Berbicara soal masa remaja, sama halnya berbicara soal perubahan yang terjadi di dalam diri mereka. Perubahan tersebut mencakup perkembangan fisik yang menunjukkan kematangan fisik, dan juga perkembangan psikologis yang menunjukkan perubahan kedewasaan.
Dalam setiap perkembangan dan perubahan yang dialaminya, remaja seringkali bertemu dengan berbagai kesulitan-kesulitan tersendiri. Dengan mengetahui perkembangan psikologi apa saja yang terjadi di dalam diri remaja, sebagai orang tua Anda bisa mendampingi dan membantu melewati masa transisi yang cukup rumit ini. Seperti apa perkembangan remaja di usia 10-18 tahun? Yuk simak ulasan berikut.
Tahap Perkembangan Psikologis Remaja
Tahap Awal Remaja
Saat ini mulai terjadi perubahan secara fisik, mental dan emosional dari anak-anak ke masa remaja. Hormon berubah ketika anak memasuki masa pubertas. Oleh karena itu, orang tua harus mempersiapkan diri dalam menghadapi perubahan suasana hati dan perilaku pada remaja.
Secara psikologis, menurut CDC, remaja pada masa ini akan mengalami serangkaian perkembangan di antaranya:
- Lebih banyak memusatkan perhatian pada diri sendiri.
- Mengalami perubahan suasana hati yang lebih sering.
- Menunjukkan ketertarikannya untuk bergabung dalam kelompok teman.
- Merasa stres ketika menghadapi tugas sekolah yang menantang.
- Menunjukkan afeksi lebih sedikit pada orang tua, seperti mulai enggan dipeluk, dicium, dan terkadang menunjukkan sikap kasar.
Di usia ini pula remaja sangat mudah terpengaruh pergaulan pertemanan, mereka mungkin tertarik mencoba rokok, minuman beralkohol, obat terlarang bahkan seks bebas. Untuk itu, orang tua harus ekstra hati-hati, tidak memberikan tekanan pada anak dan tetap berusaha mendampingi agar selalu bisa memantau perkembangannya dari jauh.
Tahap Pertengahan Remaja
Di usia ini, remaja perempuan sudah memiliki kematangan fisik yang hampir sempurna, sehingga masa pubertasnya sudah selesai. Sedangkan remaja laki-laki masih terus berkembang. Perkembangan fisik yang dialami oleh remaja sangat memengaruhi perkembangan psikologisnya.
- Di usia ini remaja mulai tertarik menjalin hubungan romantis dan memiliki ketertarikan seksual dengan lawan jenis.
- Remaja menunjukkan kemandirian dan tidak banyak bergantung pada orang tua.
- Karena perkembangan otak dan emosi yang lebih matang, konflik dengan orang tuapun mulai berkurang dan lebih jarang terjadi.
- Memiliki kepedulian lebih dalam akan berbagi dan cenderung mengembangkan hubungan lebih dekat.
- Menghabiskan lebih sedikit waktu dengan orang tua, dan lebih sering melakukan kegiatan bersama teman.
- Mudah merasa sedih ketika menghadapi sesuatu yang dapat berpengaruh pada nilai akademis, mendorong. penyalahgunaan alkohol dan obat terlarang, serta seks bebas dan masalah lainnya.
Remaja di fase ini cenderung sudah memiliki alasan kuat akan pilihannya, dan lebih peduli akan perencanaan akademis serta masa depan. Tugas yang cukup berat sebagai orang tua saat memiliki anak remaja di usia 14-17 tahun. Karena lebih banyak waktu mereka dihabiskan bersama teman, maka Anda akan semakin kehilangan waktu bersama. Tetap tunjukkan kepedulian Anda dengan mengatur waktu khusus, misalnya melakukan kegiatan di luar setiap akhir pekan.
Hormati pendapat anak dan dengarkan setiap alasan di balik semua pilihannya. Mungkin tidak semuanya benar, namun Anda bisa mengarahkan dan memberi pandangan agar bisa membantu anak dalam berpikir sendiri dan mengambil keputusan. Memaksakan pendapat akan membuat anak berontak dan memancing konflik baru, sehingga diskusi dengan kepala dingin akan jauh lebih membantu.
Tahap Akhir Remaja
Memasuki usia 18 tahun berarti memasuki tahap akhir masa remaja, di mana sebentar lagi mereka akan masuk dalam fase dewasa dan harus bertanggung jawab penuh terhadap semua keputusannya sendiri. Berbeda dengan tahap awal remaja yang lebih cenderung sering memberontak, justru di usia 18 tahun, seorang remaja lebih nyaman untuk mendiskusikan setiap pilihan dan meminta nasihat dari orang tua atau orang yang lebih tua.
Mereka sadar bahwa hanya dengan panduan orang dewasa mereka tidak akan salah jalan. Emosinya jauh lebih stabil di usia ini, dan mereka lebih cermat dalam mengelola stres. Meskipun demikian, mereka juga tidak akan serta merta hanya ikut-ikutan pada pendapat orang lain. Di usia ini, otak mereka telah berkembang sepenuhnya sehingga mereka sangat peduli pada opini pribadi dan tidak ingin hanya mengikuti arus saja.
Pun demikian, ketakutan akan kegagalan masih sangat membebani remaja berusia 18 tahun terutama sebentar lagi mereka akan memasuki masa dewasa. Orang tua tetap perlu memberikan dukungan, selalu menyediakan waktu kapanpun anak ingin berkeluh kesah atau berdiskusi.
Di usia berapapun, orang tua seringkali merasa bahwa anak-anak tetaplah anak-anak. Namun perlu diingat, bahwa anak-anak dapat tumbuh besar dan menjadi orang dewasa yang sama seperti Anda, sehingga mereka tidak bisa harus terus hanya mendengarkan Anda tanpa memiliki pendapat sendiri. Biarkan mereka bertumbuh menjadi pribadi yang mandiri, dan dampingi kapanpun di saat mereka membutuhkan. Hanya dengan itulah mereka akan tumbuh dari ulat menjadi kupu-kupu yang siap memperindah dunia.
Mau tahu informasi seputar kehamilan, menyusui, kesehatan wanita dan anak-anak? Cek di sini, ya!
- dr Hanifa Rahma
Hopkins Medicine. The Growing Child: Adolescent 13 to 18 Years. Available from: https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-prevention/the-growing-child-adolescent-13-to-18-years.
Sarah Vanbuskirk (2022). 18-Year-Old Child Development Milestones. Available from: https://www.verywellfamily.com/18-year-old-developmental-milestones-2609030.
CHOC (2021). Teenager Growth & Development: 13 to 18 Years (Adolescent). Available from: https://www.choc.org/primary-care/ages-stages/13-to-18-years/.
CDC (2021). Teenagers (15-17 years of age). Available from: https://www.cdc.gov/ncbddd/childdevelopment/positiveparenting/adolescence2.html.
CDC (2021). Young Teens (12-14 years of age). Available from: https://www.cdc.gov/ncbddd/childdevelopment/positiveparenting/adolescence.html.