Maloklusi

Gigi yang kurang rata sehingga tidak dapat menutup dengan baik

Bagikan :


Definisi

Maloklusi adalah kondisi saat tulang rahang dan gigi tidak rata atau tidak sejajar. Kondisi yang tidak sejajar tersebut membuat gigi terlihat berantakan dan menyebabkan permasalahn seperti tumpang tindihnya gigi, gigi yang terlihat bengkok, overbite atau gigi tonggos, atau masalah yang lain yang disebabkan dari gigi yang tidak rata. Maloklusi diperlukan tata laksana yang tepat dan dapat menimbulkan beberapa dampak apabila tidak ditangani dengan baik. Dampak tersebut antara lain:

  • Kepercayaan diri menurun karena penampilan wajah yang tidak simetris
  • Kesulitan dalam menggigit, menguyah, dan berbicara
  • Kerusakan gigi akibat sulit untuk membersihkan gigi akibat gigi berantakan dan bertumpukan.
  • Nyeri atau rasa kram di sekitar sendi rahang.
  • Permasalahan pencernaan.

Jenis-jenis maloklusi

  • Kelas 1

Maloklusi dianggap kelas 1 saat gigi bagian atas mulut bertumpukan dengan gigi bagian bawah mulut. Maloklusi kelas 1 merupakan maloklusi yang paling sering terjadi. Selain itu gigi yang bertumpukan sedikit dan keluhan gigitan cenderung tidak ada.

  • Kelas 2

Keluhan yang terjadi dalam maloklusi kelas 2 adalah overbite. Overbite adalah keadaan saat gigi depan mulut bagian atas berposisi lebih maju dibandingkan dengan gigi mulut bagian bawahnya.

  • Kelas 3

Keluhan yang terjadi dalam maloklusi kelas 3 adalah underbite. Underbite adalah keadaan saat gigi depan mulut bagian bawah berposisi lebih maju dibandingkan dengan gigi mulut bagian atasnya.

Penyebab

Keturunan atau orang tua yang memiliki maloklusi atau kondisi yang sama adalah penyebab terbesar dari maloklusi gigi. Selain keturunan, kemungkinan terjadinya maloklusi dapat meningkat dengan penyebab seperti berikut:

  • Ukuran rahang tidak normal.
  • Besar gigi tidak sesuai dengan besarnya rahang
  • Mempunyai kondisi bibir sumbing.
  • Terdapat cleft palate atau celah di palatum atau bagian langit-langit mulut
  • Mempunyai kebiasaan untuk mengisap jempol.
  • Balita yang menggunakan botol susu selama jangka panjang
  • Balita yang menggunakan empeng pada usia di atas tiga tahun
  • Trauma yang membuat bergesernya tulang rahang
  • Tidak tumbuhnya gigi
  • Kelalaian dalam tindakan penanganan gigi, seperti keselahan dalam pemasangan kawat gigi atau penambalan gigi
  • Bernapas melalui mulut yang dapat terjadi akibat gangguan saluran napas.
  • Tumor atau benjolan di rahang atau mulut

Faktor risiko

Selain penyebab yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat beberapa kebiasaan yang memiliki pengaruh dalam struktur dan bentuk dari rahang. Beberapa kebiasaan tersebut adalah kebiasaan untuk menggunakan dot dan meminum dengan botol pada anak-anak secara jangka panjang hingga berusia lebih dari tiga tahun. Kebiasaan bayi dan anak-anak lain yang dapat berpengaruh adalah mengisap jempol.

Selain kebiasaan di atas, terdapat faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya maloklusi, faktor-faktor tersebut antara lain:

  • Tumbuhnya benjolan atau tumor di mulut atau rahang
  • Gigi yang tidak normal seperti jumlah gigi yang terlalu banyak atau terlalu sedikit, bentuk gigi yang abnormal, atau gigi yang tanggal
  • Perawatan gigi yang tidak sesuai
  • Riwayat penyakit pada gigi atau mulut, seperti gingivitis atau periodontitis.
  • Gangguan saluran pernapasan
  • Terdapat keadaan dari lahir seperti cleft palate atau celah di palatum atau bagian langit-langit mulut dan bibir sumbing
  • Trauma yang membuat rahang tidak sejajar

Gejala

Gejala dan tanda yang dialami akibat maloklusi tergantung dari tingkat parahnya maloklusi. Secara umum, gejala dan tanda yang dapat dirasakan antara lain:

  • Gigi yang tidak rata atau sejajar
  • Tampak wajah yang tidak simetris
  • Tidak sengaja menggigit pipi atau lidah
  • Rasa tidak nyaman saat makan makanan dalam proses mengunyah dan menggigit
  • Gangguan berbicara
  • Bernapas melalui mulut dibandingkan melalui hidung

Diagnosis

Diagnosa maloklusi dilakukan saat pemeriksaan gigi rutin. Riwayat kesehatan dan riwayat perawatan gigi merupakan hal yang akan ditanyakan oleh dokter gigi. Riwayat penggunaan obat, baik itu obat resep, suplemen, atau herbal, akan ditanyakan oleh dokter.

Pemeriksaan lain yang akan disarankan untuk dilakukan adalah rontgen gigi. Rontgen gigi digunakan untuk melihat gigi yang berlubang dan struktur gigi yang sulit dilihat atau tersembunyi. Rontgen gigi dapat membantu dokter untuk mengetahui kondisi dari tulang rahang secara menyeluruh. Apabila ditemukan maloklusi, hasil dari rontgen gigi akan membantu dokter gigi untuk menentukan jenis dan tingkat beratnya maloklusi.

Pemeriksaan lebih lanjut diperlukan untuk menentukan tata laksana yang tepat. Untuk itu dokter gigi akan merujuk pasien ke dokter spesialis ortodonti yang menangani estetika mulut, rahang, dan wajah dan spesialis bedah mulut.

Tatalaksana

Tata laksana maloklusi tergantung dari beratnya maloklusi yang terjadi. Pada kasus yang ringan, tidak diperlukan prosedur khusus untuk dilakukan. Apabila terdapat keluhan nyeri, dokter akan menyarankan untuk mengonsumsi obat pereda nyeri, seperti ibuprofen dan parasetamol. Untuk kasus maloklusi yang berat, diperlukan penanganan dari dokter spesialis ortodonti yang merupakan dokter yang menangani estetika mulut, rahang, dan wajah.

Perawatan yang dilakukan, tergantung dari jenis dan tingkat kerusakan dari maloklusi. Tindakan dan perawatan yang dapat dianjurkan oleh dokter, antara lain:

  • Kawat gigi atau behel

Kawat gigi merupakan metode yang sering digunakan untuk merapikan gigi. Pemasangan kawat gigi dilakukan untuk membuat gigi rapi dan membuat tulang rahang menjadi selaras. Pemasangan dapat dilakukan pada semua umur dan dilakukan terhadap gigi dan gusi yang sehat. Selain itu prosedur pemasangan kawat gigi diperlukan kunjungan lebih dari satu kali ke dokter gigi, tergantung dengan kondisi gigi dan beratnya maloklusi. Jenis dan durasi dari kawat gigi akan berbeda antar orang yang satu dengan yang lain. Walaupun demikian, dua tahun merupakan rata-rata durasi yang diperlukan untuk mendapatkan hasil yang dituju.

  • Pencabutan gigi

Pencabutan gigi dapat dilakukan untuk membuat gigi yang berantakan menjadi rapi. Pencabutan gigi dilakukan oleh dokter gigi dan dilakukan dengan pembiusan lokal agar pasien tidak merasakan rasa sakit saat prosedur. Sebelum prosedur dilakukan, pasien diharapkan memberikan informasi mengenai riwayat penyakit yang dimiliki, seperti diabetes, dan obat yang dikonsumsi secara rutin. Selain itu disarankan untuk membersihkan gigi dan mulut sebelum tindakan dengan menyikat gigi dan berkumur.

Setelah prosedur dilakukan, munculnya perdarahan dari gusi tempat gigi yang dicabut merupakan hal yang wajar terjadi. Perdarahan dapat dihentikan dengan menggunakan kain kasa. Pasien juga disarankan untuk menghindari menyentuh gusi tempat gigi yang dicabut, berkumur secara keras, dan merokok. Makanan atau minuman yang panas, pedas, dan asam sebaiknya dihindari selama masih ada sensasi kebas.

  • Operasi atau bedah

Tindakan operasi atau bedah dapat dilakukan untuk memperbaiki ukuran dan bentuk dari rahang. Pada tindakan operasi, dokter akan memasang pelat, kabel, atau sekrup untuk membuat rahang menjadi stabil. Pasien dapat tidak menggunakan behel atau kawat gigi untuk membuat gigi rapi dalam prosedur operasi.

Komplikasi

Komplikasi dalam perawatan maloklusi dapat terjadi. Beberapa kompilasi tersebut, antara lain:

  • Gigi menjadi rusak
  • Perawatan tidak nyaman
  • Peradangan gusi dan iritasi mulut yang dapat disebabkan dari peralatan untuk perawatan, seperti behel
  • Kesulitan untuk berbicara dan mengunyah selama proses pengobatan.

Pencegahan

Walaupun maloklusi paling sering terjadi akibat keturunan dan dari lahir, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya maloklusi. Beberapa hal tersebut antara lain:

  • Mengurangi meminum melalui botol dan dot
  • Menghentikan kebiasaan mengisap jempol
  • Mendeteksi dini maloklusi dengan berkunjung rutin ke dokter gigi

Selain hal yang disebutkan di atas, kebersihan gigi dan mulut merupakan hal yang perlu dijaga. Kebersihan gigi dan mulut adalah hal yang penting untuk mencegah kerusakan gigi dan memperparahnya kerusakan gigi.

Kapan Harus ke Dokter?

Konsultasi ke dokter gigi sangat dianjurkan apabila memiliki maloklusi atau gigi tidak rata atau berantakan. Pemeriksaan gigi yang rutin minimal enam bulan sekali dapat mendeteksi dini gangguan gigi, seperti maloklusi sehingga gangguan dapat cepat ditangani. Sehingga. makin cepat gangguan terdeteksi makin besar peluang penyembuhan dari gangguan tersebut. 

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

Writer : dr Dapa Hayarosa
Editor :
  • dr. Pandu Lesmana
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 10:46

Cleveland Clinic. (2021). Malocclusion: Classes, Definition & Treatment. Retrieved 26 Januari 2023, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22010-malocclusion

Int J Oral Sci (2018). Common dental diseases in children and malocclusion. Retrieved 26 Januari 2023, from https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29540669/

MedlinePlus. (2022). Malocclusion of teeth. Retrieved 26 Januari 2023, from https://medlineplus.gov/ency/article/001058.htm

Healthline (2022). Malocclusion of the Teeth. Retrieved 26 Januari 2023, from https://www.healthline.com/health/malocclusion-of-teeth