerang sel tubuh yang sehat).

 

Gejala

Gejala candidiasis vaginalis biasanya ringan. Pasien umumnya mengeluhkan hal-hal berikut, seperti:

  • Gatal, iritasi, atau sensasi terbakar pada vagina dan vulva
  • Nyeri ketika berhubungan seksual atau buang air kecil
  • Ruam kemerahan serta bengkak pada vulva dan vagina

Keputihan bisa muncul atau tidak ada pada beberapa pasien. Keputihan umumnya tampak berwarna putih, tebal, tidak berbau dan mirip seperti keju yang bergumpal. Seringnya keluhan-keluhan ini terasa menonjol sebelum periode haid pasien.

Pada infeksi jamur yang berat karena disebabkan oleh tipe jamur yang lebih jarang, bisa timbul iritasi berat, kemerahan, bengkak, luka dan robekan pada dinding vagina. Keluhan yang berulang selama ≥4x dalam setahun menandakan bahwa Anda menderita candidiasis vaginalis rekuren.

 

Diagnosa

Dokter akan bertanya secara detil mengenai keluhan yang Anda rasakan saat ini, bila keluhan baru pertama kali dirasakan atau sudah berulang kali terjadi. Dokter akan mencari tahu bila keluhan disebabkan oleh infeksi jamur atau karena hal lain, seperti reaksi alergi pada pakaian, pembalut, atau sabun. Dokter juga bisa bertanya mengenai riwayat kesehatan Anda, kebiasaan sehari-hari, serta perilaku seksual Anda.

Selanjutnya dokter akan memeriksa panggul serta area kelamin untuk mencari tanda adanya infeksi. Sampel dari vagina bisa diperiksa tingkat pH dan diambil untuk diperiksa dengan mikroskop. Sampel ini juga bisa dibiakkan untuk melihat apakah ada keberadaan jamur pada sampel (kultur jamur). Walaupun hasil kultur jamur yang positif tidak selalu menandakan bahwa jamur candida yang menyebabkan munculnya keluhan. 

Pada pemeriksaan whiff test, bila pasien menderita candidiasis vaginalis, ketika sampel keputihan diberikan cairan KOH, sampel tidak akan berbau amis. Tidak adanya bau khusus menunjukkan bahwa whiff test menunjukkan hasil negatif.

 

Tata Laksana

Pengobatan candidiasis vaginalis tergantung pada tingkat keparahan penyakit serta frekuensi infeksi. Umumnya dokter akan memberi obat antijamur untuk mengatasi pertumbuhan jamur yang berlebihan. Obat bisa diberikan selama sehari atau beberapa hari dalam bentuk obat minum, gel, salep atau krim. Obat antijamur seperti flukonazol bisa diberikan untuk mengatasi candidiasis vaginalis. Beri tahu dokter bila Anda memiliki alergi pada flukonazol atau antijamur tertentu.

Pada wanita hamil yang menderita candidiasis vaginalis, antijamur yang diberikan biasanya dalam bentuk salep atau gel vagina dan bukan obat minum. Flukonazol dianggap aman untuk ibu menyusui. Anda perlu berkonsultasi dengan dokter jika terapi tidak menghasilkan respon terhadap gejala atau jika gejala timbul lagi dalam dua bulan.

Pengobatan biasanya lebih lama diberikan pada pasien yang mengalami infeksi berat atau dalam kondisi kekebalan tubuh yang lemah.  Terapi bisa berlangsung sampai beberapa bulan. Candidiasis berulang bisa memerlukan terapi pemeliharaan untuk mencegah terjadinya kekambuhan, walaupun pengobatan ini tidak direkomendasikan untuk ibu hamil.

 

Komplikasi

Jika tidak ditangani, candidiasis vaginalis bisa menjadi semakin berat, dan dapat menyebabkan keluhan seperti gatal, kemerahan, dan peradangan pada area sekitar vagina. Bila Anda menggaruk kelamin dan timbul luka, luka tersebut bisa terinfeksi oleh bakteri sehingga bisa semakin memburuk. 

 

Pencegahan

Penyakit ini bisa dicegah. Untuk mengurangi risiko terkena candidiasis vaginalis, berikut adalah langkah yang bisa Anda lakukan, yaitu:

  • Jangan menggunakan pakaian dalam yang ketat dan gunakan pakaian dalam berbahan katun.
  • Hindari mencuci area kelamin dengan larutan atau cairan tertentu, karena kebiasaan ini dapat mengurangi jumlah bakteri normal di vagina yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan lingkungan vagina.
  • Jangan memakai antibiotik secara berlebihan, hanya gunakan antibiotik sesuai resep dokter.
  • Jangan memakai pakaian yang basah, seperti pakaian renang dan pakaian olahraga, dalam waktu lama.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Hubungi dokter jika Anda memiliki salah satu gejala candidiasis vaginalis. Gejala candidiasis bisa menyerupai keluhan pada infeksi vagina lainnya. Dokter akan memeriksa kondisi Anda dan memberikan terapi yang sesuai.

Jangan tunda untuk pergi ke dokter bila Anda sudah mengalami keluhan seperti:

  • Keputihan berbau, berwarna kuning, atau disertai darah
  • Demam
  • Nyeri panggul atau perut
  • Muntah
  • Keluhan buang air kecil

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : dr Tea Karina Sudharso
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 19:31

Yeast infection (vaginal) - Symptoms and causes. (2022). Retrieved 18 July 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/yeast-infection/symptoms-causes/syc-20378999

Untreated Yeast Infection: Why It Should Be Diagnosed and Treated. (2022). Retrieved 18 July 2022, from https://www.healthline.com/health/untreated-yeast-infection#

Vaginal candidiasis. (2022). Retrieved 09 August 2022, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459317/

Fungal Diseases - Vaginal candidiasis. (2022). Retrieved 18 July 2022, from https://www.cdc.gov/fungal/diseases/candidiasis/genital/index.html