Hiperpigmentasi Pasca Inflamasi

Bagikan :


Definisi

Kulit merupakan salah satu bagian tubuh yang penting bagi manusia. Kulit manusia berfungsi untuk melindungi manusia dari paparan bahaya fisik, kimia mau pun biologi. Kulit yang terawat juga dapat menunjang penampilan seseorang. Secara garis besar, kulit terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan epidermis pada bagian terluar, lapisan dermis pada bagian tengah dan bagian hipodermis pada bagian paling dalam.

Kulit manusia dapat mengalami peradangan atau inflamasi yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti infeksi, cedera, dan lain-lain. Kerusakan pada lapisan kulit pasca mengalami peradangan atau inflamasi dapat menyebabkan timbulnya bekas. Salah satu bentuk bekas yang ditimbulkan pasca peradangan berupa perubahan warna kulit bekas peradangan yang menjadi lebih gelap dibanding dengan warna kulit di sekitarnya. Perubahan warna menjadi lebih gelap tersebut disebut juga sebagai hiperpigmentasi.

Secara terminologi, hiperpigmentasi pasca inflamasi didefinisikan sebagai sebuah kelainan pada kulit yang terjadi setelah peradangan atau cedera pada kulit. Kondisi ini umum ditemukan pada semua kalangan tanpa mengenal jenis kelamin. Namun, kondisi ini lebih sering terlihat terutama pada orang dengan kulit berpigmen, tanpa terkecuali orang Indonesia.

Semakin gelap warna kulit, semakin tinggi intensitas dan persisten kondisi hiperpigmentasi pasca inflamasi. Seseorang memiliki risiko 65% lebih tinggi mengalami kondisi hiperpigmentasi pasca inflamasi jika berkulit gelap dan berjerawat.

Secara umum, kondisi ini diketahui dapat semakin membaik secara spontan. Proses ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun sehingga memerlukan perawatan jangka panjang. Kondisi hiperpigmentasi pasca inflamasi pada umumnya menyebabkan efek psikologis yang cukup buruk pada penderitanya, terutama jika bekas tersebut berada pada bagian wajah, tangan, dan bagian-bagian lain yang dapat dilihat oleh orang lain.

 

Penyebab

Pada kulit, terdapat terdapat sel pewarna yang disebut dengan melanin. Melanin akan memberikan warna pada kulit. Semakin gelap warna kulit, semakin banyak jumlah melanin pada lapisan kulit. Di kasus hiperpigmentasi pasca inflamasi, peradangan atau inflamasi akan memicu peningkatan jumlah produksi zat pewarna kulit atau melanin di lapisan kulit sehingga terjadi penumpukan. Penumpukan melanin kemudian akan menyebabkan area yang terkena peradangan atau cedera berwarna lebih gelap dibanding dengan area di sekitarnya.

Terdapat beberapa penyebab yang paling sering menyebabkan munculnya bercak berwarna lebih gelap pada kasus hiperpigmentasi pasca inflamasi, yaitu acne vulgaris, atopic dermatitis, dan impetigo. Lebih lanjut, terdapat beberapa penyebab lain berupa:

  • Infeksi: infeksi virus, infeksi jamur, impetigo.
  • Alergi: dermatitis kontak, dermatitis atopi, scleroderma, sarcoidosis, penyakit lupus (systemic lupus erythematosus), dermatomyositis, reaksi gigitan serangga.
  • Cedera: luka bakar, terapi radiasi, terapi laser, cryotherapy, chemical peels.
  • Penyakit papulosquamous: psoriasis, lichen planus, pityriasis rosea, lichen simplex chronicus.

 

Faktor Risiko

Secara umum, hiperpigmentasi pasca inflamasi dapat terjadi pada semua usia tanpa mengenal jenis kelamin. Namun, terdapat hal-hal yang meningkatkan risiko seseorang mengalami hiperpigmentasi pasca inflamasi, beberapa diantaranya berupa:

  • Memiliki kulit berpigmen,
  • Berkulit hitam (memiliki banyak pigmen pada kulit) dan berjerawat.

 

Gejala

Hiperpigmentasi pasca inflamasi umumnya tidak menimbulkan gejala atau asimptomatis. Hiperpigmentasi pasca inflamasi hanya menimbulkan tanda berupa bercak atau lesi berwarna lebih gelap dibanding warna kulit sekitarnya. Namun, meskipun tidak menimbulkan gejala, kondisi ini dapat berdampak pada psikologis (kesehatan mental) yang persisten. Hal ini lebih lanjut dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya.

 

Diagnosis

Setelah penyebab terjadinya kondisi ini seperti peradangan atau cedera sembuh, umumnya pasien tidak merasakan adanya gejala. Pasien mengeluhkan adanya gangguan psikologis yang dirasakan sebagai dampak dari bekas yang ditimbulkan, terutama jika hiperpigmentasi pasca inflamasi muncul pada daerah wajah, leher, tangan, atau pada daerah-daerah lain yang terlihat oleh orang lain.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, dokter Anda akan menemukan adanya sejenis lesi atau bercak berwarna lebih gelap dibanding warna kulit di sekitarnya. Bercak ini muncul pada daerah yang sebelumnya mengalami peradangan atau cedera. Bercak dapat berwarna kecoklatan, atau coklat gelap dan dapat menetap selama beberapa bulan hingga bertahun-tahun jika tidak diobati.

Pada umumnya, kondisi ini akan mengalami perbaikan dengan sendirinya, tapi proses perbaikan tersebut membutuhkan waktu cukup lama. Namun, terdapat pula hiperpigmentasi pasca inflamasi yang tidak dapat menghilang atau dapat bersifat permanen.

Umumnya, jika hiperpigmentasi pasca inflamasi terletak pada lapisan paling luar kulit atau epidermis, kondisi ini dapat menghilang dengan sendirinya dan umumnya berwarna kecoklatan. Kondisi ini disebut sebagai hiperpigmentasi epidermal. Jika penumpukan zat warna kulit terjadi pada lapisan dalam kulit atau dermis, kondisi ini cenderung bersifat permanen dan berwarna biru keabu-abuan. Kondisi ini disebut sebagai hiperpigemntasi dermal.

Pemeriksaan Penunjang

Untuk membedakan antara hiperpigmentasi dermal dan epidermal, dokter Anda dapat melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, salah satunya berupa wood lamp. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan lampu wood yang dilakukan pada bagian bercak kulit. Pada kasus hiperpigmentasi epidermal, pemeriksaan lampu wood akan  telihat bercak berbatas bercak yang tegas. Sedangkan pada kasus hiperpigmentasi dermal, pemeriksaan lampu wood akan menunjukan adanya bercak yang berbatas tidak tegas. Dapat pula ditemukan campuran dari kedua kasus ini, yaitu hiperpigemntasi epidermal dan dermal. Pada pemeriksaan lampu wood akan telihat dua buah lesi atau bercak epidermal dan dermal dengan bagian tengah berbatas tegas.

Selain pemeriksaan dengan menggunakan wood lamp, dokter Anda juga mungkin melakukan pemeriksaan biopsi untuk menegakan diagnosis jika penyebab munculnya bercak hiperpigmentasi tidak diketahui.

Jika bercak yang muncul disertai dengan adanya gejala yang mengarah ke penyakit lain, dokter Anda mungkin juga akan melakukan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis.

 

Tata Laksana

Kondisi hiperpigemntasi pasca inflamasi umumnya akan membaik seiring berjalannya waktu meskipun tanpa diberikan terapi. Kondisi ini membutuhkan waktu kurang lebih selama 6 hinga 12 bulan pada jenis hiperpigmentasi epidermal.

Pengobatan pada hiperpigemntasi pasca inflamasi sejak dini penting untuk dilakukan guna mempercepat proses penyembuhan dan mencegah perburukan. Namun, perlu diperhatikan bahwa pengobatan hiperpigmentasi pasca inflamasi yang tidak sesuai prosedur dapat menyebabkan pelebaran bercak atau lesi dikarenakan adanya iritasi pada pengobatan.

Untuk mengobati kondisi ini, dokter Anda akan memberikan pengobatan secara topikal atau dioleskan pada permukaan bercak untuk mengurangi hiperpigmentasi paca inflamasi. Beberapa diantaranya berupa:

  • Pencerah warna kulit seperti hydroquinone dan asam azaleat untuk membantu mengurangi produksi zat warna kulit atau melanin. Penggunaan hydroquinone harus dibawah pengawasan dokter karena dapat menyebabkan bahaya dan menyebabkan kerusakan pada kulit jika digunakan tanpa pengawasan.
  • Dokter Anda juga akan memberikan obat yang berguna untuk meningkatkan pergantian dan perbaruan sel kulit.
  • Dokter Anda juga akan memberikan chemical peels untuk membersihkan sel kulit yang mengandung deposit zat warna kulit atau melamin berlebih.

Untuk mengatasi hiperpigmentasi pasca inflamasi, dokter Anda mungkin akan melakukan kombinasi dalam pengobatan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Perlu diingat bahwa pengobatan pada kondisi ini tidak dapat mendapatkan hasil secara cepat sehingga dibutuhkan kesabaran saat menjalani pengobatan.

 

Komplikasi

Hiperpigmentasi pasca inflamasi tidak menimbulkan gangguan fisik yang serius. Namun, kondisi ini dapat berdampak pada psikologis atau kesehatan mental Anda. Jika Anda merasa kondisi kulit yang Anda rasakan saat ini membuat Anda merasa stres, malu atau tertekan, Anda dapat menutupi bercak tersebut dengan menggunakan make up. Hal ini dapat membantu Anda merasa lebih percaya diri. Pilihlah warna yang sesuai dengan warna kulit sehingga bercak dapat ditutupi dengan baik. Gunakan juga tabir surya untuk mencegah semakin gelapnya warna pada bercak hiperpigmentasi pasca inflamasi. Jika bisa, hindari paparan sinar matahar secara langsung, gunakan pakaian tertutup, dan gunakan sunblock dengan setidaknya SPF 30 setiap hari.

Jika Anda takut mengalami kekurang vitamin D karena kurangnya sinarnya paparan sinar matahari, Anda dapat mengatasinya dengan mengonsumsi suplemen yang mengandung vitamin D atau mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin D seperti salmon.

 

Pencegahan

Jaga kulit Anda agar tetap sehat. Jika Anda telah mengalami hiperpigmentasi pasca inflamasi, gunakan sunblock setiap hari untuk mencegah semakin gelapnya warna pada bercak hiperpigmentasi.

 

Kapan Harus Ke Dokter?

Anda dapat pergi ke dokter jika Anda merasa tidak nyaman, malu, atau stres dengan keberadaan bercak hiperpigmentasi pasca inflamasi.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya, cek di sini ya!

 

 

Writer : dr Sherly Deftia Agustina
Editor :
  • dr Anita Larasati Priyono
Last Updated : Jumat, 14 April 2023 | 15:29

Lawrence E, Al Aboud KM. Postinflammatory Hyperpigmentation. [Updated 2021 Oct 9]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559150/

Medscape.com. (2021, 5 April). Postinflammatory Hyperpigmentation: Background, Pathophysiology, Etiology. Diakses pada 23 Maret 2022, dari https://emedicine.medscape.com/article/1069191-overview

Webmd.com. (2021, 2 November). What is Post Inflammatory Hyperpigmentation? Causes, Risks, Treatments, and Management. Diakses pada 23 Maret 2022, dari https://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/what-is-post-inflammatory-hyperpigmentation

Wardhani, P. H. (2016) ‘Pilihan Terapi Hiperpigmentasi Pascainflamasi pada Kulit Berwarna (Treatment Options for Postinflammatory Hyperpigmentation in Color Skin)’, Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 28, pp. 1–8.