Definisi
Gangguan aversi seksual merupakan keengganan ekstrem disertai penghindaran terhadap kontak seksual dengan pasangan. Pada kasus yang berat, seseorang dapat menghindari seluruh kontak fisik dengan pasangan termasuk hanya berpegangan tangan karena takut akan menyebabkan interaksi seksual. Biasanya gangguan ini didiagnosis pada dekade kedua kehidupan, dimana orang-orang mulai aktif dalam aktivitas seksual.
Gangguan ini merupakan bentuk paling berat dari gangguan gairah seksual karena melibatkan adanya ketakutan akan hubungan intim dan keinginan kuat untuk menghindari situasi seksual. Pada pria, gangguan ini sering berkaitan dengan keengganan terhadap vagina wanita akibat bentuk atau bau dari vagina.
Terdapat dua tipe gangguan aversi seksual yaitu:
- Tipe yang selalu ada, tidak peduli seseorang sedang berada pada hubungan seperti apa atau sedang menjalin hubungan dengan siapa
- Tipe didapat, dimana gangguan tersebut hanya terjadi ketika seseorang berada dalam hubungan tertentu atau dengan orang tertentu. Saat orang tersebut sudah tidak berada dalam hubungan itu, maka gejala akan hilang.
Penyebab
Penyebab paling umum dari gangguan aversi seksual adalah adanya riwayat trauma seksual seperti pemerkosaan, inses, pencabulan, pemaksaan hubungan intim, dan bentuk kekerasan seksual lainnya. Hal ini penting terutama jika terjadi pada masa-masa dimana otak membentuk suatu pengertian mengenai seksualitas, yaitu pada masa kanak-kanak dan remaja. Jika suatu trauma seksual terjadi pada masa tersebut, otak dapat menghubungkan gairah seksual atau sentuhan seksual dengan ancaman, bahaya, cemas, atau sesuatu yang menyakitkan.
Selain itu, penyebab lain yang ditemukan dapat menimbulkan gangguan ini adalah ketakutan terhadap AIDS ataupun penyakit menular seksual lainnya, takut hamil, dan takut terhadap darah yang dapat terlihat pada penis setelah penetrasi.
Pada gangguan aversi seksual dikatakan terjadi penurunan hormon seks seperti estrogen dan androgen adrenal. Penurunan hormon ini dapat disebabkan oleh tingkat stress yang tinggi.
Faktor Risiko
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena gangguan aversi seksual adalah:
- Adanya gangguan cemas atau panik, banyak orang dengan gangguan aversi seksual juga memiliki gangguan cemas atau gangguan panik, serta fobia lainnya
- Adanya PTSD atau gangguan stress pasca trauma
- Pernah menjalani hubungan yang tidak sehat
- Wanita lebih sering merasa tidak percaya diri, khawatir akan pendapat pasangannya mengenai alat seksualnya, serta lebih takut terhadap hubungan intim terutama jika sebelumnya belum pernah berhubungan intim. Beberapa wanita juga mengalami vaginismus dimana terdapat kesulitan untuk penetrasi ke dalam vagina meskipun wanita tersebut menginginkannya. Hal ini akan membuat wanita cemas ketika memikirkan penetrasi.
- Pada pria, gangguan aversi ini dapat terjadi akibat adanya kekhawatiran tidak dapat memuaskan pasangan seksualnya
- Adanya masalah identitas seksual yang belum terselesaikan
Gejala
Tanda yang khas dari gangguan aversi seksual hanyalah adanya keengganan yang ekstrem terhadap kontak seksual dengan pasangan. Keengganan untuk berhubungan seksual dapat terlihat dari reaksi seperti cemas, takut, dan bahkan jijik. Bahkan pada kasus yang berat, dapat muncul serangan panik dengan kecemasan, sensasi melayang, mual, sensasi akan pingsan, berdebar-debar, dan sensasi sesak napas yang ekstrem. Reaksi ini dapat muncul hanya dengan memikirkan dirinya melakukan hubungan seksual.
Rangsangan seksual yang memicu keengganan dapat bervariasi dari hal yang spesifik seperti cairan tubuh sampai hal umum seperti berciuman, bersentuhan, dan berpelukan.
Terdapat pengelompokan lain dari tipe gangguan aversi seksual adalah:
- Tipe aversi total, keengganan terhadap seluruh sensasi, perasaan, dan pikiran erotis
- Tipe aversi situasional, terbatas pada aspek spesifik dari seks seperti genital, penetrasi, fantasi, orgasme, seks oral, dan lain-lain. Beberapa orang memiliki ketakutan yang spesifik terhadap suatu aspek dari hubungan seksual, misalnya terhadap cairan vagina atau ejakulat. Pada kasus seperti ini, orang tersebut akan sebisa mungkin menghindari hal-hal yang dapat membuatnya berkontak dengan cairan tubuh sehingga rasa takut atau serangan panik tidak muncul. Tipe ini masih bisa menikmati banyak aspek lain dari aktivitas seksual selama rangsangan spesifik dapat dihindari, contohnya masih bisa masturbasi untuk mencapai orgasme.
Pada umumnya, gangguan aversi seksual akan memunculkan gejala yang biasanya berhubungan dengan kecemasan yang berat dan depresi, namun kadang dapat muncul juga perilaku menghindar pada aspek lain di kehidupan. Individu dengan gangguan ini dapat menghindari potensi aktivitas seksual dengan strategi seperti tidur lebih cepat, bepergian, tidak memedulikan penampilan, penyalahgunaan obat, menyibukkan diri dengan pekerjaan, sekolah, maupun aktivitas lainnya.
Tingkat keengganan untuk melakukan aktivitas seksual sangat bervariasi, ada yang mampu melawan keengganan dan saat melakukan aktivitas pun pada akhirnya mendapatkan kenikmatan. Namun, ada juga yang benar-benar tidak dapat merasakan sensasi erotis dan beberapa bahkan disertai serangan panik.
Diagnosis
Gangguan aversi seksual didiagnosis jika terdapat keengganan ekstrem yang menetap dan berulang. Keengganan ini juga disertai sikap menghindar terhadap kontak seksual dengan pasangan seksual, yang mengganggu kehidupan dan hubungan antar pribadi secara signifikan.
Gangguan aversi seksual berbeda dengan fobia seksual dan gangguan gairah seksual dimana pada gangguan aversi yang terjadi adalah perasaan jijik pada gagasan seksual, sedangkan fobia seksual merupakan suatu ketakutan terhadap seks. Sementara itu, pada gangguan gairah seksual, masalah disebabkan karena tidak adanya gairah atau keinginan terhadap aktivitas seksual, bukan ketakutan atau kecemasan.
Tata Laksana
Terapi untuk gangguan aversi seksual hampir sama dengan terapi gangguan cemas yang berat seperti:
- Desensitisasi sistematik atau exposure therapy, pasien menulis sebuah daftar aktivitas seksual, lalu mereka dipaparkan dengan aktivitas yang memicu cemas tersebut sembari dilatih untuk relaksasi. Terapi dilakukan sampai tidak ada lagi perasaan cemas yang intens. Saat pasien sudah terpapar pada semua aktivitas dan terapi relaksasi berhasil, maka orang tersebut akan melakukan apa yang sudah dilatih kepada pasangannya.
- Psikoterapi
- Terapi integratif, dengan mengombinasikan terapi dari dokter, psikolog, terapis seks, dan terapis fisik
- Obat-obatan, biasanya dipakai pada gangguan yang disertai dengan serangan panik yang berat sehingga menyebabkan kesulitan yang nyata
- Konseling pernikahan, dilakukan jika gangguan menyebabkan masalah pada pasangan
Komplikasi
Jika tidak diterapi, ganguan aversi seksual dapat menyebabkan masalah rumah tangga, perceraian, dan ketidakbahagiaan yang kronis bagi sebuah hubungan atau pernikahan. Selain itu, pada gangguan yang berat dapat disertai dengan serangan panik.
Pencegahan
Tidak ada hal spesifik yang dapat mencegah gangguan aversi seksual. Menyelesaikan permasalahan yang ada seperti trauma pasca kekerasan seksual dapat membantu untuk mengurangi risiko berkembangnya trauma menjadi gangguan aversi.
Kapan Harus ke Dokter
Apakah pikiran akan kontal seksual membuat Anda bergidik? Apakah Anda sering menghindari atau membatasi aktivitas seksual? Apakah bagi Anda sentuhan seksual atau bahkan sentuhan romantis non seksual seperti beperlukan atau berciuman, terasa tidak menarik dan menjijikkan? Jika Anda merasakan hal tersebut dan kehidupan Anda mulai terganggu, sebaiknya Anda berkonsultasi ke dokter. Anda berhak untuk mendapatkan kebahagiaan dari kehidupan seksual. Meskipun terkadang sulit untuk membuka diri mengenai kondisi ini kepada pasangan atau dokter, cobalah untuk membicarakannya agar Anda mendapatkan rencana terapi yang tepat sehingga Anda dapat memiliki kehidupan seksual yang menyenangkan dan memuaskan dengan pasangan Anda.
- dr Hanifa Rahma
Sexual Aversion Disorder: Signs, Causes, and Treatment. Verywell Mind. (2022). Retrieved 7 February 2022, from https://www.verywellmind.com/what-is-sexual-aversion-disorder-5199765.
Brotto, L. (2009). The DSM Diagnostic Criteria for Sexual Aversion Disorder. Archives Of Sexual Behavior, 39(2), 271-277. https://doi.org/10.1007/s10508-009-9534-2
Sexual Aversion Disorder (302.79) | Abnormal Psychology. Courses.lumenlearning.com. (2022). Retrieved 8 February 2022, from https://courses.lumenlearning.com/abnormalpsychology/chapter/sexual-aversion-disorder-302-79/.
Sexual Aversion Disorder (SAD). Sexualhealthaustralia.com.au. (2022). Retrieved 8 February 2022, from https://www.sexualhealthaustralia.com.au/sexual-aversion-disorder-sad1.html.
Sexual Aversion | San Diego Sexual Medicine. Sandiegosexualmedicine.com. (2022). Retrieved 8 February 2022, from https://www.sandiegosexualmedicine.com/female-issues/sexual-aversion.