Definisi
Ensefalopati tifoid adalah penyakit yang menyerang sistem saraf pusat termasuk otak yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella thypi. Penyakit ini merupakan komplikasi penyakit tifoid pada penderita yang tidak mendapatkan terapi yang tepat. Gejala sistem saraf biasanya terjadi kemudian, yaitu pada minggu kedua hingga minggu ke empat setelah pasien menunjukkan gejala pencernaan dan gejala sistemik lainnya.
Penyakit demam tifoid merupakan salah satu penyakit endemik di Indonesia, sehingga tidak jarang ditemukan pasien dengan titer kekebalan tubuh meningkat terhadap bakteri namun tidak menunjukkan gejala sakit. Pasien dengan ensefalopati tifoid biasanya datang dengan gejala gangguan saraf seperti penurunan kesadaran dan kejang pada hari ke 7-9 disertai dengan peningkatan titer antibodi terhadap bakteri Salmonella thypi atau dengan kultur darah positif terhadap penyakit ini.
Keterlibatan sistem saraf pusat pada penyakit tifoid menjadi tanda keparahan penyakit oleh karena beratnya infeksi yang dialami penderita. Gejala sistem saraf pada demam tifoid relatif jarang, terutama saat ini karena terapi antibiotik sebagai terapi utama dalam pengobatan tifoid sudah terbukti efektif mencegah komplikasi ini. Analisis cairan serebrospinal dengan hasil positif ditemukan bakteri Salmonella thypi hanya sekitar 2% dari penemuan kultur darah positif pada pasien dengan gejala penurunan kesadaran. Komplikasi tifoid berupa ensefalopati ini diperkirakan terjadi sebanyak 7,3% dari komplikasi lain yang dapat terjadi pada penderita.
Penyebab
Bakteri penyebab tifoid Salmonella thypi ini ditularkan melalui fekal-oral artinya didapat dari makanan yang masuk ke mulut dan sistem pencernaan yang tercemar oleh tinja pasien yang terinfeksi penyakit ini. Salmonella typhi dapat ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar tinja dan urin dari orang yang terinfeksi. Pajanan utama bakteri ini adalah usus, ketika bakteri tertelan makan bakteri ini akan menginfeksi usus, sehingga gejala paling utama adalah gejala berupa gangguan pada pencernaan.
Selang waktu dari pajanan bakteri hingga gejala muncul yaitu sekitar 4-14 hari. Pada minggu-minggu awal pasien akan mengalami demam tinggi dengan suhu meningkat pada sore hingga malam hari, lidah kotor (coated tounge), lemas, sakit kepala, sakit perut, diare atau konstipasi. Umumnya pasien juga akan mengalami nyeri sendi. Jika pasien tidak mendapatkan pengobatan yang tepat, bakteri akan semakin menyebar ke dalam darah dan organ lainnya, sehingga menyebabkan berbagai macam komplikasi.
Mekanisme penyebab demam tifoid dapat menginfeksi otak masih belum diketahui pasti, namun hampir semua ilmuan menyetujui adanya mekanisme penyebaran infeksi melalui peredaran darah. Mekanisme lain yang masih diperkirakan adalah adanya pelepasan zat racun dari bakteri Salmonella thypi yang menyerang otak, namun pembuktian terhadap hal ini belum ada secara nyata. Mekanisme lain yang memerantarai terjadinya penyakit ini adalah diperkirakan penyakit ensefalopati tifoid juga diperantarai oleh gangguan imunitas (kekebalan tubuh).
Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya ensefalopati tifoid adalah pada pasien demam tifoid yang tidak mendapatkan pengobatan yang tepat dan tuntas. Kondisi ini diperparah pada kelompok rentan seperti pada pasien dengan dengan daya tahan tubuh rendah, contohnya pada penderita HIV-AIDS. Selain itu, pada usia anak hingga remaja dan pada lansia. Kelompok rentan tersebut memiliki faktor risiko lebih tinggi untuk menderita ensefalopati tifoid ketika demam tifoid tidak diatasi dengan baik.
Demam tifoid diperkirakan terjadi sekitar 27 juta orang atau lebih setiap tahun. Penyakit ini paling sering ditemukan di neraga berkembang dengan sanitasi lingkungan yang buruk. Di seluruh dunia didapatkan data bahwa anak-anak adalah kelompok paling berisiko terkena penyakit ini.
Adapun faktor risiki terjadinya demam tifoid di antaranya sebagai berikut:
- Bermukim atau bepergian ke daerah dengan demam tifoid sebagai penyakit endemi di daerah tersebut
- Bekerja sebagai ahli mikrobiologi klinis yang sering terpajan bakteri Salmonella typhi
- Memiliki kontak erat dengan seseorang yang terinfeksi demam tifoid
- Memakan makanan dan meminum air yang tercemar oleh Salmonella typhi
Gejala
Ensefalopati tifoid dapat menunujukkan berbagai gejala terkait dengan gangguan fungsi otak, yaitu perubahan status mental pada pasien. Gejala ensefalopati tifoid mulai dari pasien kelihatan mengantuk, apatis, terlihat kebingungan, atau meracau (berbicara tidak koheren), agitasi (gelisah) hingga yang terberat kondisi koma (sama sekali tidak merespon terhadap rangsangan apapun).
Kondisi ensefalopati tifoid membutuhkan perawatan yang intensif di ruang ICU. Gejala ensefalopati sering kali tidak dapat dibedakan dengan gejala gangguan jiwa yang juga merupakan komplikasi dari demam tifoid sehingga gejala ensefalopati juga dapat menunjukkan gejala psikotik seperti halusinasi, delusi, dan gangguan perilaku lainnya. Gangguan memori juga sering terjadi dan mungkin menetap setelah melewati masa ensefalopati akut.
Gejala ensefalopati tifoid juga dapat menunjukkan gejala-gejala yang menyerupai orang dengan penyakit stroke namun hal ini jarang terjadi. Pasien ensefalopati tifoid juga dapat mengalami kejang oleh karena fungsi otak terganggu.
Diagnosis
Diagnosis ensefalopati tifoid didasarkan pada gejala klinis yang ditemukan pada pasien dengan konfirmasi pemeriksaan laboratorium yang mengarah penemuan bakteri Salmonella thypi atau ditemukannya jejak antibodi (kekebalan tubuh) terhadap bakteri tersebut. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan widal atau tubex, sampel yang diambil berupa darah pasien.
Tingkat antibodi pada widal dan tubex akan ditemukan lebih tinggi pada pasien dengan ensefalopati dibandingkan pasien demam tifoid yang tidak mengalami gejala keterlibatan gangguan pada sistem saraf pusat. Sementara itu pada pemeriksaan laboratorium darah juga dapat ditemukan tanda infeksi bakteri berupa peningkatan leukosit (sel darah putih) pada pasien.
Pemeriksaan kultur darah pada demam tifoid masih menjadi baku emas untuk diagnosis ini. Pemeriksaan lain yang juga dapat dilakukan pada ensefalopati tifoid adalah analisa cairan serebrospinal (pengambilan cairan saraf dengan prosedur penyedotan dari jarum suntik pada tulang belakang). Selain itu pencitraan berupa Brain CT Scan dapat menjadi pilihan untuk menyingkirkan kemungkinan gejala gangguan saraf karena sebab lain (bukan karena tifoid), melainkan seperti tumor atau abses otak yang disebabkan mikroorganisme lainnya.
Gejala berupa kejang yang terlokalisir (bukan kelonjotan seluruh tubuh) pada pasien ensefalopati dapat pula diperiksa dengan alat elektro-ensefalografi (EEG), untuk melihat bagian otak yang mengalami gangguan. EEG digunakan untuk mengamati aktivitas kelistrikan otak.
Pengobatan
Kondisi demam tifoid dengan atau tanpa ensefalopati dapat diobati dengan menggunakan antibiotik yang bertujuan untuk membunuh bakteri Salmonella thypi sebagai penyebab penyakit ini. Pemberian obat-obatan lain juga dilakukan sesuai dengan gejala yang dialami pasien, seperti obat antipiretik (untuk menurunkan demam) jika pasien demam dan lainnya yang tentunya berdasarkan atas hasil pemeriksaan oleh dokter.
Komplikasi
Komplikasi ensefalopati tifoid dapat terjadi jika kondisi ini dibiarkan tanpa pengobatan yang memadai. Ensefalopati tifoid dapat mengancam nyawa karena gejala ini merupakan end-stage (fase akhir) dari penyakit tifoid. Kondisi ini juga sering bersamaan dengan kondisi sepsis (kegagalan multi organ akibat infeksi yang hebat pada tubuh pasien) sehingga hal ini dapat menyebabkan kematian.
Jika ensefalopati tifoid mendapat pengobatan yang tepat maka peluang kesembuan akan meningkat. Namun, beberapa gejala sisa akibat adanya gangguan otak permanen dapat berupa gangguan perilaku dan gangguan memori pada pasien dengan riwayat pernah mengalami ensefalopati. Selain itu, fungsi saraf pada beberapa kasus juga dapat mengalami kelemahan seperti pada penderita stroke.
Pencegahan
Tifoid merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh sanitasi lingkungan yang buruk dan diperparah oleh higenitas personal yang tidak bersih. Sehingga, pencegahan penyakit ini adalah dengan menghindari konsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri Salmonella typhi. Hal yang dapat dilakukan adalah mencuci tangan sebelum makan, juga setelah menggunakan toilet dan mengkonsumsi makanan yang matang untuk meminimalkan kemungkinan infeksi.
Sanitasi yang baik dan perawatan medis yang memadai dapat membantu mencegah dan mengendalikan demam tifoid. Namun, di banyak negara berkembang sebagai tempat dominansi penyakit tifoid, sanitasi yang baik pada umumnya sulit untuk diwujudkan sehingga beberapa ahli menyarankan bahwa penggunaan vaksin sebagai cara terbaik untuk mengendalikan demam tifoid. Vaksin ini dianjurkan pada orang yang tinggal atau bepergian ke daerah dengan risiko terkena demam tifoid yang tinggi.
Rekomendasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada anak mulai usia 2 tahun dapat diberikan vaksin tifoid untuk memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit tifoid, sehingga gejala yang ditimbulkan jika anak menderita tifoid tidak berat, vaksin ini dapat diulang tiap 3 tahun.
Kapan Harus ke Dokter?
Khusus untuk ensefalopati tifoid dengan gejala gangguan saraf pusat seperti kejang hingga perubahan status mental, harus ditangani oleh tenaga medis profesional. Demam tifoid yang menjadi awal dari penyakit ini perlu diberikan obat antibiotik dan obat-obatan sesuai indikasi medis. Demam pada hari ke-5 yang kunjung membaik, perlu diperiksakan ke dokter. Demam tifoid yang diobati dengan tepat akan menurunkan risiko terjadinya komplikasi berupa ensefalopati tifoid.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Ayu Munawaroh, MKK
Typhoid Fever and Its Nervous System Involvement. (2022). Retrieved 25 September 2022, from https://www.intechopen.com/chapters/76635
Typhoid encephalopathy as a neuropsychiatric manifestation of salmonellosis. (2022). Retrieved 25 September 2022, from http://www.revistagastroenterologiamexico.org/en-typhoid-encephalopathy-as-neuropsychiatric-manifestation-articulo-S2255534X21001213
Typhoid fever presenting with central and peripheral nervous system involvement. (2022). Retrieved 25 September 2022, from https://www.elsevier.es/es-revista-neurologia-295-pdf-S0213485322000275
Mengenal Demam Tifoid. (2016). Retrieved 25 September 2022, https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/mengenal-demam-tifoid