Anisometropia

Anisometropia

Bagikan :


Definisi

Anisometropia adalah salah satu jenis gangguan refraksi pada mata berupa perbedaan tajam penglihatan pada kedua mata. Gangguan refraksi adalah gangguan penglihatan menjadi blur atau ganda yang murni diakibatkan oleh ketidakmampuan mata membiaskan cahaya agar jatuh tepat pada retina. Retina sendiri merupakan lapisan di bagian dalam bola mata yang berfungsi untuk menangkap cahaya yang masuk agar diteruskan oleh saraf ke otak.

 

Penyebab

Anisometropia dapat disebabkan oleh adanya masalah pada salah satu mata pada masa kecil. Masalah ini menyebabkan salah satu mata menjadi lebih aktif dalam berkembang. Saat lahir, tajam penglihatan bayi sekitar 10 kali lebih blur daripada orang dewasa, namun akan berkembang hingga usia 3-5 tahun. Selain masalah pada mata, anisometropia dapat disebabkan oleh adanya perbedaan bentuk bola mata. Perbedaan bentuk bola mata ini dapat berupa lebih pendek atau lebih panjang. Perbedaan ini dapat menyebabkan cahaya yang masuk jatuh tidak tepat pada retina, sehingga pandangan menjadi blur.

 

Faktor Risiko

Faktor risiko yang dapat mempengaruhi kejadian anisometropia di antaranya adalah mata juling ke arah luar, riwayat perawatan di ruang rawat intensif saat baru lahir, serta riwayat keluarga dengan rabun jauh, kelahiran prematur, dan keterlambatan perkembangan.

 

Gejala

Anisometropia dapat bergejala maupun tidak. Gejala anisometropia, jika ada, dapat berupa gangguan penglihatan ringan seperti agak blur, namun tidak dirasakan terlalu parah. Namun, ada beberapa orang lainnya yang mengalami gejala yang lebih parah, seperti blur yang dirasa lebih parah pada salah satu mata, penglihatan yang berpindah, pandangan ganda, atau kebutuhan memicingkan mata yang berlebih.

 

Diagnosis

Diagnosis anisometropia dapat dilakukan oleh dokter, baik dokter umum maupun dokter spesialis mata. Dokter akan memeriksa tajam penglihatan dengan bantuan gambar atau huruf. Jika tajam penglihatan kurang dari normal, dokter akan menentukan kekuatan kacamata yang dibutuhkan untuk mencapai penglihatan normal. Satuan kekuatan lensa kacamata adalah dioptri, yang bernilai negatif (pada rabun jauh) dan positif (pada rabun dekat). Seseorang baru akan dikatakan sebagai anisometropia jika perbedaan kebutuhan kekuatan lensa kacamata mencapai 1 dioptri atau lebih pada kedua mata.

Anisometropia dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu anisometropia absolut dan relatif. Pada anisometropia absolut, perbedaan kekuatan lensa kacamata untuk memperbaiki penglihatan benar-benar harus lebih dari sama dengan 1 dioptri. Namun, pada anisometropia relatif, kekuatan lensa yang dibutuhkan tidak jauh berbeda, namun panjang matanya berbeda. Hal ini menyebabkan kedua mata menangkap bayangan benda dalam dua ukuran yang berbeda. Lebih lanjut lagi, anisometropia absolut terbagi atas:

  • Simple anisometropia: salah satu mata normal, namun satunya lagi rabun jauh atau rabun dekat
  • Compound anisometropia: kedua mata sama-sama rabun jauh atau rabun dekat, namun kebutuhan kekuatan lensanya berbeda
  • Mixed anisometropia: salah satu mata rabun jauh dan satunya lagi rabun dekat
  • Compound astigmatic anisometropia: kedua mata sama-sama memiliki astigmatisme (bayangan benda jatuh pada beberapa titik di retina sehingga pandangan ganda, dapat diperbaiki dengan lensa silinder), namun tingkatnya berbeda
  • Simple astigmatic anisometropia: Salah satu mata rabun dekat atau jauh, dan satunya lagi memiliki astigmatisme.

Selain pemeriksaan tajam penglihatan, dokter dapat melakukan pemeriksaan penglihatan lainnya seperti kedudukan bola mata, gerak bola mata, dan lapang pandang. Pemeriksaan kedudukan bola mata bertujuan untuk menentukan apakah ada mata yang juling atau tidak. Sementara itu, gerak bola mata diperlukan untuk menentukan apakah pasien memiliki ambliopia (mata malas), yang ditandai dengan arah gerak bola mata yang tidak kompak. Pemeriksaan lapang pandang bertujuan untuk menentukan apakah luas jangkauan pandangan pasien normal atau tidak.

Selain itu, dokter dapat melakukan pemeriksaan untuk menentukan panjang bola mata menggunakan pengukuran optik (menggunakan sinar laser) atau USG (ultrasonografi). Hal ini diperlukan untuk menentukan adanya faktor risiko anisometropia relatif serta menentukan apakah anisometropia absolut diakibatkan oleh perbedaan tajam penglihatan yang terlalu besar.

 

Tata Laksana

Tata laksana anisometropia bertujuan untuk menyetarakan tajam penglihatan pada kedua mata. Penyetaraan ini dapat menggunakan kacamata atau lensa kontak. Kekuatan lensa baik pada lensa kontak maupun kacamata akan menyesuaikan kebutuhan masing-masing mata. Selanjutnya, hal ini akan memancing otak untuk menggunakan kedua mata bersamaan. Penggunaan kedua mata secara bersamaan ini diharapkan dapat menyeimbangkan perkembangan antara kedua mata. Untuk mencapai hal ini, kacamata atau lensa kontak harus dipakai secara terus-menerus.

Namun, penyetaraan dengan lensa hanya dapat dilakukan jika perbedaan kekuatan lensa tidak terlalu besar. Jika perbedaan tersebut terlalu besar, penggunaan kacamata dapat mengakibatkan perbedaan bentuk dan ukuran benda yang dilihat pada kedua mata. Sebagai gantinya, dokter dapat menyarankan untuk melakukan pembedahan. Pembedahan untuk memperbaiki anisometropia dapat berupa pembedahan pada kornea atau lensa. Kornea merupakan selaput bening yang melapisi selaput pelangi (iris) pada mata. Pembedahan dilakukan pada kornea atau lensa karena kedua struktur ini berperan dalam mengatur cahaya yang masuk agar jatuh tepat pada retina.

Pembedahan pada kornea pada umumnya bertujuan agar kornea dapat meneruskan cahaya dengan lebih baik. Sementara itu, pembedahan pada lensa dapat berupa pengangkatan lensa atau penggantian lensa asli dengan lensa buatan. Secara umum, pembedahan dapat menangani anisometropia secara permanen, namun memiliki risiko berupa infeksi dan ketidaksempurnaan tajam penglihatan.

 

Komplikasi

Komplikasi anisometropia yang paling sering adalah ambliopia (mata malas). Pada penderita anisometropia, tajam penglihatan antara kedua mata berbeda jauh, sehingga otak cenderung hanya menangkap gambar dan cahaya dari mata yang lebih baik. Sementara itu, saraf pada mata yang tajam penglihatannya lebih rendah cenderung menjadi lebih “malas” karena jarang digunakan. Biasanya, ambliopia dapat ditandai dengan gerakan mata yang tidak kompak, atau bahkan anak cenderung menutup mata yang “malas” agar dapat melihat lebih jelas. Ambliopia harus segera ditangani sebelum menyebabkan kerusakan tetap hingga kebutaan. Semakin muda usia mulai terapi, semakin baik.

 

Pencegahan

Anisometropia pada umumnya tidak dapat dicegah, namun dapat dideteksi dan ditangani sejak dini. Deteksi anisometropia dapat berupa skrining penglihatan saat bayi, usia 3-4 tahun, kemudian setiap tahun sejak masuk sekolah dasar. Sekolah dapat pula menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan termasuk pemeriksaan mata secara rutin. Semakin dini usia seorang anak diketahui memiliki anisometropia, semakin cepat pula perbaikan penglihatan dapat dilakukan.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Jika berdasarkan hasil skrining di fasilitas kesehatan atau sekolah anak Anda memiliki anisometropia, segeralah bawa anak Anda ke dokter spesialis mata. Hasil skrining pada umumnya menunjukkan bahwa anak Anda membutuhkan kacamata dengan perbedaan kekuatan lensa mata kiri dan kanan yang cukup besar, yaitu di atas 1 dioptri. Tanda dan gejala anisometropia seringkali tidak dapat tampak pada anak, namun jika tidak ditangani, anisometropia dapat berakibat fatal bagi perkembangan penglihatan anak Anda. 

 

Mau tahu lebih lanjut seputar penyakit-penyakit lainnya? Cek di sini, ya! 

 

 

Writer : dr Teresia Putri
Editor :
  • dr Ayu Munawaroh, MKK
Last Updated : Kamis, 20 Juni 2024 | 07:30