Definisi
Raja singa atau sifilis adalah suatu infeksi bakteri yang biasanya menyebar melalui kontak seksual. Penyakit ini juga dikenal sebagai the great imitator karena tampilan luka sifilis umumnya mirip dengan penyakit lain. Hal ini cukup menyulitkan tenaga kesehatan dalam mendiagnosa penyakit.
Infeksi sifilis bisa menimbulkan kerusakan yang berat pada organ tubuh bila tidak ditangani. Ada beberapa stadium sifilis yang masing-masingnya memiliki tampilan luka dan keluhan yang berbeda.
Sifilis banyak ditemukan di berbagai negara dan terus memengaruhi jutaan orang di dunia, khususnya di negara berkembang di mana orang-orang memiliki akses yang terbatas pada fasilitas kesehatan. Menurut CDC, ada sekitar 88 ribu kasus sifilis yang dilaporkan pada tahun 2016. Laki-laki yang berusia 20-29 tahun ditemukan banyak menderita sifilis stadium primer dan sekunder.
Penyebab
Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Sifilis paling sering menular saat seseorang berkontak dengan luka dari penderita sifilis saat berhubungan seksual, baik melalui vagina, mulut atau dubur. Bakteri bisa masuk ke dalam tubuh melalui luka atau goresan kecil pada kulit dan selaput lendir. Bakteri juga dapat ditularkan dari ibu ke janinnya saat hamil atau ketika persalinan.
Walaupun jarang, sifilis juga bisa menular selain melalui hubungan seksual seperti:
- Kontak kulit dengan kulit
- Transfusi darah
- Pemakaian jarum suntik bersama
Perlu diketahui bahwa sifilis tidak menular dari penggunaan alat bersama seperti toilet, pakaian, alat makan, gagang pintu, kolam renang, atau bak mandi.
Faktor Risiko
Pergaulan bebas atau hubungan seksual dengan banyak pasangan memiliki peran penting dalam penularan penyakit. Hal yang meningkatkan risiko seseorang terinfeksi sifilis adalah:
- Melakukan hubungan seksual tanpa pelindung seperti kondom.
- Melakukan hubungan seksual dengan beberapa pasangan.
- Pria yang berhubungan seksual dengan pria.
- Menderita infeksi HIV.
Gejala
Terdapat beberapa stadium dari infeksi sifilis, dan gejala yang muncul akan berbeda tergantung dengan stadiumnya. Perlu diingat juga bahwa terkadang infeksi tidak menimbulkan keluhan. Stadium penyakit juga bisa bertumpang-tindih. Berikut gejala sifilis berdasarkan stadium penyakitnya.
1. Sifilis Primer
Stadium ini dikenal dengan nama chancre atau ulkus durum. Selama stadium pertama infeksi sifilis, Anda bisa melihat satu atau beberapa luka di tubuh Anda. Umumnya (walaupun tidak selalu), luka ini berbentuk bundar, berbatas tegas, dan tidak nyeri. Anda bisa tidak menyadari adanya luka karena tidak terasa nyeri.
Karena penderita HIV biasanya memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih rendah, pasien HIV yang terinfeksi sifilis umumnya memiliki luka yang cukup banyak dan bisa disertai pembengkakan kelenjar getah bening.
Luka muncul sekitar 10-90 hari setelah Anda terpapar infeksi, dan timbul di area masuknya bakteri seperti:
- Penis
- Vagina
- Dubur
- Bibir atau di dalam mulut
Setelah infeksi awal, bakteri sifilis dapat tinggal (tidak aktif) di dalam tubuh dalam jangka waktu lama sebelum menjadi aktif kembali.
2. Sifilis Sekunder
Dalam beberapa minggu setelah penyembuhan sifilis primer, mulai muncul sifilis sekunder sekitar 2-8 minggu setelahnya. Gejala yang bisa timbul pada stadium sifilis sekunder adalah:
- Ruam kulit di telapak tangan/kaki dan tubuh, terasa kasar, tidak gatal, dan berwarna merah atau merah kecoklatan.
- Rambut rontok dan pitak.
- Pembengkakan kelenjar getah bening.
- Penurunan berat badan
- Sakit kepala.
- Nyeri otot.
- Kelelahan.
- Demam.
Sifilis sekunder bisa menjadi tidak aktif atau bisa berubah menjadi sifiis tersier. Luka kulit pada sifilis sekunder sangat menular karena terdapat banyak bakteri di dalamnya. Gejala dan keluhan yang dirasakan bisa hilang dalam beberapa minggu atau kambuhan sepanjang tahun.
3. Sifilis Laten
Jika tidak diobati, sifilis sekunder akan masuk ke dalam stadium laten (tersembunyi). Stadium laten bisa berlangsung selama 1 tahun atau lebih. Umumnya tidak ada tanda atau gejala yang jelas pada pasien yang sifilisnya sudah menjadi stadium laten. Namun, sifilis masih bisa berlanjut ke stadium selanjutnya.
4. Sifilis Tersier
Sifilis yang tidak diobati dengan baik bisa berubah menjadi sifilis tersier. Pada stadium ini sifilis bisa memengaruhi beragam organ di tubuh, seperti jantung, pembuluh darah, otak, dan sistem saraf. Sifilis tersier sangat serius dan bisa terjadi dalam rentang waktu 10-30 tahun setelah infeksi sifilis pertama yang tidak tertangani. Kerusakan organ yang terjadi bisa menyebabkan kematian.
5. Neurosifilis
Sifilis yang tidak ditangani juga bisa menyebar ke otak dan sistem saraf. Neurosifilis bisa terjadi di berbagai stadium sifilis seperti yang dijelaskan di atas. Tanda dan gejala yang bisa timbul dari neurosifilis adalah:
- Sakit kepala.
- Kelemahan otot dan/atau gangguan pergerakan otot.
- Sulit berkonsentrasi.
- Perubahan kepribadian.
- Demensia (gangguan memori dan pemilihan keputusan).
6. Sifilis Kongenital
Bayi yang lahir dari wanita dengan sifilis dapat terinfeksi melalui plasenta atau ketika proses persalinan. Janin yang terinfeksi sifilis juga bisa lahir prematur atau meninggal saat lahir. Kebanyakan bayi baru lahir dengan sifilis bawaan tidak memiliki gejala, meskipun beberapa bayi ada yang memiliki ruam pada telapak tangan dan kaki. Tanda dan gejala berat yang dapat ditemukan pada bayi adalah ketulian, kelainan bentuk gigi, atau hidung tapal kuda.
Diagnosa
Sifilis dapat didiagnosa dengan memeriksa sampel yang didapatkan dari:
- Darah
Pemeriksaan darah dapat mengonfirmasi adanya antibodi yang diproduksi tubuh untuk melawan infeksi sifilis. Antibodi terhadap bakteri penyebab sifilis akan berada di dalam tubuh selama beberapa tahun, sehingga pemeriksaan ini dapat digunakan untuk membedakan apakah infeksi baru terjadi saat ini atau merupakan infeksi yang sudah lama terjadi.
- Cairan otak
Jika pasien dicurigai mengalami komplikasi pada sistem saraf akibat sifilis, dokter bisa merekomendasikan pengambilan sampel cairan otak yang didapatkan dari sumsum tulang belakang.
Tata Laksana
Pengobatan sifilis yang diberikan tergantung pada stadium sifilis. Namun, karena sifilis disebabkan oleh bakteri, pengobatan umumnya meliputi antibiotik untuk membunuh bakteri. Anda harus memberitahu dokter bila Anda memiliki alergi pada antibiotik tertentu. Pada ibu hamil yang mendapat pengobatan sifilis, bayinya akan turut diperiksa setelah lahir untuk melihat apakah bayi menderita sifilis bawaan atau tidak. Bayi yang memiliki sifilis bawaan akan diobati dengan antibiotik khusus.
Komplikasi
Tanpa terapi, sifilis dapat menyebabkan kerusakan berat pada organ-organ tubuh seperti jantung atau otak. Komplikasi yang terjadi bisa mengancam nyawa. Pada penderita HIV yang turut menderita sifilis dan tidak ditangani dengan baik, bisa membuat infeksi HIV memburuk dengan cepat. Ibu hamil yang menderita sifilis juga bisa mengalami komplikasi kehamilan bila tidak segera diobati.
Pencegahan
Tidak terdapat vaksin untuk sifilis. Untuk membantu mencegah penyebaran sifilis, hal yang dapat dilakukan adalah:
- Mengindari hubungan seksual atau hanya memiliki satu pasangan seksual. Satu-satunya cara pasti untuk menghindari sifilis adalah dengan menghindari aktivitas seksual. Pilihan terbaik kedua adalah untuk melakukan hubungan seksual hanya dengan satu pasangan yang sama yang tidak terinfeksi sifilis.
- Memakai kondom lateks. Kondom dapat menurunkan risiko tertular sifilis, namun hanya jika kondom menutupi luka sifilis
- Menghindari pemakaian obat-obatan terlarang. Penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan lain yang mengganggu proses pikir dapat meningkatkan risiko seseorang terlibat dalam perilaku seksual yang tidak aman, sehingga sebaiknya dihindari.
Jika Anda memiliki sifilis, pasangan seksual Anda yang sekarang dan dalam satu tahun terakhir harus diberitahu supaya dapat diperiksa juga.
Oleh karena seseorang dapat terinfeksi sifilis tanpa mengetahuinya dan sifilis memiliki efek fatal terhadap janin, maka semua wanita hamil sebaiknya diperiksa untuk sifilis.
Kapan Harus ke Dokter?
Hindarilah perilaku seksual yang berisiko. Hubungi dokter jika Anda atau anak Anda mengalami luka atau ruam yang mengkhawatirkan. Selalu periksakan diri secara rutin agar bila terinfeksi, bisa segera mendapatkan pengobatan yang tepat.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Hanifa Rahma