Nocturnal Seizure

Nocturnal Seizure

Bagikan :


Definisi

Nocturnal seizure adalah kejang yang terjadi pada saat tidur. Kejang ini merupakan salah satu gejala epilepsi, yaitu gangguan aktivitas saraf pada otak yang menyebabkan kejang. Kejang pada epilepsi dapat terjadi saat aktivitas sehari-hari dan/atau saat tidur. Diagnosis epilepsi sendiri baru dapat ditegakkan jika terjadi dua atau lebih kejang tanpa pemicu dengan jarak antarkejang minimal 24 jam.

 

Penyebab

Pada saat tidur, manusia mengalami dua fase tidur: non-rapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM). Biasanya, tidur dimulai dengan fase NREM, yang menghabiskan lebih sedikit energi daripada fase REM, lalu masuk ke dalam fase REM, fase tidur dalam ketika mimpi terjadi. Pergantian fase ini membentuk siklus tidur yang berlangsung sekitar 70-120 menit. Dalam sebuah sesi tidur di malam hari, manusia biasanya mengalami sekitar 3-4 siklus tidur. Pada fase NREM, sel-sel otak lebih sering mengeluarkan sinyal listrik bersamaan, sehingga lebih mudah mengalami kekacauan yang menyebabkan kejang.

Biasanya, kekacauan aliran listrik ini mulai terjadi pada bagian samping otak, yang disebut sebagai lobus temporal. Namun, pada kejang yang terjadi saat tidur, kekacauan aliran listrik lebih banyak dimulai dari bagian depan otak, yang disebut sebagai lobus frontal.

Jenis epilepsi yang terkait dengan kejang pada malam hari berbeda pada anak dan dewasa. Pada anak, jenis epilepsi yang sering dikaitkan dengan kejang pada malam hari adalah epilepsi rolandik jinak, epilepsi mioklonik juvenil, dan sindrom Landau-Kleffner. Sementara itu, epilepsi pada orang dewasa yang terkait dengan kejang di malam hari adalah epilepsi lobus frontal.

 

Faktor Risiko

Faktor risiko kejang pada malam hari tergantung pada jenis epilepsi yang dialami, namun lebih sering terjadi pada masa kanak-kanak. Epilepsi rolandik jinak dapat terjadi pada usia 1-14 tahun, dengan puncak usia 7-10 tahun. Epilepsi ini lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Namun, epilepsi ini akan menghilang seiring usia. Sementara itu, epilepsi mioklonik juvenil lebih banyak terjadi pada remaja berusia 12-18 tahun dan terkait dengan faktor genetik. Epilepsi ini sering pula dipicu oleh kurang tidur, konsumsi alkohol, stres emosional, cemas, lelah, serta paparan terhadap kilatan cahaya, baik dari sinar matahari, TV, atau komputer. Sindrom Landau-Kleffner sangat jarang terjadi, dan terkait dengan faktor genetik serta autoimun (kekebalan tubuh yang menyerang sel sendiri). Pada epilepsi lobus frontal, faktor risiko dapat berupa riwayat tumor pada otak, trauma kepala, kesalahan pembentukan (malformasi) pembuluh darah, infeksi pada jaringan otak (ensefalitis), serta bawaan lahir.

 

Gejala

Kejang pada saat tidur seringkali sulit dikenali. Gejala yang mungkin terjadi adalah menangis atau berteriak tiba-tiba saat tidur, kelojotan atau kaku seluruh tubuh, mengompol atau menggigit lidah saat kejang, terjatuh dari tempat tidur, kesulitan bangun setelah kejang, bangun tiba-tiba pada malam hari, serta melakukan gerakan yang aneh saat tidur. Pada epilepsi rolandik jinak, gejala lainnya yang sering muncul adalah meneteskan air liur dan otot wajah berkedut. Sementara itu, sindrom Landau-Kleffner biasanya disertai dengan kemunduran kemampuan berbicara dan gangguan perilaku seperti ketidakmampuan memusatkan perhatian, hiperaktivitas (terlalu aktif tanpa melihat waktu dan situasi), serta gangguan emosi. Pada epilepsi lobus frontal, gejala yang sering terjadi adalah gerakan berulang-ulang yang tidak bertujuan dan terjadi tanpa disadari. Kejadian-kejadian ini biasanya terjadi secara singkat, kurang dari 30 detik hingga 5 menit. Biasanya, kejang pada saat tidur seringkali dilaporkan oleh orangtua atau orang lain yang tinggal bersama dengan penderita. 

 

Diagnosis

Kejang pada saat tidur merupakan bagian dari epilepsi, sehingga diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan EEG (elektroensefalogram). Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat gelombang listrik pada bagian-bagian otak, dan pada kasus ini, pemeriksaan akan dilakukan saat penderita hendak tidur hingga bangun tidur. Tidak hanya itu, biasanya pemeriksaan ini akan disertai dengan perekaman video saat tidur, untuk melihat adanya gerakan yang terjadi pada saat tidur dan kaitannya dengan kejang.

Sebagai tambahan, pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari kemungkinan penyebab kejang selain adanya gangguan aktivitas listrik pada otak, misalnya adanya masalah pada elektrolit tubuh seperti natrium dan magnesium. Pemeriksaan genetik juga dapat dilakukan apabila riwayat epilepsi ada pada anggota keluarga lainnya. Pencitraan seperti magnetic resonance imaging (MRI) dan positron emission tomography (PET) scan dapat dilakukan untuk melihat adanya kelainan jaringan pada otak.

 

Tata Laksana

Tata laksana kejang pada malam hari sangat tergantung pada jenis epilepsinya. Obat-obatan antikejang dapat diberikan rutin hingga 1-2 tahun bebas kejang. Jika penderita epilepsi adalah seorang ibu hamil, asam folat akan diberikan dengan dosis yang lebih tinggi untuk mencegah adanya kelainan saraf bayi (normalnya, asam folat adalah suplemen wajib bagi ibu hamil). Mengenai sindrom Landau-Kleffner, karena terdapat gangguan berbicara dan perilaku, anak akan menjalani terapi wicara dan perilaku. Biasanya, terapi perilaku dengan melibatkan terapis khusus pada bidang psikomotor akan dilakukan sebelum menjalani terapi wicara.

Terapi lainnya dapat berupa pembedahan untuk mengambil bagian otak yang dicurigai menjadi pusat gelombang listrik pemicu epilepsi. Pembedahan ini pada umumnya dinyatakan berhasil apabila tidak terjadi gelombang pemicu epilepsi setelah pembedahan dilakukan. Terapi ini dilaporkan berhasil pada 20-50% kasus.

Alternatif lainnya adalah alat stimulasi saraf. Stimulasi saraf dapat dilakukan pada saraf vagus, yaitu saraf yang mengatur aktivitas organ tubuh pada saat beristirahat. Alat stimulasi saraf ini dapat ditanam dengan cara pembedahan.

Pengaturan diet dapat pula membantu terapi kejang pada malam hari. Diet yang dapat memperbaiki kondisi ini adalah diet ketogenik, yaitu diet rendah karbohidrat dan tinggi lemak. Anda dapat berkonsultasi pada ahli gizi mengenai diet ini bagi Anda atau anak Anda. Diet ini dapat meningkatkan gamma-aminobutyric acid (GABA), sebuah zat pada otak yang dapat menghambat berbagai aktivitas listrik pada otak, sehingga dapat menurunkan risiko kejang.

 

Komplikasi

Komplikasi kejang pada malam hari memiliki beberapa komplikasi umum. Kejang pada malam hari dapat menyebabkan tidur terganggu, sehingga penderita dapat terbangun dengan perasaan mengantuk saat menjalani aktivitas sehari-hari. Hal ini juga dapat menyebabkan kejang lebih sering terjadi pada siang hari karena kurang tidur. Komplikasi terparah epilepsi adalah kematian, atau sudden unexpected death in epilepsy (SUDEP). Kematian pada epilepsi ini belum diketahui secara pasti sebabnya, namun diduga dapat terjadi akibat ketidakmampuan otak untuk mengatur napas, gangguan aktivitas listrik pada jantung, serta ketidakmampuan saraf untuk mempertahankan fungsi organ pada tubuh.

Komplikasi khusus juga dapat terjadi pada jenis epilepsi tertentu. Sindrom Landau-Kleffner, misalnya, dapat berpengaruh pada kemampuan berbicara dan perilaku anak yang tadinya normal.

 

Pencegahan

Kejang pada malam hari yang terjadi pada anak seringkali merupakan kondisi yang tidak dapat dicegah. Namun, pencegahan terhadap trauma kepala, seperti kepatuhan penggunaan pelindung kepala saat berkendara dengan kendaraan bermotor, dapat membantu menurunkan risiko terjadinya kejang.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Segeralah ke dokter apabila Anda atau anak Anda mengalami gejala seperti gerakan berulang pada saat tidur yang tidak disadari, berteriak, kaku, atau kelojotan tiba-tiba saat sedang tertidur. Mengompol dapat menjadi salah satu gejala kejang pada saat tidur, namun jika berdiri sendiri, ada beberapa kondisi lainnya yang dapat menjadi kemungkinan. Jika Anda atau anak Anda sudah mengetahui adanya penyakit ini, berkonsultasilah kepada dokter jika mengalami gejala sebagai berikut:

  • Kesulitan berkonsentrasi
  • Terbangun saat tidur tanpa alasan
  • Sering mengantuk saat beraktivitas sehari-hari
  • Kejang pada saat beraktivitas sehari-hari karena kurang tidur

 

Ingin tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

Writer : dr Teresia Putri
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Sabtu, 15 April 2023 | 19:16