Erythema Toxicum Neonatorum

Credit: Merck Manual.

Bagikan :


Definisi

Erythema toxicum neonatorum adalah suatu kondisi timbulnya ruam pada kulit bayi baru lahir. Kata “erythema” berasal dari Bahasa Latin yang memiliki arti kemerahan, sedangkan kata “toxicum” memiliki arti keracunan. Kata “neonatorum” memiliki arti yaitu periode waktu antara kelahiran sampai bayi berusia 28 hari. Bayi yang tergolong dalam rentang usia tersebut disebut sebagai neonatus. Akan tetapi, erythema toxicum neonatorum bukanlah suatu kondisi keracunan pada bayi. Erythema toxicum neonatorum terkadang juga dikenal dengan istilah urtikaria neonatorum.

Erythema toxicum neonatorum merupakan kedaaan yang cukup umum terjadi yang sering terlihat pada bayi baru lahir. Gangguan ini diperkirakan mempengaruhi sebanyak hampir setengah dari semua bayi baru lahir cukup bulan (antara 37 hingga 40 minggu kehamilan), tetapi cukup jarang terjadi pada bayi yang lahir prematur (kurang bulan). Ruam akibat erythema toxicum neonatorum umumnya muncul di wajah atau bagian tengah tubuh bayi, tetapi bisa juga muncul di lengan atau paha yang ditandai dengan benjolan kuning keputihan yang dikelilingi oleh kulit merah. Erythema toxicum neonatorum biasanya terjadi dalam 3 sampai 14 hari setelah bayi lahir, meskipun mungkin muncul dalam beberapa hari pertama setelah bayi lahir. Erythema toxicum neonatorum bukan suatu kondisi berbahaya dan akan hilang meskipun tanpa pengobatan.

 

Penyebab

Penyebab pasti timbulnya erythema toxicum neonatorum masih belum diketahui. Namun, kondisi ini bukanlah akibat adanya infeksi, meskipun terkadang dapat ditemui bintil-bintil berisi nanah (pustula) pada kulit. Berbagai teori telah dikemukakan, termasuk kemungkinan bahwa kondisi ini sebagai efek normal dari sistem kekebalan tubuh bayi, tetapi bukan sebagai akibat suatu reaksi alergi. Erythema toxicum neonatorum juga tidak berhubungan dengan apakah bayi diberi ASI atau diberi susu botol.

Dugaan lain penyebab timbulnya erythema toxicum neonatorum berhubungan dengan kelenjar minyak dan rambut halus pada kulit bayi yang belum terbentuk dan berfungsi dengan matang. Bayi baru lahir cenderung memiliki jumlah rambut halus yang lebih banyak dibandingkan dengan orang dewasa. Erythema toxicum neonatorum jarang ditemukan di daerah seperti telapak tangan dan telapak kaki karena daerah tersebut tidak memiliki rambut halus. Pada rambut halus tersebut juga seringkali ditemukan akumulasi sel-sel radang, sehingga menunjukkan bahwa erythema toxicum neonatorum mungkin merupakan respon terhadap mikroba yang telah menyusup ke rambut halus. Proses ini dianggap sebagai bagian penting dalam perkembangan sistem kekebalan tubuh bayi baru lahir.

 

Faktor Risiko

Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko bayi baru lahir mengalami erythema toxicum neonatorum, antara lain:

  • Bayi yang dilahirkan melalui vagina (lahir normal)
  • Bayi yang lahir di iklim panas dan lembab
  • Bayi sehat yang lahir cukup bulan dan tidak dirawat di NICU (Neonatal Intensive Care Unit)
  • Bayi yang lahir dengan berat badan lebih
  • Bayi yang lahir di musim panas atau musim gugur
  • Bayi berjenis kelamin laki-laki

 

Gejala

Gejala erythema toxicum neonatorum biasanya berupa ruam pada kulit yang terlihat seperti bercak merah, yang awalnya menyerang wajah dan dapat menyebar ke badan, lengan, dan kaki, tetapi tidak terjadi pada telapak tangan atau telapak kaki. Selain itu, bintil-bintil dengan permukaan menonjol (papul) juga sering timbul. Terkadang akan terbentuk bintil kecil berisi nanah (pustul) atau bintil yang berisi berisi cairan (vesikel).

Ruam biasanya akan tampak seperti “jerawat” kecil dengan warna kuning atau putih yang dikelilingi oleh kulit berwarna kemerahan di sekitarnya. Ruam yang timbul dapat bervariasi jumlah dan ukurannya, biasanya berkisar antara 1 hingga 4 mm. Jika ruam ditekan dengan tekanan ringan, maka ruam akan tampak menjadi pucat dan memudar. Ruam mungkin dapat muncul saat bayi baru lahir, tetapi biasanya akan timbul dua hingga lima hari setelahnya.

Ruam kulit biasanya bersifat sementara dan terkadang bisa hilang dalam beberapa jam sementara ruam yang baru akan muncul di tempat yang lain. Pada sebagian besar kasus, ruam akan sembuh dalam 5 hingga 14 hari. Pada erythema toxicum neonatorum, kondisi bayi secara umum akan tampak sehat dan tidak mengalami gejala lainnya.

 

Diagnosis

Wawancara dan Pemeriksaan Fisik

Dalam mendiagnosis erythema toxicum neonatorum, dokter akan mulai dengan melakukan wawancara pada orang tua bayi atau pengasuh bayi. Dokter akan menanyakan gejala apa saja yang dialami bayi, sejak kapan gejala dialami, serta lokasi dan penyebaran ruam pada kulit. Dokter juga akan mencari faktor-faktor risiko yang mungkin berperan terhadap timbulnya erythema toxicum neonatorum. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan melihat langsung tampilan klinis ruam yang muncul. Dokter juga mungkin akan menekan ruam dan meraba permukaan kulit tempat di mana ruam muncul.

 

Pemeriksaan Penunjang

Pada dasarnya, diagnosis erythema toxicum neonatorum dapat ditegakkan berdasarkan hasil wawancara dan pemeriksaan fisik karena kondisi ini memiliki tampilan klinis yang cukup khas. Namun, jika dokter mencurigai adanya kondisi lain pada anak, maka mungkin akan dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya, seperti apusan Tzanck, di mana dokter akan mengambil sedikit kerokan kulit atau cairan dari bintil yang akan ditetesi dengan cairan khusus, kemudian sampel diperiksa di bawah mikroskop.

Pemeriksaan lain yang mungkin disarankan dokter adalah biopsi kulit, di mana dokter akan mengambil sedikit sampel jaringan kulit dan kemudian dikirim ke laboratorium untuk diperiksa di bawah mikroskop.

 

Tata Laksana

Pada umumnya, ruam pada erythema toxicum neonatorum hanya akan berlangsung selama beberapa hari saja. Tidak diperlukan tatalaksana khusus untuk erythema toxicum neonatorum karena ruam akan menghilang dengan sendirinya dalam kurun waktu 5 hingga 14 hari. Ruam kulit juga tidak akan menimbulkan bekas atau kondisi berbahaya lainnya.

 

Komplikasi

Erythema toxicum neonatorum bukanlah suatu kondisi yang serius dan berbahaya. Ruam akan menghilang secara spontan dan kulit bayi akan kembali normal. Erythema toxicum neonatorum juga tidak menimbulkan komplikasi dan masalah jangka panjang lainnya.

Meskipun tidak berbahaya dan tidak menimbulkan komplikasi, erythema toxicum neonatorum terkadang dapat menyerupai beberapa kondisi kulit bayi baru lahir lainnya, seperti:

  • Jerawat bayi (Acne Neonatorum)

Seperti jerawat pada orang dewasa, biasanya jerawat muncul di daerah pipi dan dahi bayi. Timbulnya jerawat merah kecil diduga disebabkan oleh pengaruh hormon ibu. Kondisi ini umumnya juga akan hilang tanpa pengobatan dalam beberapa bulan.

  • Milia

Milia adalah kondisi di mana terdapat bintil putih keras yang dapat terbentuk dari kelenjar minyak bayi Anda. Keadaan ini biasanya muncul di hidung, dagu, atau dahi bayi baru lahir. Milia umumnya juga akan hilang tanpa perawatan dalam beberapa minggu dan tidak meninggalkan bekas luka. Jika iritasi kulit akibat penggunaan selimut atau pakaian tertentu terjadi bersamaan dengan milia, kondisinya mungkin menyerupai erythema toxicum neonatorum.

 

Pencegahan

Belum diketahui cara pasti untuk mencegah timbulnya erythema toxicum neonatorum, tetapi Anda dapat melakukan beberapa cara berikut untuk mencegah terjadinya perburukan atau infeksi pada ruam:

  • Hindari memandikan bayi secara berlebihan, karena bayi memiliki kulit halus yang mudah kering dengan penggunaan sabun.
  • Jangan menggaruk, memencet, atau mengeluarkan cairan dari bintil yang berisi nanah (pustula). Tindakan ini akan membuat infeksi kulit lebih mungkin terjadi.
  • Penggunaan krim dan losion tidak diperlukan untuk mengatasi ruam. Jika Anda sudah terbiasa menggunakan produk untuk mencuci dan melembabkan kulit bayi Anda, tidak apa-apa untuk melanjutkannya tetapi pastikan produk tersebut bebas zat pewangi dan dirancang untuk digunakan pada kulit bayi.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Konsultasikan bayi Anda ke dokter jika mengalami ruam pada kulit dan Anda tidak yakin apa yang menyebabkannya. Selain itu, bawa bayi Anda ke dokter jika mengalami ruam yang disertai gejala lain, seperti rewel, tidak mau menyusu, atau demam.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : dr Dedi Yanto Husada
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Rabu, 12 April 2023 | 20:54

American Osteopathic College of Dermatology. Erythema Toxicum Neonatorum. Retrieved 17 Mei 2022, from https://www.aocd.org/page/ETN

Amanda, K. Erythema Toxicum (Newborn Rash). (2020). Retrieved 17 Mei 2022, from https://www.babycenter.com/health/conditions/erythema-toxicum-newborn-rash_10332540

Jacqueline, P. Erythema Toxicum Neonatorum. (2016). Retrieved 17 Mei 2022, from https://patient.info/skin-conditions/skin-rashes/erythema-toxicum-neonatorum

Natalie, P. Erythema Toxicum Neonatorum (ETN). (2016). Retrieved 17 Mei 2022, from https://www.healthline.com/health/erythema-toxicum

Diana, P. Toxic Erythema of the Newborn. Retrieved 17 Mei 2022, from https://dermnetnz.org/topics/toxic-erythema-of-the-newborn

Euripides, R., et al. Erythema Toxicum. (2021). Retrieved 17 Mei 2022, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470222/

Damien Jonas, W. Erythema Toxicum Neonatorum. (2019). Retrieved 17 Mei 2022, from https://www.news-medical.net/health/Erythema-Toxicum-Neonatorum.aspx