Anda mungkin pernah mendengar bahwa bayi tidak boleh dibawa ke tempat yang sepi atau gelap karena bisa mengalami sawan. Bayi yang mengalami sawan konon bisa kemasukan roh halus yang menyebabkan bayi akan rewel, tubuh kaku, tatapan kosong pada mata, dan lain sebagainya.
Apakah benar bayi bisa mengalami sawan? Ulasan berikut akan membantu menjelaskannya.
Apa itu Sawan?
Sawan atau sawanen sendiri, menurut Kemdikbud adalah istilah untuk menyebut seseorang yang kemasukan roh halus, yang biasanya terjadi pada bayi. Tanda-tanda sawan ditentukan dengan jenis sawan yang menyerang.
Kemdikbud menerangkan bahwa di Indonesia masyarakat mengenal beberapa jenis sawan, di antaranya:
- Sawan gembok
- Sawan endrak
- Sawan kengkeng
- Sawan tangis
- Sawan klebu
- Sawanen dhewe
Untuk mengatasi sawan, bayi biasanya dibawa ke dukun bayi dan diberi pengobatan air yang diberi mantra doa dan disemburkan pada ubun-ubun bayi. Air tersebut dianggap memiliki kekuatan yang bisa mengusir roh jahat yang berada dalam tubuh bayi.
Sawan Dilihat dari Sudut Pandang Medis
Melihat dari ciri-ciri sawan yang sempat disebutkan sebelumnya, dalam dunia medis tanda tersebut lebih mengarah pada kejang. Kejang adalah aktivitas kelistrikan yang tidak biasa di otak yang dapat menyebabkan perubahan perilaku, gerakan atau perasaan.
Tidak semua anak yang pernah kejang akan mengalami kejang lagi. Riwayat kejang yang terjadi berkali-kali kemudian dikenal dengan istilah epilepsi.
Epilepsi adalah gangguan sistem saraf yang paling umum, yang sebenarnya tidak hanya mempengaruhi bayi dan anak-anak namun juga bisa mempengaruhi orang dewasa dari semua jenis ras dan latar belakang etnis. Kejang dapat terjadi ketika satu atau lebih bagian otak mengalami ledakan sinyal listrik abnormal yang mengganggu sinyal otak normal. Apapun yang mengganggu koneksi normal antara sel-sel saraf di otak dapat menyebabkan kejang, termasuk demam tinggi, gula darah tinggi, atau rendah, penghentian alkohol atau obat-obatan, atau gegar otak.
Kejang yang sering dialami bayi atau anak-anak umumnya disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya:
- Ketidakseimbangan neurotransmiter (zat kimia pembawa pesan di dalam otak)
- Genetik
- Tumor otak
- Stroke
- Kerusakan otak yang disebabkan cedera, termasuk saat persalinan
- Konsumsi obat-obatan di luar pengawasan dokter
Gejala Kejang
Bayi atau anak-anak mengalami kejang apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut:
- Mata menatap ke satu arah tertentu
- Gerakan lengan atau kaki yang menyentak
- Kekakuan tubuh
- Penurunan kesadaran
- Gangguan pernapasan atau berhenti bernapas
- Kehilangan kontrol pada usus atau kandung kemih
- Jatuh tiba-tiba tanpa alasan terutama saat hilang kesadaran
- Tidak menanggapi suara atau kata-kata dalam waktu singkat
- Tampak bingung
- Mengangguk kepala secara berirama terkait dengan hilangnya kesadaran
- Periode mata berkedip yang cepat
Kolik pada Bayi
Selain mengacu pada kejang, tanda-tanda sawan juga merujuk pada kolik. Kolik adalah tangisan atau kerewelan yang berkepanjangan pada bayi yang sehat. Kolik bisa menyebabkan orang tua frustasi karena tidak tahu jelas apa penyebab bayi menangis terus menerus. Segala macam cara dilakukan untuk menghibur bayipun tidak membantu, bahkan ketika Anda dan pasangan menggendong bergantian tangisnya tetap tak berhenti.
Episode kolik biasnaya terjadi di malam hari ketika orang tua sudah lelah. Kolik umumnya akan memuncak ketika bayi berusia 6 minnggu dan akan menurun secara signifikan setelah usia 3-4 bulan.
Walaupun tidak diketahui apa sebenarnya penyebab kolik, namun para ahli menduga kerewelan bayi terkait oleh beberapa hal di antaranya:
- Sistem pencernaan yang belum sepenuhnya berkembang
- Ketidakseimbangan bakteri sehat di saluran pencernaan
- Alergi atau intoleransi makanan
- Terlalu banyak makan, kurang makan atau jarang disendawakan
- Bentuk awal migrain pada masa kanak-kanak
- Stres atau kecemasan
Tidak perlu khawatir apabila bayi mengalami kolik. Kolik pada bayi umumnya akan membaik dan hilang dengan sendirinya. Sementara bila bayi menunjukkan tanda-tanda kejang, maka sebaiknya tidak menunda untuk membawanya untuk diperiksa agar bisa diketahui apa penyebabnya dan diberikan pengobatan yang sesuai.
Mau tahu informasi seputar kehamilan, menyusui, kesehatan wanita dan anak-anak? Cek di sini, ya!
- dr Anita Larasati Priyono