Trikiasis

Trikiasis

Bagikan :


Definisi

Trichiasis atau trikiasis merupakan kondisi abnormal pada kelopak mata, yaitu bulu mata tumbuh ke arah dalam mata. Bulu mata yang tumbuh salah arah tersebut dapat tersebar di seluruh kelopak mata atau di bagian-bagian tertentu saja. Trikiasis dapat terjadi pada seluruh kelompok usia, ras, dan jenis kelamin. Meskipun begitu orang dewasa lebih sering mengalaminya dibandingkan anak-anak. Kondisi ini cukup jarang ditemui, namun paling banyak ditemukan di negara-negara endemik trakoma (infeksi mata yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis). 

 

Penyebab

Penyebab trikiasis dapat berupa perubahan bentuk kelopak mata akibat peradangan berulang. Peradangan kelopak mata ini disebut sebagai blefaritis, dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti sumbatan kelenjar minyak pada kelopak mata, infeksi bakteri Staphylococcus aureus, dan serangan kutu Demodex. Selain itu, perubahan bentuk kelopak mata dapat disebabkan oleh infeksi berulang seperti trakoma, yaitu infeksi mata yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Trakoma biasanya ditandai dengan mata merah dan mengeluarkan cairan seperti nanah. Peradangan berulang ini dapat menyebabkan munculnya jaringan parut pada kelopak mata sehingga kelopak mata melipat ke dalam.

Penyebab trikiasis lainnya dapat berupa kondisi yang menyebabkan perubahan garis tumbuh bulu mata. Penyebab ini dapat berupa trauma, pembedahan, luka bakar kimia, infeksi, serta penyakit autoimun seperti pemfigoid atau penyakit kulit seperti Sindrom Stevens-Johnson. Tidak hanya itu, trikiasis dapat disebabkan oleh distikiasis, yaitu ketika bulu mata tumbuh di tempat yang lebih dalam daripada seharusnya.

Pada anak-anak, trikiasis dapat didahului oleh epiblefaron, atau kondisi yang menyebabkan otot dan kulit kelopak mata terlipat ke dalam. Epiblefaron merupakan kondisi bawaan lahir yang pada umumnya ditemukan pada ras Asia dan Hispanik.

 

Faktor Risiko

Faktor risiko trikiasis sangat terkait dengan penyebabnya, dan dapat dibagi menjadi empat bagian besar: Peradangan, infeksi, trauma, dan anatomis.

Faktor risiko peradangan merujuk kepada peradangan yang dapat terjadi kelopak mata, misalnya akibat:

  • Blefaritis
  • Sindroma Stevens-Johnson/Toxic Epidermal Necrosis (SSJ-TEN)
  • Herpes zoster oftalmika
  • Acne rosacea
  • Keratokonjungtivitis atopik

Sementara itu, faktor risiko infeksi pada umumnya merujuk kepada trakoma. Faktor trauma dapat berupa luka pada kelopak mata dan pembedahan. Terakhir, faktor anatomis dapat berupa lipatan kelopak mata ke arah dalam baik akibat peradangan kronik atau bawaan dan bulu mata yang tumbuh lebih dalam dari seharusnya.

 

Gejala

Gejala yang umum ditemukan pada trikiasis adalah:

  • Nyeri pada mata
  • Rasa mengganjal
  • Mata merah dan berair
  • Perubahan penglihatan bila berat

Gejala ini disebabkan karena bulu mata dapat menyentuh kornea, yaitu selaput bening mata, yang memiliki saraf nyeri. Selain itu, kornea yang tergesek oleh bulu mata dapat terluka dan menyebabkan penglihatan kabur dan rasa silau berlebih. Pada kasus yang parah, mata yang terpengaruh dapat menjadi buta.

 

Diagnosis

Diagnosis trikiasis dapat dilakukan oleh dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan pada kelopak mata, dan temuan utamanya berupa bulu mata yang tumbuh ke arah dalam. Selain itu, kelopak mata dapat tampak masuk ke dalam, yang menjadi faktor risiko trikiasis. Dokter juga akan menyingkap kelopak mata untuk mencari adanya jaringan parut atau bulu mata yang tumbuh di ujung kelenjar minyak.

Pemeriksaan langsung pada mata juga dapat menunjukkan adanya mata merah. Jika bulu mata telah mencapai kornea, dapat pula ditemukan luka gores pada kornea. Pada pemeriksaan penglihatan, tajam penglihatan dapat turun atau bahkan buta.

Jika ada kecurigaan ke arah trakoma, dokter dapat mengambil jaringan konjungtiva (bagian bening yang melapisi sklera/bagian putih mata dan kelopak mata bagian dalam) untuk pemeriksaan lanjutan. Jika ada kecurigaan ke arah penyakit autoimun, tes laboratorium dapat dilakukan.

 

Tata Laksana

Tata laksana trikiasis tergantung dari penyebabnya. Jika trikiasis didahului oleh kondisi peradangan, terapi peradangan tersebut menjadi prioritas. Misalnya, jika trikiasis disebabkan oleh trakoma, terapi trakoma dengan antibiotik akan menurunkan kejadian trikiasis. Jika penyakit autoimun seperti pemfigoid atau penyakit kulit seperti SSJ-TEN menjadi penyebabnya, terapi penyakit dasar menjadi diperlukan untuk menurunkan kejadian trikiasis.

Selain itu, pemberian lubrikan seperti air mata buatan dapat mengurangi rasa pedih di mata. Epilasi atau pencabutan bulu mata yang tumbuh ke dalam juga dapat menjadi pilihan.

Namun, tata laksana utama trikiasis adalah pembedahan. Tujuan pembedahan ini bermacam-macam. Ada pembedahan yang bertujuan untuk merusak folikel rambut dari bulu mata, yang dapat dilakukan dengan listrik dan cryosurgery (dibekukan). Pembedahan menggunakan listrik ini lebih nyeri bagi pasien, sehingga cryosurgery lebih dipilih. Selain itu, pembedahan ini dapat berupa ablasi radiofrekuensi, yang meninggalkan jaringan parut sangat sedikit. Pilihan lainnya adalah menggunakan laser.

Pada kondisi kelopak mata melipat ke dalam atau terdapat jaringan parut, pembedahan dilakukan dengan tujuan mengatur ulang posisi bulu mata dan folikel rambutnya. Jika trikiasis berulang kali terjadi, pembedahan dapat melibatkan graft (transplantasi kulit) dari mulut, untuk mencegah terbentuknya jaringan parut. Seluruh terapi ini dapat dikonsultasikan lebih lanjut kepada dokter, sesuai dengan kondisi Anda.

 

Komplikasi

Komplikasi trikiasis terkait dengan fungsi penglihatan. Bulu mata yang menggores kornea dapat menyebabkan abrasi kornea dan infeksi kornea. Abrasi kornea berulang dapat menyebabkan munculnya jaringan parut pada kornea. Seluruh kondisi ini dapat berujung pada penurunan fungsi penglihatan, mulai dari penurunan tajam penglihatan hingga kebutaan.

 

Pencegahan

Pencegahan trikiasis dapat dilakukan dengan mencegah terjadinya faktor risiko seperti infeksi trakoma. Trakoma dapat menular melalui sentuhan, penggunaan handuk bersama, serta lalat yang menyentuh mata atau hidung orang yang terinfeksi. Oleh karena itu, menjaga kebersihan mata dan wajah menjadi sangat penting untuk mencegah terjadinya trakoma. Selain itu, penggunaan handuk dan alat-alat perawatan wajah sebaiknya hanya digunakan sendiri, karena dapat menjadi sumber penularan trakoma.

Selain itu, faktor risiko seperti blefaritis dapat dicegah dengan menjaga kebersihan kulit wajah, alis, bulu mata, dan kelopak mata. Pembersihan bulu mata dapat menggunakan jari yang sudah bersih atau cotton bud yang dibasahi dengan air hangat, kemudian digosokkan selama 15 detik ke bulu mata.

Faktor risiko trauma dan anatomis banyak yang tidak dapat dicegah, sehingga deteksi dini kondisi ini perlu dilakukan untuk mencegah komplikasi, terutama jika ada faktor risiko seperti pelipatan kelopak mata ke dalam. Pada bayi dan anak, trikiasis pada umumnya disebabkan oleh adanya pelipatan kelopak mata ke dalam, sehingga jika anak Anda memiliki kondisi ini, Anda dapat memeriksakan anak Anda ke dokter.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Jika mata Anda terasa pedih, seperti kemasukan benda asing, ditambah dengan adanya bulu mata yang tumbuh ke arah dalam, Anda dapat memeriksakan diri ke dokter. Jika tidak ditangani, komplikasi yang terjadi dapat memengaruhi penglihatan. Trikiasis pada umumnya akan membaik dengan cepat. Jika Anda sudah pernah mengalami trikiasis sebelumnya, rutin kontrol ke dokter dapat mendeteksi dini jika trikiasis muncul kembali, sehingga menurunkan risiko komplikasi penglihatan.

 

Mau tahu lebih lanjut seputar penyakit-penyakit lainnya? Cek di sini, ya! 

Writer : dr Teresia Putri
Editor :
  • dr Anita Larasati Priyono
Last Updated : Senin, 17 April 2023 | 02:04

Graham, R. (2018). Trichiasis: Background, Pathophysiology, Epidemiology. Retrieved 14 October 2021, from https://emedicine.medscape.com/article/1213321-overview#showall 

Rho, J., Dryden, S., Meador, A., Fowler, B., Stewart, K., & Burkat, C. (2021). Trichiasis - EyeWiki. Retrieved 14 October 2021, from https://eyewiki.aao.org/Trichiasis.

Trachoma. (2021). Retrieved 14 October 2021, from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/trachoma.