Definisi
Distosia bahu adalah sebuah kondisi ketika salah satu atau kedua bahu bayi tersangkut dalam panggul ibu ketika proses persalinan. Kata distosia sendiri diambil dari bahasa Yunani, “dys” berarti sulit dan “tokos” berarti persalinan. Distosia pertama kali ditemukan pada tahun 1730.
Kondisi ini merupakan komplikasi dari persalinan yang sering terjadi akibat persalinan macet. Persalinan macet sendiri merujuk pada proses persalinan yang oleh sebab adanya suatu hambatan, menyebabkan persalinan memakan waktu yang lebih lama.
Persalinan yang seharusnya membutuhkan waktu antara 12-18 jam pada ibu yang baru pertama kali melahirkan, dapat dikatakan macet bila tidak ada kemajuan dalam waktu 20 jam atau lebih. Sedangkan untuk ibu yang sudah pernah melahirkan, persalinan dianggap macet bila berkisar 14 jam lamanya, padahal normalnya antara 6-9 jam.
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dan Royal College of Obstetricians and Gynecologists (RCOG), angka kasus baru distosia bahu berkisar 0,2– 3% dan 0,58-0,70% dari seluruh persalinan secara berurutan. Distosia bahu adalah sebuah kondisi gawat darurat, walaupun kebanyakan bayi dapat terlahir dengan aman. Distosia dapat menyebabkan komplikasi yang serius untuk ibu dan bayi bila tidak tertangani dengan baik.
Penyebab
Pada dasarnya, distosia bahu terjadi akibat bahu bayi yang tersangkut pada panggul ibu. Berikut merupakan 3 penyebab utama terjadinya distosia bahu:
Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya distosia bahu. Hal yang paling sering terjadi adalah kondisi jalan lahir ibu yang sempit, sehingga membuat bahu bayi tersangkut. Umumnya, panggul ibu dengan jalan lahir yang normal dapat mengeluarkan bayi dengan berat kurang lebih 3 kilogram.
Passenger (Bayi)
Bila faktor jalan lahir tidak bermasalah, distosia bahu dapat terjadi akibat faktor dari bayinya. Bayi dengan berat lebih dari 3,5 kilogram memiliki kemungkinan untuk tidak dapat dilahirkan melewati persalinan pervaginam (melalui vagina). Umumnya bila tidak memungkinkan, prosedur operasi caesar perlu dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya distosia bahu.
Power (Tenaga)
Power berhubungan dengan tenaga ibu dalam proses melahirkan. Ibu dengan tenaga yang rendah dapat dibantu dengan dirangsang melalui cairan infus yang berisi hormon oksitosin. Hormon ini akan membantu meningkatkan atau memperkuat kontraksi pada rahim dan siklus mulas pada ibu, sehingga dapat membantu proses persalinan.
Maka dari itu, dianjurkan agar ibu hamil dapat mempersiapkan dirinya sebaik mungkin sebelum persalinan. Salah satunya adalah melalui konsumsi makanan dengan nutrisi yang cukup dan hindari mengejan yang tidak perlu, agar ibu dapat menyimpan tenaga untuk persalinan.
Faktor Risiko
Faktor-faktor di bawah ini bisa meningkatkan risiko terjadinya persalinan macet, yang secara tidak langsung menjadi faktor risiko terjadinya distosia bahu. Antara lain:
- Makrosomia (bayi dengan berat lebih dari 4 kilogram).
- Menderita diabetes sebelum atau selama kehamilan.
- Memiliki riwayat distosia bahu pada persalinan sebelumnya.
- Memiliki berat badan yang sangat berlebih (obesitas).
- Hamil kembar.
- Tinggi badan ibu kurang dari 150 cm.
- Usia kehamilan lebih dari 41 minggu.
- Usia ibu lebih dari 35 tahun saat melahirkan.
- Terdapat kelainan pada leher rahim (serviks) sehingga leher rahim sulit terbuka.
- Terdapat tumor pada bagian panggul dan sekitarnya.
- Posisi bayi sungsang (kaki di bawah).
- Konsumsi obat antinyeri yang dapat memengaruhi kekuatan kontraksi rahim.
Gejala
Tidak ada gejala khusus dari distosia bahu. Tidak ada cara khusus juga untuk memprediksi terjadinya distosia bahu selain ketika proses persalinan sedang berlangsung. Dokter atau bidan akan segera mengenali distosia bahu bila selama proses persalinan bahu bayi tersangkut dan sulit keluar dari panggul.
Umumnya distosia akan dikenali dengan kepala bayi yang terus kembali masuk ke dalam panggul selama proses persalinan dan tak kunjung keluar. Tanda ini juga terkenal dinamankan dengan turtle sign, karena kepala bayi yang tidak kunjung keluar layaknya kepala kura–kura dari tempurung.
Untuk itu, disarankan untuk para Ibu memeriksakan kondisi kehamilannya secara rutin agar dapat mengenali faktor risiko distosia sejak dini. Dengan begitu, ibu akan mendapat edukasi mengenai distosia bahu sebelum proses persalinan.
Diagnosis
Dokter atau bidan akan melakukan pemeriksaan ini selama proses persalinan:
- Kekuatan kontraksi rahim.
- Frekuensi kontraksi rahim.
Kemudian dokter akan menggunakan alat–alat seperti Electric Fetal Monitoring (EFM) untuk memantau detak jantung bayi, atau Intrauterine Pressure Catheter (IUPC) untuk membantu melihat kekuatan dan frekuensi kontraksi. Dokter atau bidan persalinan juga dapat mendiagnosis distosia bahu bila menemukan faktor berikut dalam persalinan, yakni:
- Kepala bayi sudah keluar namun ibu sulit mengeluarkan bahu bayi dalam jangka waktu tertentu.
- 1 menit setelah kepala bayi keluar tidak ada tanda–tanda kemajuan persalinan.
- Bayi ibu memerlukan tindakan untuk dapat dilahirkan.
Tata Laksana
Tindakan operasi caesar biasanya akan menjadi jalan terakhir dan akan dijadwalkan bila memang dokter sudah mengenali faktor risiko distosia bahu sejak bayi masih dalam kandungan, seperti ibu hamil dengan diabetes dan bayi makrosomia. Namun, bila tidak ada faktor risiko yang dikenali, maka dokter dan bidan akan melakukan beberapa tata laksana di bawah ini guna mengatasi distosia bahu, yaitu:
- Memberikan tekanan pada perut ibu.
- Membantu memutar bahu bayi secara manual.
- Menyuruh ibu mendekatkan kedua lutut ke dada.
- Melakukan tindakan episiotomi (pengguntingan pada jaringan antara bukaan vagina dan anus) untuk memberikan ruang yang lebih besar kepada bayi agar bayi dapat keluar.
- Menggunakan forceps (alat untuk membantu menarik bayi dari vagina).
- Memberikan tambahan hormon oksitosin untuk membantu kontraksi rahim.
Komplikasi
Secara garis besar, komplikasi dari distosia terbagi menjadi komplikasi pada ibu dan bayi, antara lain:
Komplikasi Ibu
- Perdarahan hebat setelah persalinan.
- Robekan jalan lahir.
- Muncul jaringan luka antara vagina dan anus (fistula rektovaginal).
- Robekan pada rahim (ruptur uteri).
- Retaknya tulang panggul.
Komplikasi Bayi
- Kerusakan saraf bagian bahu pada bayi yang dapat menyebabkan kelemahan bahkan kelumpuhan saraf dari anggota gerak (brachial plexus palsy).
- Retak pada tulang selangka atau tulang lengan atas bayi.
- Kelainan langka pada saraf bagian wajah bayi (sindrom horner).
- Tertekannya tali pusat sehingga suplai oksigen pada bayi baru lahir akan berkurang.
Pencegahan
Distosia bahu merupakan komplikasi dari persalinan yang sulit dicegah. Namun begitu, untuk menurunkan risikonya Anda dapat melakukan hal berikut:
- Mengontrol kadar gula selama kehamilan.
- Menjaga agar berat badan tidak naik berlebihan selama kehamilan.
- Makan makanan yang bernutrisi tinggi selama kehamilan.
- Melakukan olahraga secukupnya selama kehamilan agar posisi janin dalam rahim dalam keadaan baik.
- Diskusi tentang berbagai metode persalinan dengan dokter atau bidan yang merawat.
- Persiapkan mental dan fisik Anda sebaik mungkin sebelum proses persalinan.
Kapan Harus ke Dokter?
Bila Anda sudah melewati hari perkiraan lahir Anda (HPL), dan:
- Memiliki riwayat persalinan sebelumnya dengan distosia bahu
- Masih belum memiliki tanda–tanda bahwa Anda akan melahirkan
- Pada kehamilan saat ini memiliki faktor risiko dari distosia bahu
Anda disarankan untuk berkonsultasi ke dokter atau bidan terdekat untuk melakukan pemeriksaan. Tujuannya agar dapat memantau kesejahteraan ibu dan janin, mendiskusikan kapan sebaiknya bayi lahir dan metode persalinan apa yang memungkinkan untuk melahirkan bayi.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Hanifa Rahma
Cleveland Clinic - Shoulder Dystocia. (2022). Retrieved 10 August 2022, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22311-shoulder-dystocia
Medscape - Shoulder Dystocia. (2022). Retrieved 10 August 2022, from https://emedicine.medscape.com/article/1602970-overview#a1
Davis, DD., Roshan, A., Canela, CD., et al., (2021). Retrieved 10 August 2022, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470427/