Rabies

Bagikan :


Definisi

Rabies merupakan infeksi sistem saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini juga biasa disebut dengan anjing gila. Virus rabies merupakan virus yang sangat mematikan, menyebabkan 55.000 orang meninggal setiap tahunnya. Rabies dapat ditularkan dari hewan ke manusia melalui paparan terhadap liur hewan, seperti jilatan pada luka, jilatan pada mukosa (mulut, hidung, mata, genital), dan cakaran. Hewan yang dapat menularkan rabies antara lain adalah anjing, kera, musang, kucing, dan kelelawar. 

Lebih dari 15 juta orang terpapar virus rabies dan 40% di antaranya merupakan anak berusia di bawah 15 tahun. Di Indonesia, data menunjukkan bahwa hanya 9 provinsi yang bebas rabies, yaitu Bangka Belitung, Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Papua Barat, dan Papua. Di Indonesia, setidaknya terdapat 168 kasus baru per tahun dan 98% di antaranya ditularkan dari gigitan anjing.

Karena sifatnya yang mematikan, vaksinasi rabies perlu dilakukan terutama pada orang dengan risiko paparan tinggi.

Penyebab

Virus rabies merupakan golongan rhabdoviridae yang terdapat pada hewan. Setelah terjadi gigitan atau jilatan, rabies akan memasuki fase inkubasi selama 3 hingga 8 minggu, dimana virus akan memperbanyak diri pada saraf. Virus kemudian akan berjalan melalui saraf ke sistem saraf pusat, yaitu otak dan sumsum tulang belakang. Pada tahap ini, umumnya luka bekas gigitan sudah sembuh. Setelah sampai di otak, virus akan menyebar secara cepat ke batang otak, saraf, dan air liur untuk penularan selanjutnya.

Hewan-hewan yang dapat menularkan rabies antara lain adalah:

  • Hewan ternak dan hewan peliharaan, seperti kucing, sapi, anjing, kambing, dan kuda.
  • Hewan liar, seperti kelelawar, serigala, rakun, monyet, biwara, dan sigung.

Faktor Risiko

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko mengalami rabies, antara lain:

  • Berpergian atau tinggal di daerah endemis rabies
  • Beraktivitas dengan hewan, seperti berburu kelelawar atau camping di alam bebas
  • Bekerja di bidang veterinarian
  • Bekerja di laboratorium yang meneliti rabies
  • Gigitan hewan pada daerah yang lebih dekat dengan otak, seperti wajah atau leher dapat menyebabkan virus rabies lebih cepat mencapai otak sehingga gejala muncul lebih dini
  • Memiliki kondisi imunitas yang lemah, seperti HIV/AIDS, diabetes, atau mengonsumsi obat penekan sistem imun
  • Gigitan dan cakaran kelelawar

Gejala

Gejala pertama dari rabies dapat mirip dengan flu dan bertahan untuk beberapa hari. Gejala lanjutan dari rabies adalah:

  • Demam
  • Nyeri kepala
  • Mual dan muntah
  • Tidak dapat tenang atau gelisah
  • Kebingungan dan kecemasan
  • Hiperaktif
  • Sulit menelan
  • Mengeluarkan banyak liur
  • Ketakutan untuk minum air karena tidak dapat menelan air
  • Ketakutan akan udara yang berhembus di wajah
  • Halusinasi
  • Tidak dapat tidur
  • Pada sebagian kecil pasien mengalami kelemahan pada sebagian tubuh

Diagnosis

Dokter akan menegakkan diagnosis rabies berdasarkan data gejala dan riwayat gigitan atau kontak dengan hewan liar, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Setelah hewan liar menggigit, Anda tidak dapat memperkirakan apakah hewan tersebut mengalami rabies atau tidak dan apakah Anda terpapar rabies atau tidak. Oleh karena itu, pemeriksaan penunjang menjadi penting untuk menegakkan rabies. Dokter akan melakukan pemeriksaan laboratorium, seperti PCR dari liur, analisis cairan otak (CSF), dan pemeriksaan antibodi yang dilakukan 2 minggu setelah gigitan. 

Dokter juga akan melakukan penggolongan berdasarkan kriteria World Health Organization (WHO), yaitu:

  • Kategori I yaitu menyentuh atau memberi makan hewan liar, atau terjadi jilatan pada kulit yang tidak luka
  • Kategori II yaitu terdapat gigitan pada kulit dan/atau cakaran tanpa berdarah
  • Kategori III yaitu terdapat gigitan atau cakaran yang menyebabkan kulit tidak menyatu atau terdapat luka

Tata Laksana

Hingga saat ini, belum ada terapi yang efektif mengobati rabies. Walaupun terdapat sebagian kecil yang dapat bertahan hidup setelah terinfeksi rabies, tetapi sebagian besar lainnya mengalami kematian. Tata laksana dini dan pemberian vaksinasi atau serum antirabies secara cepat dapat membantu mencegah rabies.

Jika Anda tergigit oleh hewan liar yang memiliki rabies, Anda akan menerima beberapa obat suntik untuk mencegah rabies menginfeksi Anda lebih lanjut. Jika hewan yang menggigit tersebut tidak dapat ditemukan dan tidak dapat diperiksa, lebih baik berasumsi hewan tersebut memiliki rabies. Terdapat dua jenis obat-obat rabies, yaitu:

  • Vaksin antirabies (VAR) ditujukan untuk kategori II dan III. Vaksin antirabies diberikan secara suntik pada lengan. Jika Anda belum pernah mendapatkan vaksin rabies sebelumnya, Anda akan mendapatkan empat dosis selama 14 hari ke depan. Jika Anda telah divaksin sebelumnya, Anda akan mendapatkan dua suntikan dalam tiga hari
  • Serum antirabies (SAR) ditunjukan untuk mencegah rabies menginfeksi Anda. Serum ini terdiri dari imunoglobulin (antibodi). Serum ini tidak akan diberikan jika Anda telah memiliki vaksinasi rabies. Obat ini akan disuntikan pada daerah yang diduga terpapar rabies atau terdapat gigitan tidak berdarah

VAR dan SAR aman untuk ibu hamil dan anak. Pada kasus yang sudah terjadi infeksi rabies aktif, dengan gejala-gejala di atas, VAR dan SAR tidak memiliki manfaat.

Pada beberapa kasus, penting untuk mengetahui apakah hewan yang kontak dengan Anda memiliki risiko rabies atau tidak. Prosedur tersebut dapat membantu menentukan apakah Anda memerlukan VAR/SAR atau tidak.

  • Hewan peliharaan dan hewan ternak. Hewan-hewan ini akan diobservasi selama 10 hari untuk melihat apakah ada tanda serta gejala rabies. Jika tidak ada, Anda tidak memerlukan SAR atau VAR. Konsultasikan ini dengan dokter Anda.
  • Hewan liar yang tertangkap dapat diperiksa untuk menentukan status rabiesnya. Pemeriksaan ini dilakukan pada otak hewan. Jika tidak ada infeksi, Anda tidak memerlukan SAR atau VAR.
  • Hewan tidak dapat ditangkap. Jika hewan tidak tertangkap, konsultasikan langkah selanjutnya dengan dokter Anda.

Komplikasi

Rabies dapat menyebabkan komplikasi berupa gagal napas, perubahan keseimbangan asam-basa pada tubuh dan cairan otak, pembengkakan otak, serta koma. Bahkan pada beberapa kasus dapat berujung kepada kematian. Tata laksana yang cepat dapat membantu mencegah komplikasi yang lebih berat.

Pencegahan

Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan rabies, antara lain:

  • Vaksinasi hewan peliharaan Anda. Kucing dan anjing dapat memperoleh vaksin rabies. Konsultasikan ini dengan dokter hewan Anda.
  • Awasi hewan Anda terutama ketika berada di luar rumah. Hal ini untuk mencegah kontak hewan peliharaan Anda dengan hewan liar.
  • Lindungan hewan kecil dari predator. Kelinci atau hewan peliharaan kecil lainnya seperti hamster perlu dilindungi di dalam kandang agar tidak digigit oleh hewan liar. Hewan kecil ini tidak dapat divaksinasi rabies.
  • Jangan mendekati hewan liar. Hewan liar yang telah terkontaminasi rabies umumnya tidak takut dengan manusia. Hewan-hewan liar umumnya tidak ramah dan tidak mendekati manusia, sehingga Anda perlu berhati-hati dengan hewan liar yang mendekat atau terlihat tidak takut.
  • Pertimbangkan untuk mendapatkan vaksin rabies jika Anda berpergian atau sering berada di sekitar hewan yang mungkin mengalami rabies. 

Kapan harus ke dokter?

Segera cari pertolongan di fasilitas kesehatan terdekat jika Anda digigit oleh hewan atau terpapar dengan hewan yang dicurigai memiliki rabies. Dokter akan mempertimbangkan tata laksana selanjutnya berdasarkan jenis luka yang Anda alami. 

Walaupun tidak yakin Anda digigit atau kontak dengan hewan liar, segera periksakan diri Anda ke dokter. Hal ini dapat terjadi jika ada kelelawar yang masuk ke rumah Anda ketika Anda tidur, karena kelelawar dapat menggigit tanpa membangunkan Anda. Jika Anda menemukan anak kecil atau difabel yang kontak dengan kelelawar, segera periksakan mereka ke fasilitas kesehatan terdekat.

 

Ingin tahu informasi seputar berbagai penyakit lainnnya? Silakan kunjungi laman ini ya!

Writer : Tannia Sembiring S Ked
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Selasa, 16 Agustus 2022 | 15:51

World Health Organization. (2018). Rabies vaccines and immunoglobulins: WHO position. World Health Organization. Available from: https://www.who.int/immunization/policy/position_papers/pp_rabies_summary_2018.pdf?ua=1

Mayo Clinic Staff. (2021). Rabies. MayoClinic. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/rabies/symptoms-causes/syc-20351821

Jameson JL, Fauci AS, Kasper DL et al. (2018). Harrison's principles of Internal Medicine. 20th ed. New York: Mc Graw-Hill.

Robinson J. (2021). What is rabies. WebMD. Available from: https://www.webmd.com/a-to-z-guides/what-is-rabies