Infeksi Cacing Kremi (Enterobiasis)

Infeksi Cacing Kremi (Enterobiasis)

Bagikan :


Definisi

Enterobiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing Enterobius vermicularis. Enterobiasis lebih sering ditemukan pada anak. E. vermicularis juga dikenal sebagai cacing kremi atau pinworm. Infeksi dapat terjadi karena tertelannya telur cacing kremi yang sudah dibuahi. Biasanya proses tersebut berlangsung melalui tangan yang terkontaminasi, makanan yang terkontaminasi atau inhalasi udara yang terdapat telur cacing kremi.

 

Penyebab

Penyebab enterobiasis adalah cacing jenis Enterobius vermicularis. Cacing ini berukuran sangat kecil, yaitu sekitar 0,6–1,3 cm. Ukuran telurnya hanya sebesar 50-60 mikron, ukuran yang sangat kecil inilah yang menyebabkan penularan cacing kremi menjadi sangat mudah. Penularan infeksi dapat terjadi karena:

Kontak langsung dengan telur

Telur cacing kremi bisa menempel pada permukaan benda selama 3 minggu. Jika seseorang menyentuh benda yang terkontaminasi telur cacing kremi, telur dapat menempel di tangan dan bertahan hingga beberapa jam. Penularan cacing kremi umumnya terjadi ketika telur di tangan masuk melalui mulut ketika seseorang makan. Pada anak-anak, telur dapat masuk ketika mereka memasukkan tangan ke mulut, seperti saat menggigit kuku, mengisap jempol, atau pada saat memasukkan mainan ke dalam mulut.

Menghirup telur cacing

Telur cacing juga dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui hidung. Hal ini biasanya terjadi ketika benda yang terkontaminasi seperti handuk atau pakaian, dikibaskan. Akibatnya, telur cacing kremi melayang di udara dan terhirup saat seseorang bernapas.

Auto-infeksi

Keberadaan telur cacing kremi di sekitar anus dapat menyebabkan gatal. Apabila gatal tersebut digaruk, banyak telur yang menempel di jari. Jika penderita cacing kremi tidak menjaga kebersihan tangan dengan baik, telur cacing dapat dengan mudah tertelan kembali. Hal inilah yang disebut autoinfeksi yaitu infeksi akan terulang lagi dari awal.

 

Setelah telur cacing tertelan atau terhirup, larva akan menetas dan tumbuh menjadi cacing dewasa di usus besar. Saat terkontaminasi cacing betina, cacing yang hamil akan berpindah ke daerah di sekitar anus untuk mengeluarkan telur-telurnya. Selain itu telur yang telah menetas disekitar anus dapat berjalan kembali ke usus besar melalui anus. Sering kali proses ini membuat penderitanya mengalami sensasi gatal di sekitar anus. Rasa gatal tersebut sering terjadi pada waktu malam hari sehingga kerap mengganggu tidur penderitanya dan membuat mereka menjadi lemah.

Anak-anak lebih rentan terkena penyakit enterobiasis karena sering bermain di tempat yang penuh kotoran atau debu yang dapat menjadi sarang kontaminasi telur cacing tersebut. Telur cacing yang terdapat di debu akan sangat mudah diterbangkan angin, memungkinkan untuk tertelan atau terhirup. Orang dewasa pun bisa terkena melalui cara yang sama atau karena tertular seseorang yang menderita penyakit enterobiasis. Penularan akan lebih mudah terjadi pada satu keluarga atau lingkungan seperti asrama.

 

Faktor Risiko

Faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena infeksi cacing kremi, yaitu:

  • Usia. Infeksi cacing kremi lebih sering terjadi pada anak berusia 5-10 tahun
  • Tinggal di lingkungan yang padat dan kumuh
  • Memiliki anggota keluarga yang terinfeksi cacing kremi
  • Memiliki kebiasaan menghisap jari atau menggigit kuku
  • Tidak mencuci tangan dengan benar

 

Gejala

Pada beberapa kasus, infeksi enterobiasis seringkali tidak menimbulkan gejala apapun. Namun gejala dapat muncul jika cacing yang tumbuh di dalam usus berjumlah sangat banyak. Gejala dapat berupa:

  • Gatal di bagian anus atau vagina, terutama di malam hari, pasien dapat menjadi sulit tidur karena gatal
  • Bruxism yaitu menggertakkan gigi secara tidak sadar
  • Mudah tersinggung atau sulit berkonsentrasi karena gatal
  • Sakit perut
  • Nafsu makan berkurang dan berat badan turun
  • Mual dan muntah
  • Diare
  • Mengompol
  • Sakit saat buang air kecil
  • kemerahan atau luka di sekitar anus karena terlalu sering di garuk

 

Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis cacing kremi dapat dilakukan wawancara mendalam (anamnesis), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Wawancara akan dilakukan dokter Anda seputar:

  • Gejala yang dialami pasien terutama pada malam hari
  • Riwayat kebiasaan pasien
  • Riwayat tempat tinggal dan lingkungan pasien

Pemeriksaan fisik umum akan dilakukan oleh dokter Anda, khususnya pemeriksaan pada anus. Pemeriksaan penunjang dengan melakukan:

Tes menggunakan plester khusus

Seseorang yang terinfeksi cacing kremi akan diminta untuk menempelkan plester tersebut pada kulit di sekitar anus di pagi hari, segera setelah bangun tidur, dan sebelum mandi. Plester ini berguna untuk memeriksa telur cacing yang mungkin berada di anus, untuk diperiksa di bawah mikroskop. Tes ini sebaiknya dilakukan 3 hari berturut-turut agar hasil yang didapatkan lebih akurat.

 

Tata Laksana

Dokter akan memberikan pengobatan sesuai dengan gejala dan kondisi tubuh. Prinsip pengobatan cacing adalah untuk menghilangkan cacing kremi, mengurangi gejala yang dirasakan dan mencegah komplikasi. Pengobatan yang akan diberikan:

  • Menjaga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
  • Obat-obatan anti cacing. Beberapa pilihan obat anticacing yang dapat diberikan untuk mematikan atau melumpuhkan cacing dalam tubuh yaitu mebendazole, pyrantel pamoat dan albendazole. Pasien biasanya membutuhkan setidaknya 2 dosis untuk menghilangkan cacing kremi sepenuhnya
  • Obat-obatan sesuai gejala, untuk mengurangi gatal, nyeri dan peradangan

 

Komplikasi

Infeksi cacing kremi sangat jarang menimbulkan komplikasi atau masalah Kesehatan serius. Namun, hal tersebut tetap bisa terjadi jika infeksi cacing kremi tidak diobati.

Pada anak-anak, gatal akibat telur cacing kremi di anus dapat mengakibatkan penurunan konsentrasi dan menimbulkan keresahan karena gatal yang diderita.

Pada wanita, cacing kremi yang berkembang biak dapat menyebar dari anus ke vagina, rahim, saluran tuba dan ke sekitar organ panggul. Hal ini bisa menyebabkan peradangan pada vagina (vaginitis), dinding rahim (endometritis) dan saluran tuba (salpingitis).

Komplikasi umum lain yang dapat muncul akibat infeksi cacing kremi adalah:

  • penurunan berat badan,
  • eksim atau infeksi bakteri di sekitar anus,
  • radang usus buntu,
  • infeksi di bagian dalam perut (peritonitis),
  • infeksi saluran kemih (urethritis)
  • kumpulan nanah (abses) di saluran tuba dan indung telur.

 

Pencegahan

Beberapa cara dapat dilakukan untuk mencegah dan menghentikan penyebaran infeksi cacing kremi yaitu:

  • Selalu mencuci tangan dengan air dan sabun setelah menggunakan kamar mandi, mengganti popok dan sebelum makan
  • Tidak membiarkan kuku panjang dan selalu menjaga kebersihan kuku
  • Menghindari kebiasaan mengisap jari dan menggigit kuku
  • Tidak berbagi penggunaan barang-barang pribadi, seperti handuk, pakaian dan sikat gigi
  • Mengganti pakaian setiap hari dan mengganti sprei secara berkala
  • Mencuci sprei, pakaian, handuk atau perlengkapan lainnya dengan air panas dan mengeringkannya dengan sinar matahari langsung
  • Membersihkan seluruh permukaan benda di dalam rumah secara teratur
  • Membiarkan sinar matahari masuk ke dalam rumah, karena sinar matahari dapat membantu membunuh telur cacing kremi di permukaan barang
  • Selalu menjaga kebersihan rumah dan lingkungan
  • Menghindari seks anal

 

Kapan Harus ke Dokter?

Infeksi cacing kremi mudah diatasi jika sudah terdiagnosis. Namun penanganan yang terlambat dapat menyebabkan infeksi yang parah atau berulang. Oleh karena itu, disarankan untuk segera ke dokter apabila mengalami gejala khas infeksi cacing kremi berupa gatal di anus pada malam hari.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

Writer : dr Vega Audina
Editor :
  • dr Ayu Munawaroh, MKK
Last Updated : Kamis, 29 Februari 2024 | 03:54

Cleveland Clinic (2019). Disease & Conditions. Pinworms. 


Mayo Clinic (2020). Diseases & Conditions. Pinworm infection

 

WebMD (2020). Pinworm Infection.

 

Medscape (2019). Pinworm (Enterobiasis). 

 

Centers for Disease Control and Prevention (2020). Parasites – Enterobiasis (Also Known as Pinworm Infection).