Definisi
Iridosiklitis adalah peradangan pada iris (selaput pelangi) dan badan silier pada mata. Penyakit ini merupakan bagian dari satu kelompok besar bernama uveitis, yaitu peradangan pada uvea (lapisan dalam bola mata di antara retina yang menerima cahaya dan bagian putih bola mata). Nama lain dari iridosiklitis adalah uveitis anterior, yang artinya uveitis pada bagian depan bola mata. Dari semua jenis uveitis, iridosiklitis adalah yang tersering, dengan jumlah 12 kejadian per 100.000 orang atau sekitar 50-70% dari seluruh penderita uveitis.
Penyebab
Iridosiklitis dapat berdiri sendiri tanpa berhubungan dengan penyakit atau peradangan pada bagian tubuh lainnya. Namun, iridosiklitis juga dapat berhubungan dengan beberapa penyakit lain misalnya, infeksi virus. Infeksi virus yang sering dikaitkan dengan iridosiklitis adalah infeksi herpes simpleks, yang menyebabkan lenting pada bibir atau kelamin. Iridosiklitis ini biasanya terjadi pada satu mata, baik akut maupun kronik. Infeksi lainnya yang dapat berkaitan dengan iridosiklitis adalah infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang menyebabkan penyakit tuberkulosis. Berbeda dengan infeksi herpes simpleks, iridosiklitis akibat tuberkulosis lebih sering menyerang kedua mata.
Selain itu, iridosiklitis dapat terkait dengan gen HLA-B27, yang mengatur protein HLA-B27 pada permukaan sel. Jika gen ini terdapat pada tubuh seseorang, beberapa penyakit dapat muncul, seperti ankylosing spondylitis, inflammatory bowel disease, dan psoriasis. Ankylosing spondylitis merupakan peradangan sendi tulang belakang yang kemudian menyebabkan tulang belakang menjadi kaku. Inflammatory bowel disease merupakan peradangan pada usus, yang biasa ditandai dengan nyeri perut, penurunan berat badan, dan diare, baik berdarah maupun tidak. Psoriasis merupakan peradangan pada kulit yang ditandai dengan ruam merah bersisik putih. Iridosiklitis terkait gen ini biasanya terjadi pada satu mata secara tiba-tiba dan bersifat akut (kurang dari 3 bulan).
Selain penyebab-penyebab tersebut, 20% dari seluruh kasus iridosiklitis disebabkan oleh cedera tumpul pada mata.
Faktor Risiko
Kejadian iridosiklitis sama rata pada setiap ras dan jenis kelamin. Iridosiklitis dapat terjadi pada semua usia, namun paling banyak terjadi pada usia 40-50 tahun. Iridosiklitis akibat adanya gen HLA-B27 positif lebih sering ditemukan pada kulit putih. Di Indonesia sendiri, iridosiklitis banyak terjadi akibat infeksi tuberkulosis karena tingginya angka kejadian tuberkulosis. Faktor risiko lainnya adalah adanya riwayat penyakit autoimun berupa peradangan pada sendi tulang belakang, ruam bersisik, atau diare berdarah. Selain itu, faktor risiko di luar tubuh dapat berupa cedera pada mata, gigitan serangga, penyakit menular seksual seperti sifilis (raja singa), infeksi parasit seperti toksoplasma, serta infeksi virus seperti penyakit herpes simpleks, herpes zoster, dan rubella (campak jerman).
Gejala
Pada iridosiklitis, gejala yang dikeluhkan dapat berupa nyeri mata seperti nyeri tumpul dan gatal di dekat mata, atau sensasi benda asing pada mata. Nyeri ini muncul karena adanya kekakuan pada otot silier, yang berfungsi untuk menyesuaikan bentuk lensa saat melihat benda jauh dan dekat. Selain itu, gejala yang sering dikeluhkan lainnya adalah sensitivitas terhadap cahaya, yang akan memperparah nyeri. Hal ini terjadi karena otot-otot pada iris juga mengalami peradangan. Keluhan penglihatan lainnya adalah tajam penglihatan yang menurun serta kemungkinan adanya floaters, atau melihat titik-titik hitam yang melayang. Gejala yang dapat dilihat pada mata adalah adanya mata merah. Biasanya, gejala-gejala ini muncul selama beberapa hari sampai 3 bulan (akut) namun dapat bertahan hingga lebih dari 3 bulan (kronik).
Diagnosis
Diagnosis iridosiklitis dapat dibantu dengan pertanyaan mengenai riwayat penyakit sesuai dengan faktor risiko. Selain itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fungsi penglihatan berupa tajam penglihatan, pergerakan bola mata, refleks cahaya, dan lapang pandang untuk mencari adanya gangguan pada penglihatan. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan pada luar mata untuk melihat bentuk pupil (lubang hitam pada bagian tengah bola mata). Pada iridosiklitis, pupil yang biasanya berbentuk bulat dapat berubah bentuk karena iris menempel pada lensa. Pada keadaan normal, iris tidak menempel pada lensa. Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan tekanan bola mata, yang dapat menurun karena produksi cairan oleh badan silier menurun.
Pemeriksaan yang dapat menegakkan diagnosis iridosiklitis adalah slit lamp. Dengan pemeriksaan slit lamp, dokter dapat mencari adanya penumpukan sel darah putih pada bagian depan tengah bola mata. Selain itu, pemeriksaan dalam bola mata menggunakan oftalmoskop juga perlu dilakukan, dengan sebelumnya mata diberikan obat untuk melebarkan pupil. Pemeriksaan dalam bola mata ini diperlukan untuk menentukan apabila peradangan terbatas pada bagian depan bola mata, sesuai dengan iridosiklitis, atau sampai ke bagian tengah atau belakang bola mata.
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada iridosiklitis adalah pemeriksaan gen HLA-B27 dan diagnosis sifilis, misalnya menggunakan treponema pallidum hemagglutination assay (TPHA) atau venereal disease research laboratory (VDRL). Jika hasil tes sifilis positif, pemeriksaan penyakit menular seksual lainnya dan pemeriksaan HIV juga perlu dilakukan. Pemeriksaan tes cepat molekuler (TCM) tuberkulosis dapat pula dilakukan. Sementara itu, jika ada kecurigaan penyakit autoimun, pemeriksaan antinuclear antibody (ANA) dapat dilakukan. Pemeriksaan urin dapat pula dilakukan untuk mengetahui adanya masalah pada ginjal. Pencitraan seperti rontgen dada dapat dilakukan apabila dicurigai penyebab iridosiklitis berasal dari sarkoidosis atau tuberkulosis.
Tata Laksana
Tujuan utama tata laksana iridosiklitis adalah mengurangi peradangan yang terjadi. Jika peradangan terjadi akibat infeksi, infeksi tersebut harus segera ditangani. Jika peradangan terjadi tanpa adanya infeksi, antiradang seperti steroid dapat diberikan dengan diminum. Obat-obatan penurun respon radang lainnya dapat pula digunakan. Jika peradangan terlalu parah, obat tersebut dapat disuntikkan pada bola mata. Namun, penyuntikan obat pada bola mata memiliki risiko infeksi, sehingga dokter akan menimbang antara risiko dan keuntungannya sebelum hal tersebut dilakukan. Jika peradangan diakibatkan oleh infeksi, terapi akan menyesuaikan penyebab infeksi. Misalnya, pada infeksi tuberkulosis, obat yang diberikan adalah obat antituberkulosis (OAT).
Selain itu, tata laksana iridosiklitis dilakukan untuk meredakan nyeri. Obat yang digunakan untuk meredakan nyeri adalah obat-obatan golongan sikloplegik, yaitu obat-obatan yang berfungsi untuk melemaskan otot-otot pada iris dan badan silier. Selain untuk meredakan nyeri, obat-obatan ini dapat mencegah iris menempel pada lensa yang berada tepat di belakangnya.
Komplikasi
Komplikasi iridosiklitis adalah menempelnya iris pada lensa, yang selanjutnya menyebabkan aliran cairan pada bola mata bagian depan terhambat. Hal ini dapat mengakibatkan tekanan dalam bola mata meningkat sehingga terjadi glaukoma. Glaukoma sendiri memiliki komplikasi berupa penurunan penglihatan secara bertahap hingga menyebabkan kebutaan. Selain itu, katarak juga dapat menjadi komplikasi, baik karena peradangan atau karena penggunaan obat steroid.
Pencegahan
Pada iridosiklitis akibat gen HLA-B27, pencegahan sangatlah sulit untuk dilakukan. Namun, iridosiklitis akibat infeksi dapat dicegah dengan menghindari infeksi yang bersangkutan dan menaati tata laksana infeksi tersebut sebelum menyebar ke mata. Misalnya, jika Anda terdiagnosis TB paru dan sedang berobat, sebaiknya Anda menaati anjuran dokter untuk mengonsumsi OAT hingga selesai, meskipun sudah tidak ada gejala. Sementara itu, penyebab seperti sifilis dapat dicegah dengan praktik seks aman dan tidak bergonta-ganti pasangan seks.
Kapan harus ke dokter?
Jika Anda mengalami mata merah, ketidaknyamanan pada mata, sensitivitas terhadap cahaya yang memperparah nyeri, serta penurunan penglihatan, segeralah ke dokter. Gejala-gejala ini dapat mengarah kepada iridosiklitis, namun dapat pula kepada penyakit lainnya yang membutuhkan terapi segera. Pada iridosiklitis, tata laksana yang dimulai dalam 24 jam setelah gejala muncul dapat meningkatkan hasil terapi.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Nadia Opmalina