• Beranda
  • Ibu & Anak
  • Blighted Ovum (Kehamilan Kosong): Ketahui Penyebab dan Gejalanya

Blighted Ovum (Kehamilan Kosong): Ketahui Penyebab dan Gejalanya

Bagikan :


Apakah Anda pernah mendengar istilah blighted ovum? Blighted ovum atau dikenal juga sebagai kehamilan kosong atau anembrionik, terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi berimplantasi di dalam rahim membentuk kantung kehamilan, tetapi embrio gagal berkembang.

Ketika seorang wanita hamil, sel telur yang telah dibuahi akan menempel di dinding rahim. Pada usia lima sampai enam minggu kehamilan, kantung kehamilan telah terbentuk dan berkembang, lebarnya adalah sekitar 18 mm. Di usia tersebut seharusnya embrio juga ikut berkembang, namun pada blighted ovum, embrio tidak berkembang.

Penyebab

Blighted ovum dapat menjadi penyebab utama keguguran yang biasanya terjadi di trimester pertama kehamilan. Dilansir WebMD, umumnya blighted ovum disebabkan oleh adanya masalah dengan kromosom atau struktur pembawa gen, atau secara singkat disebabkan karena sperma atau sel telur yang berkualitas buruk, serta pembelahan sel yang tidak normal.

Ketika tubuh menyadari adanya masalah tersebut, secara alami tubuh akan menghentikan kehamilan dan terjadilah keguguran. Keguguran dalam kasus blighted ovum tidak dapat dicegah, umumnya kasus ini terjadi hanya sekali.

Gejala

Saat blighted ovum terjadi, Anda akan merasakan tanda-tanda kehamilan seperti pada umumnya. Misalnya, haid yang tidak datang dan tes kehamilan yang menunjukkan hasil positif. Dilansir WebMD, Anda bahkan juga mengalami tanda-tanda kehamilan lain seperti payudara yang membengkak dan lembek, mual, dan muntah.

Kemudian ketika embrio berhenti berkembang, maka hormon hCG akan turun. Anda akan mulai mengalami tanda-tanda keguguran, seperti:

  • Kram perut
  • Flek atau perdarahan
  • Haid yang datang dengan volume yang lebih banyak dari biasanya

Diagnosis

Umumnya, seseorang yang mengalami blighted ovum merasa bahwa kehamilannya normal-normal saja. Kadar human chorionic gonadotropin (hCG) memang meningkat karena plasenta tumbuh untuk waktu yang singkat, bahkan ketika tidak ada embrio.

Untuk itulah ketika hasil tes kehamilan menunjukkan positif, maka sebaiknya Anda melanjutkan pemeriksaan USG agar dokter dapat memastikan keadaan janin Anda. 

Pengobatan dan perawatan

Ketika dokter telah mendiagnosa kehamilan Anda sebagai blighted ovum, maka Anda perlu melakukan konsultasi lebih lanjut terkait tindakan yang perlu dilakukan. Tindakan kuretase dapat menjadi salah satu hal yang perlu dijalani oleh sebagian wanita yang mengalami blighted ovum. Ketika prosedur sudah dilakukan, maka dokter akan membantu Anda memulihkan kondisi mental dan fisik.

Dokter mungkin juga akan merekomendasikan ahli patologi untuk memeriksa jaringan rahim dan memastikan tidak ada hal lain yang bisa menyebabkan keguguran. Setelah isi rahim telah dibersihkan, Anda akan mendapatkan pengobatan untuk membersihkan isi rahim Anda. Dengan obat tersebut, Anda akan mengalami lebih banyak perdarahan dan efek samping seperti nyeri atau kram yang dapat diobati. Namun, jangan khawatir, efek samping ini akan berlangsung sebentar dan biasanya mereda dalam hitungan hari. Jika Anda mengalami gejala yang berkepanjangan, konsultasikan diri Anda ke dokter.

Sebagian wanita lainnya memilih tidak menjalani kuretase dan membiarkan sisa jaringan keluar dari tubuh dengan sendirinya. Namun, tentu saja kondisi ini juga dapat membawa resiko dan efek samping. Untuk itu, disarankan agar selalu mengonsultasikan tindakan yang harus dilakukan untuk mencegah efek samping yang tidak diinginkan. Anda juga bisa memprogramkan kembali kehamilan yang aman setelah mengalami keguguran dengan bantuan dari dokter.

Writer : Agatha Writer
Editor :
  • dr Ayu Munawaroh, MKK
Last Updated : Jumat, 14 April 2023 | 10:34

Tobah YB. Blighted ovum: What causes it?. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/pregnancy-loss-miscarriage/expert-answers/blighted-ovum/faq-20057783.

Johnson TC. Blighted Ovum (2021). Available from: https://www.webmd.com/baby/blighted-ovum#1.

Chaudhry K, Tafti D, Siccardi MA. Anembryonic Pregnancy (2021). Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499938/.