Definisi
Tinea merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur kelompok dermatofita. Tinea fasialis merupakan infeksi jamur pada kulit wajah, sementara tinea barbe merujuk pada infeksi jamur yang terjadi di kumis dan jenggot. Tinea fasialis merupakan infeksi yang cukup sering terjadi, dan menyerang banyak orang di seluruh dunia. Sementara itu, tinea barbe merupakan salah satu infeksi jamur dermatofita yang jarang terjadi di seluruh dunia.
Penyebab
Tinea fasialis dan barbe dapat terjadi akibat infeksi jamur dermatofita. Jamur tersebut melepaskan beberapa enzim yang membuat mereka bisa menyerang lapisan kulit teratas Anda. Ketika terjadi infeksi, timbullah reaksi peradangan pada kulit.
Jamur dermatofita dikelompokkan ke dalam tiga jenis berdasarkan asal penularannya, yaitu:
- Jamur antropofilik, atau jamur yang menular antar manusia. Contohnya adalah Tricophyton rubrum. Infeksi akibat jamur ini sering terjadi akibat paparan jamur pada kaki (tinea pedis) dan kuku (tinea unguium).
- Jamur zoofilik, atau jamur yang menular dari hewan ke manusia. Microsporum canis merupakan jamur yang menular dari anjing dan kucing, Tricophyton verrucosum dari ternak seperti sapi, serta Tricophyton ernacei dari domba dan babi.
- Jamur geofilik, atau jamur yang menular dari tanah ke manusia. Tinea fasialis atau infeksi jamur pada area wajah dapat terjadi akibat infeksi jamur jenis ini, misalnya Nannizzia gypsea. Sementara itu, sampai saat ini, belum ada kasus tinea barbe yang ditemukan berasal dari jamur geofilik.
Faktor Risiko
Infeksi jamur dapat terjadi pada semua orang. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tinea fasialis lebih sering terjadi daripada wanita dibandingkan pria, namun hal ini juga dapat terjadi karena perbedaan diagnosis. Pada wanita, infeksi jamur pada wajah dikategorikan sebagai tinea fasialis, sementara pada pria, infeksi dapat terjadi pada wajah dan jenggot, sehingga mungkin dikategorikan sebagai tinea barbe.
Pada tinea fasialis, terdapat dua puncak usia berisiko terjadinya penyakit ini, yaitu usia anak-anak dan usia 20-40 tahun. Usia anak-anak terkait dengan tinea fasialis karena anak-anak sering bermain dengan hewan peliharaan, atau hewan yang ditemukan saat sedang berlibur sekolah. Bayi juga dapat tertular infeksi ini dari orang tua atau saudara kandungnya.
Sementara itu, karena tinea barbe merupakan infeksi jamur yang spesifik terjadi pada kumis dan jenggot, kasus ini jauh lebih sering ditemukan pada pria remaja dan dewasa dibandingkan wanita. Pada kasus yang sangat jarang terjadi, tinea barbe dapat terjadi pada wanita yang memiliki hirsutisme atau pertumbuhan rambut berlebih pada wajah.
Infeksi jamur, baik tinea fasialis maupun tinea barbe, lebih sering terjadi pada orang-orang dengan masalah sistem pertahanan tubuh. Masalah sistem pertahanan tubuh ini dapat terjadi akibat:
- Diabetes melitus
- Cedera di dekat tempat infeksi
- Penggunaan obat steroid jangka panjang
- Terapi yang menurunkan sistem pertahanan tubuh seperti pada pasien cangkok organ
Gejala
Tinea Fasialis
Gejala tinea fasialis dapat berupa plak kemerahan yang bersisik, dan plak ini biasanya tidak terlalu merah dan bersisik di bagian tengahnya. Plak kemerahan ini dapat berbentuk bulat atau lonjong. Selain itu, apabila infeksi jamur yang terjadi tergolong berat, dapat terjadi penumpukan nanah akibat infeksi jamur (kerion). Plak ini paling sering ditemukan pada pipi, hidung, sekitar mata, dagu, dan dahi.
Infeksi ini dapat terjadi secara tiba-tiba dan cepat menyebar (akut) atau lambat dan tidak terlalu parah (kronik). Gejala-gejala ini dapat pula diperparah oleh paparan sinar matahari. Tinea fasialis dapat terjadi bersamaan dengan infeksi jamur pada kepala dan badan.
Tinea Barbe
Sementara itu, tinea barbe memiliki dua bentuk yang berbeda, yaitu:
- Kerion (penumpukan nanah)
Kerion merupakan bentuk tinea barbe yang disertai dengan reaksi peradangan. Kerion dapat berupa plak atau benjolan dengan lenting bernanah (atau nanah yang mengalir keluar). Biasanya, plak atau benjolan ini kemerahan, hangat, dan kenyal. Rambut pada daerah yang mengalami kerion sangat mudah patah dan tidak nyeri apabila dicabut. Biasanya, kerion disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening, demam, dan gejala tidak enak badan. Kerion biasanya hanya disebabkan oleh infeksi jamur, namun dapat pula diikuti oleh infeksi bakteri. Kerion lebih banyak disebabkan oleh jamur zoofilik, yang menular dari hewan ke manusia.
- Dermatofitosis superfisial
Bentuk infeksi tinea barbe ini tidak disertai dengan reaksi peradangan yang parah. Biasanya, bentuk ini berupa plak kemerahan bersisik yang dikelilingi oleh lenting padat atau bernanah. Rambut di dekat daerah ini dapat patah, atau infeksi terjadi pada folikel rambut (tempat tumbuhnya rambut). Bentuk ini juga biasanya merupakan gejala dari infeksi jamur yang bersifat kronik atau lambat, dan umumnya disebabkan oleh jamur antropofilik.
Diagnosis
Diagnosis tinea fasialis dan tinea barbe dapat ditegakkan melalui keluhan, gejala, dan pemeriksaan. Gejala tinea fasialis dan barbe dapat mirip dengan penyakit kulit lainnya, sehingga pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk memastikan diagnosis. Pemeriksaan biasanya dilakukan dengan kerok kulit. Hasil kerokan kulit ini kemudian ditetesi kalium hidroksida (KOH) untuk mematikan sel-sel kulit atau rambut. Setelah itu, hasil tersebut akan diamati di bawah mikroskop untuk mencari jamur.
Kultur atau pengembangbiakkan jamur dari hasil kerokan kulit juga dapat dilakukan untuk mencari penyebab. Namun, kultur memakan waktu yang lebih lama, dan biasanya hanya dilakukan apabila terapi tidak berhasil atau untuk penelitian.
Tata Laksana
Tinea fasialis biasanya diterapi dengan obat antijamur yang dioleskan pada bagian pinggir luka. Namun, apabila terapi tidak berhasil, dokter dapat mengganti terapi dengan obat antijamur yang diminum. Sementara itu, terapi tinea barbe biasanya menggunakan obat antijamur yang diminum. Tinea fasialis biasanya diterapi selama 4-6 minggu, sementara tinea barbe selama minimal 6 minggu dan dapat ditambah hingga 2-3 minggu sesuai keputusan dokter dan tingkat keberhasilan terapi.
Komplikasi
Komplikasi jarang terjadi pada tinea fasialis. Pada infeksi yang disebabkan oleh jamur Tricophyton schoenleinii, infeksi dapat meninggalkan bekas luka, namun hal ini sangat jarang terjadi.
Tinea barbe yang ditangani dengan baik dapat sembuh tanpa meninggalkan bekas. Namun, apabila tidak ditangani, dapat terjadi alopesia scarring atau kebotakan yang disebabkan oleh adanya jaringan parut pada bekas luka. Tinea barbe dengan bentuk kronik atau yang terjadi dalam waktu lama biasanya sulit untuk sembuh sendiri.
Pencegahan
Pencegahan utama tinea fasialis dan barbe adalah menghindari orang atau hewan yang terinfeksi. Jika Anda menduga hewan peliharaan Anda terinfeksi jamur, Anda dapat membawa hewan tersebut ke dokter hewan untuk segera diobati. Selama pengobatan berlangsung, hewan tersebut perlu diisolasi. Hal ini diperlukan agar hewan tidak berkontak dengan kulit Anda maupun anak Anda.
Selain itu, pemeriksaan jamur juga dapat dilakukan pada hewan-hewan ternak yang berpotensi menularkan jamur. Jika pemeriksaan menunjukkan adanya infeksi, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter hewan untuk menangani infeksi tersebut.
Anda juga dapat melakukan pencegahan penularan antar manusia dengan menghindari penggunaan sisir, sikat, dan topi bersama dengan orang lain. Selain itu, Anda juga dapat menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, sepatu bot, dan baju lengan panjang ketika berkontak dengan hewan-hewan ternak. Anda juga dapat rutin mencuci tangan terutama setelah menyentuh hewan peliharaan.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika Anda mengalami gatal-gatal disertai plak kemerahan pada wajah dan/atau jenggot, Anda dapat berkonsultasi pada dokter. Gejala tinea fasialis dan tinea barbe dapat mirip dengan gejala penyakit kulit lainnya, sehingga pemeriksaan lanjutan mungkin akan diperlukan. Risiko Anda untuk mengalami tinea fasialis dan tinea barbe akan semakin tinggi jika Anda memiliki hewan peliharaan, hewan ternak, atau sering menyentuh hewan liar.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Hanifa Rahma
Elston, D., & Schwartz, R. (2021). Tinea Faciei: Background, Pathophysiology, Etiology. Emedicine.medscape.com. Retrieved 2 June 2022, from https://emedicine.medscape.com/article/1118316-overview.
James, W., & Schwartz, R. (2021). Tinea Barbae: Background, Pathophysiology, Etiology. Emedicine.medscape.com. Retrieved 2 June 2022, from https://emedicine.medscape.com/article/1091252-overview.
Kuruvella, T., & Pandey, S. (2021). Tinea Barbae. Ncbi.nlm.nih.gov. Retrieved 2 June 2022, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK563204/.