Kehamilan adalah salah satu hal yang dinantikan bagi sebagian orang. Tidak jarang orang harus menempuh usaha ekstra untuk bisa hamil karena kondisi kesuburan atau kondisi kesehatan lainnya.
Mempersiapkan kehamilan dengan baik akhirnya menjadi sebuah kewajiban agar selama hamil, janin dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Terutama, selama kehamilan, akan ada banyak perubahan di dalam tubuh, termasuk hormon, perubahan fisik, hingga kondisi kekebalan tubuh yang melemah dibandingkan kondisi pada umumnya.
Vaksinasi Sebelum Hamil
Mendapatkan vaksinasi sebelum kehamilan menjadi salah satu cara mempersiapkan kehamilan dan janin yang sehat. Vaksin apa sajakah yang perlu dilengkapi sebelum merencanakan kehamilan? Yuk simak ulasannya.
Vaksin Varicella
Infeksi Varicella (cacar) bisa sangat menular selama kehamilan. Janin di dalam perut bahkan bisa tertular. Terinfeksi cacar air saat sedang hamil juga berisiko mengalami komplikasi kehamilan seperti pneumonia.
Jika cacar air ini berkembang selama 20 minggu pertama kehamilan, maka janin menghadapi risiko cacat lahir serius yang langka yang disebut sindrom varicella bawaan. Bayi dengan sindrom varicella bawaan dapat mengalami jaringan parut pada kulit, kelainan mata, otak, anggota badan dan saluran cerna.
Dan bila cacar air berkembang beberapa hari sebelum melahirkan hingga 48 jam pasca persalinan, bayi yang dilahirkan berisiko terpapar infeksi dan dapat mengalami Varicella neonatal.
Apabila selama ini Anda belum pernah mendapatkan vaksinasi Varicella, maka sebaiknya Anda mendapatkan 2 dosis vaksin Varicella. Vaksin Varicella tidak boleh diberikan selama kehamilan atau 30 hari sebelum perencanaan kehamilan kecuali Anda sedang terinfeksi Varicella.
Vaksin MMR
Vaksin MMR ditujukan untuk melindungi dari infeksi measles, mumps, dan rubella (campak, gondongan dan rubella). Campak adalah penyakit serius yang ditandai dengan demam, ruam, hidung tersumbat dan batuk, yang apabila tidak diobati dapat mengakibatkan kerusakan otak, pneumonia bahkan kematian.
Sedangkan gondongan ditandai dengan demam, kelelahan, nyeri otot dan pembengkakan kelenjar ludah. Komplikasi seriusnya dapat menyebabkan pembengkakan ovarium, gangguan pendengaran, ensefalitis, meningitis dan kematian.
Rubella, seringkali ditandai dengan demam, ruam, dan sakit kepala yang apabila menginfeksi ibu hamil maka meningkatkan risiko keguguran atau bahkan cacat lahir.
Setelah mendapatkan vaksin MMR, sebaiknya menunggu sekitar 4 minggu sebelum merencanakan kehamilan.
Hepatitis B
Hepatitis B adalah infeksi virus yang dapat menyebabkan kerusakan hati. Infeksi ini bisa ditularkan pada ibu ke janin melalui persalinan, di mana kemudian bayi baru lahir harus segera mendapatkan vaksin hepatitis B pertamanya, maksimal 24 jam setelah dilahirkan.
Vaksin HPV
Vaksin HPV bisa didapatkan sebelum merencanakan kehamilan untuk membantu mencegah infeksi HPV baru dan penyakit terkait HPV, termasuk kanker serviks. Vaksin ini umumnya diberikan pada remaja hingga usia 26 tahun. Mereka yang berusia 27-45 tahun juga bisa mendapatkannya, namun harus terlebih dahulu dibicarakan dengan dokter.
Vaksin ini tidak boleh diberikan selama kehamilan dan direkomendasikan diberikan dalam 2-3 dosis selama periode 6 bulan.
Vaksin tambahan lainnya
Sebelum merencanakan kehamilan, Anda juga bisa mendapatkan vaksin hepatitis A untuk melindungi dari infeksi hepatitis A, vaksin PCV untuk melindungi dari infeksi penyakit paru-paru yang parah, Vaksin Hib untuk melindungi dari kondisi serius seperti menurunnya fungsi limpa, vaksin meningitis, vaksin influenza dan juga vaksin Covid-19.
Selain menjalani program hamil, Anda juga bisa membicarakan dengan dokter mengenai vaksin yang wajib Anda miliki sebelum merencanakan kehamilan, dan jenis vaksin mana yang bisa ditambahkan untuk memberikan perlindungan lebih selama kehamilan.
Mendapatkan vaksin-vaksin di atas dapat membantu menjaga kesehatan kehamilan dan juga janin, sehingga Anda dan janin selalu sehat dan terhindar dari infeksi yang dapat berbahaya dan mengancam jiwa.
Mau tahu informasi seputar kehamilan, menyusui, kesehatan wanita dan anak-anak? Cek di sini, ya!
- dr Nadia Opmalina