Ruptur Serviks

Ruptur Serviks
Credit: The Asian Parent.

Bagikan :


Definisi

Ruptur serviks adalah suatu kondisi yang menunjukkan adanya robekan pada jaringan serviks (leher rahim). Robekan bisa muncul saat proses melahirkan atau akibat prosedur tertentu.

Serviks adalah bagian dari rahim yang berbentuk panjang, padat dan tebal yang terdiri dari jaringan otot. Pada proses melahirkan, kontraksi yang terjadi mengakibatkan jaringan serviks yang tebal untuk menipis, melebar dan terbuka. Hal ini terjadi agar janin keluar dari rahim. Pada kondisi ini, jaringan serviks yang meregang akan mudah mengalami robekan.

Robekan yang terjadi pada jaringan serviks dapat mencapai jaringan vagina dan perineum (kulit antara vagina dan anus). Robekan pada serviks dekat dinding vagina akan menghasilkan cedera ringan sehingga perdarahan yang keluar sedikit. Namun apabila robekan tepat pada bagian leher rahim, robekan serviks bisa tergolong berat dan menimbulkan banyak darah yang keluar. Perdarahan berat bisa mengurangi volume cairan tubuh, syok dan kematian.  

Ruptur serviks dapat menyebabkan peningkatan angka kesakitan dan kematian pada ibu melahirkan jika kondisi ini tidak segera ditangani dengan tepat. Oleh karena itu, ruptur serviks termasuk dalam kasus kegawatdaruratan medis.

 

Kami juga memiliki artikel mengenai cedera pada organ kelamin yang bisa Anda lihat di sini: Trauma Genital - Definisi, Penyebab dan Faktor Risiko.

 

Penyebab

Ruptur serviks dapat terjadi saat jaringan serviks meregang terlalu kuat dan tidak mengalami relaksasi secara penuh. Ruptur serviks umumnya menjadi penyebab perdarahan pasca melahirkan, terutama pada proses melahirkan yang sulit dan perlu menggunakan alat bantu seperti forsep. Namun begitu, ruptur serviks juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti:

  • Infeksi pada serviks.
  • Obat yang memicu terjadinya kontraksi rahim pada proses persalinan.
  • Ibu melahirkan bayi terlalu besar sehingga serviks meregang terlalu kuat.
  • Pembengkakan atau peradangan pada jaringan serviks, bisa terjadi akibat persalinan yang lama.
  • Bahu janin sulit lahir saat persalinan (distosia bahu).
  • Adanya jaringan parut pada serviks akibat robekan sebelumnya.
  • Menjalani suatu prosedur tertentu pada serviks seperti amputasi (pemotongan) serviks.
  • Ibu yang mengejan terlalu dini saat serviks belum terbuka sempurna. Akibatnya, kepala bayi bisa menekan bagian serviks dan memicu terjadinya robekan.

 

Anda bisa membaca lebih jauh mengenai distosia bahu di sini: Distosia Bahu - Definisi, Penyebab dan Faktor Risiko.

 

Faktor Risiko

Risiko terjadinya ruptur serviks dapat meningkat pada beberapa kondisi berikut ini, yaitu:

  • Persalinan pertama.
  • Memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus.
  • Menggunakan obat induksi selama persalinan.
  • Durasi persalinan yang terlalu lama.
  • Berat badan janin berlebihan.
  • Indeks masa tubuh (IMT) ibu di atas normal.
  • Penggunaan alat bantu persalinan seperti forsep dan vakum.
  • Prosedur episiotomi (sayatan pada vagina untuk mempermudah proses persalinan).
  • Riwayat menjalani prosedur penjahitan pada serviks.
  • Persalinan yang terlalu cepat, yaitu kurang dari 3 jam sejak mengalami kontraksi rahim.
  • Riwayat memiliki penyakit pada serviks seperti infeksi dan robekan serviks sebelumnya.

 

Gejala

Tanda dan gejala yang dapat dilihat pada ruptur serviks adalah:

  • Perdarahan yang aktif dan banyak, baik sebelum atau setelah melahirkan.
  • Nyeri pada jalan lahir.

Banyaknya darah yang keluar pada kasus ruptur serviks juga bergantung dengan jenis robekan yang terjadi pada serviks. Jika robekan pada serviks meliputi robekan kecil maka perdarahan yang terjadi tidak banyak dan akan mengalami perbaikan dengan sendirinya. Namun, jika robekan terjadi pada bagian depan dan belakang serviks maka darah yang keluar sangat banyak.

Selain itu, dari pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya peningkatan denyut nadi atau detak jantung sebagai respon terhadap banyaknya kehilangan darah yang terjadi. Jika darah yang keluar terlalu banyak dan tidak segera dihentikan, lama-lama tekanan darah akan menurun. Organ-organ tubuh kemudian menjadi kekurangan darah dan oksigen, sehingga pasien masuk ke dalam kondisi syok dan dapat mengancam nyawa.

 

Diagnosis

Diagnosis dari ruptur serviks dapat ditetapkan setelah menyingkirkan kemungkinan diagnosis ruptur atau robekan pada rahim. Hal ini dikarenakan gejala dari kedua penyakit hampir mirip, yaitu adanya perdarahan dari kelamin.

Dalam menegakkan diagnosis ruptur serviks dokter melakukan beberapa langkah. Dokter akan bertanya mengenai gejala yang Anda alami terkait dengan gejala ruptur serviks seperti penjabaran di atas. Kemudian, dokter juga menggali informasi mengenai riwayat faktor risiko yang meningkatkan terjadinya ruptur serviks.

Selanjutnya, dokter melakukan pemeriksaan fisik secara umum, salah satunya adalah tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi napas. Langkah ini dilakukan untuk menilai kondisi kestabilan tubuh Anda secara umum. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik spesifik pada bagian lubang vagina dengan bantuan suatu alat spekulum (cocor bebek). Alat ini digunakan untuk memudahkan dokter dalam mengamati vagina, jalan lahir dan serviks.

Dokter akan mencari tahu:

  • Ada atau tidaknya robekan pada serviks
  • Lokasi robekan
  • Besar atau kecil robekan yang terjadi
  • Sumber perdarahan
  • Bila robekan sudah mencapai bagian vagina

Pemeriksaan tambahan seperti USG (ultrasonografi) juga dapat dilakukan untuk membantu konfirmasi diagnosis ruptur serviks. 

 

Tata Laksana

Karena keluhan perdarahan bisa memengaruhi kondisi pasien, dokter akan memastikan apakah pasien stabil atau memerlukan pengobatan awal. Bila ibu mengalami perdarahan dan kehilangan banyak darah, mereka bisa menerima terapi cairan untuk mengganti darah yang hilang akibat robekan yang terjadi.

Biasanya perdarahan akan berhenti dengan cara melakukan penekanan pada area terjadinya ruptur pada serviks. Prosedur penjahitan akan dilakukan berdasarkan ukuran robekan, apakah besar atau kecil. Umumnya penjahitan tidak dilakukan bila robekan berukuran kecil. Pada ruptur serviks dengan robekan yang berukuran besar, penjahitan akan dilakukan untuk menghentikan perdarahan dan mencegah agar tidak banyak darah yang keluar.

Pada ruptur serviks, dokter juga akan memberikan obat antinyeri untuk meredakan rasa nyeri yang dialami pasien. Sebagai tambahan, pasien juga mendapat terapi antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi.

 

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi dari ruptur serviks akibat terjadinya robekan pada serviks adalah adanya perdarahan aktif dan banyak. Kondisi ini menimbulkan kehilangan banyak darah yang keluar dari dalam tubuh dan mengakibatkan tubuh kekurangan cairan (hipovolemia) hingga terjadi syok. Oleh karena itu, tindakan  tepat dan cepat sebagai bentuk penanganan ruptur serviks perlu segera dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi tersebut. Selain itu, komplikasi lain seperti infeksi juga dilaporkan pada kasus ruptur serviks.

 

Pencegahan

Karena ruptur serviks bisa terjadi akibat proses persalinan yang lama dan berat bayi yang besar, kejadian ini bisa dicegah dengan mengetahui faktor risiko terkait persalinan yang dimiliki ibu. Rutinlah melakukan pemeriksaan kehamilan agar Anda mengetahui bila kehamilan Anda tergolong kehamilan berisiko tinggi atau tidak. Dokter bisa merekomendasikan operasi caesar pada kondisi tertentu.

 

Kapan Harus Ke Dokter?

Bila Anda sedang hamil dan mengalami perdarahan yang aktif dan banyak disertai nyeri hebat pada perut bagian bawah atau kelamin, segeralah ke fasilitas kesehatan terdekat. Tenaga medis akan melakukan evaluasi dan mengatasi kondisi Anda segera.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : dr Luluk Ummaimah A
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 09:50