Spondilitis TB

Indonesia adalah wilayah endemis TB dengan angka kasus yang tinggi setiap tahunnya.

Bagikan :


Definisi

Spondilitis TB atau yang juga dikenal dengan nama Pott’s disease (penyakit Pott), adalah infeksi tuberkulosis pada organ di luar paru yang paling sering menyebabkan kerusakan pada tulang belakang. Kondisi ini banyak dikaitkan dengan nyeri punggung serta kelemahan anggota gerak bawah.

Infeksi tuberkulosis paling sering menyerang organ paru, walaupun bisa juga menyebabkan gangguan pada tulang belakang, ginjal, otak atau kulit. Spondilitis TB adalah kondisi klasik dari TB ekstraparu. Penyakit ini dikaitkan dengan angka kesakitan yang signifikan dan bisa menyebabkan gangguan fungsional berat.

Secara global, terdapat 14% kasus TB ekstraparu dari 6,4 juta kasus yang dilaporkan pada tahun 2017. Dari semua kasus TB yang menyerang organ selain paru, presentasi gangguan tulang dan sendi pada kasus TB adalah sekitar 9,8%.

Karena kemunculan gejala penyakit yang tidak spesifik atau baru muncul setelah penyakit berkembang menjadi semakin berat, penyakit cenderung terlambat ditemukan. Pasien bisa memerlukan terapi selama berbulan-bulan untuk mencapai kesembuhan yang optimal.

 

Anda bisa membaca artikel mengenai TB tulang di sini.

 

Penyebab

Sama seperti infeksi tuberkulosis pada paru, spondilitis TB disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pada banyak orang, ketika bakteri ini sudah menginfeksi tubuh, bakteri tersebut tidak akan langsung menimbulkan gejala. Bakteri bisa berdiam dalam waktu lama dan suatu hari aktif ketika sistem kekebalan tubuh seseorang menurun.

Seseorang bisa berkontak dengan bakteri TB, bisa melalui cipratan air liur atau droplet dari pasien TB. Namun pada spondilitis TB, bakteri yang sudah masuk ke tubuh bisa menyebar ke dalam pembuluh darah untuk mencapai tulang dan sendi. Bagian bawah dari tulang belakang (area paradiskus) menjadi bagian yang paling sering terkena. Bagian tengah dan belakang dari tulang belakang juga dapat terkena.

Pada pasien spondilitis TB, terjadi kehancuran tulang belakang secara progresif yang bisa mengubah kelengkungan dan bentuk tulang belakang. Kerusakan dari tulang menyebaban kolaps pada tulang belakang dan menyebabkan perubahan struktur tulang belakang yang disebut kifosis. Bisa muncul kantung nanah (abses) juga pada jaringan lunak di sekitar tulang belakang.

 

Faktor Risiko

Penyakit tuberkulosis bisa memengaruhi orang dari seluruh usia, ras dan berbagai tingkat pemasukan. Ada beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami spondilitis TB, yaitu:

  • Tinggal atau bekerja dengan pasien yang terinfeksi TB dalam waktu lama.
  • Orang-orang dengan status sosioekonomi rendah yang membuat mereka sulit mengakses layanan kesehatan.
  • Tinggal di daerah dengan populasi yang besar.
  • Tinggal di wilayah dengan angka kasus TB yang tinggi.
  • Pasien dengan kondisi sistem kekebalan tubuh yang rendah seperti pasien HIV/AIDS, kanker, dll.
  • Menyalahgunakan alkohol dan obat terlarang.
  • Orang lanjut usia.
  • Tenaga kesehatan yang berkontak dengan populasi berisiko tinggi.

 

Gejala

Tanda dan gejala dari spondilitis TB bervariasi. Tampilan gejalanya bergantung dengan durasi penyakit, lokasi kelainannya, derajat keparahan penyakit, serta apakah sudah disertai dengan komplikasi seperti perubahan bentuk tulang atau gangguan saraf. Di bawah ini adalah beberapa gejala yang bisa dialami pasien, antara lain:

  • Demam
  • Nyeri punggung
  • Kelemahan anggota gerak bawah
  • Nyeri saat istirahat
  • Tulang belakang bagian atas melengkung ke depan (kifosis)
  • Adanya kantung nanah di leher, ketiak, dinding dada, atau sekitar otot pinggang bawah
  • Gangguan saraf, seperti refleks tendon yang berlebihan, kehilangan sensasi terhadap sentuhan, nyeri atau suhu, dll.

 

Diagnosis

Dokter Anda akan melakukan serangkaian wawancara dan pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosis dari spondilitis TB. Pertama, dokter akan melakukan serangkaian wawancara mengenai gejala, riwayat penyakit, dan riwayat pengobatan pasien. Kemudian pemeriksaan fisik akan dilakukan untuk memeriksa seluruh tubuh pasien, terutama tulang belakang dan fungsi sarafnya. Tampilan klinis yang berat seperti perubahan bentuk tulang dan penurunan fungsi saraf akan diperiksa.

Di bawah ini adalah beberapa pemeriksaan penunjang yang bisa disarankan dokter untuk membantu menegakkan diagnosis dari spondilitis TB, seperti:

  • Pemeriksaan laboratorium
    • Laju endap darah dan protein reaktif C (CRP) umumnya ditemukan meningkat pada TB.
    • Pemeriksaan BTA (Bakteri Tahan Asam) untuk mendeteksi bakteri penyebab TB.
    • Kultur bakteri, di mana bakteri akan dikembangkan dari sampel yang diambil, untuk memeriksa jenis bakteri apa yang menginfeksi tubuh.
    • Gene Xpert MTB/RIF, pemeriksaan yang membantu menemukan bakteri TB dan memeriksa bila pasien sudah resisten dengan salah satu obat TB (rifampicin) atau belum.
  • Pemeriksaan radiologi
    • X-ray pada tulang belakang dan dada untuk melihat bila sudah ada kehancuran atau perubahan pada tulang belakang.
    • CT scan dengan zat kontras atau MRI untuk melihat kerusakan pada area tulang belakang dan jaringan lunak dengan lebih jelas.

 

Tata Laksana

Spondilitis TB adalah infeksi yang membutuhkan pengobatan dalam waktu lama. Pengobatan harus dipantau secara langsung untuk hasil yang tuntas, serta membutuhkan komitmen dari pasien, tenaga kesehatan dan pemerintah untuk menghilangkan penyakit ini. Berikut ini adalah terapi yang dapat digunakan untuk mengobati Spondilitis TB.

 

Obat Antituberkulosis (OAT)

Obat antituberkulosis adalah terapi paling utama dalam mengobati spondilitis TB. Terdapat beberapa obat yang termasuk dalam OAT, yaitu isoniazid, rifampisin, pirazinamid, etambutol, dan atau streptomisin.

Bakteri penyebab TB bisa berada di dalam sel maupun luar sel dan cepat memperbanyak diri. Oleh karena itu, terapi memerlukan beberapa macam obat dengan durasi yang panjang, dari 6-18 bulan tergantung respon tubuh pasien terhadap pengobatan dan kepatuhan pasien untuk meminum obat setiap hari.

 

TB Resisten Obat Anti TB

Jenis TB ini didefinisikan ketika pasien ditemukan memiliki resistensi terhadap obat isoniazid, rifampisin, atau bahkan dengan obat suntik TB.  Kondisi ini bisa memengaruhi terapi yang diberikan dan durasi berlangsungnya pengobatan. Dokter akan memberikan rekomendasi pilihan obat lainya.

 

Operasi

Dokter bisa melakukan operasi apabila terdapat indikasi, seperti:

  • Tidak berespon dengan pengobatan OAT.
  • Penyakit terus kambuh.
  • Mengalami kelemahan saraf yang berat.
  • Tetap mengalami perburukan gangguan saraf walaupun sudah diberikan OAT.
  • Perubahan bentuk tulang.
  • Keluhan nyeri yang sudah sangat memengaruhi seseorang dalam beraktivitas.
  • Gangguan tulang menyebabkan ketidakstabilan.

Operasi dapat dilakukan dengan prosedur operasi tergantung ketersediaan alat dan kemampuan dokter bedah tersebur. Diskusikan dengan dokter mengenai pengobatan yang terbaik bagi Anda.

 

Komplikasi

Jika Spondilitis TB tidak diobati dengan baik dan benar, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi yang berat. Ketidakpatuhan pasien terhadap terapi bisa menyebabkan pengobatan gagal, sehingga tubuh pasien akan resisten terhadap OAT. Kesehatan pasien juga akan berkurang, sehingga pilihan pengobatan yang dipilih menjadi lebih terbatas. Tulang belakang bisa rusak berat dan hancur, yang dapat memengaruhi bentuk tulang dan memperparah gangguan saraf. Penyakit TB juga bisa semakin meluas ke seluruh tubuh.

 

Pencegahan

Pencegahan infeksi TB dapat dilakukan dengan langkah berikut, yaitu:

  1. Hindari kontak dengan pasien TB agar tidak ikut tertular.
  2. Bila sedang batuk, tutup mulut dengan masker atau lipatan siku dan jangan buang dahak sembarangan.
  3. Jaga agar rumah atau ruangan terventilasi dengan baik.
  4. Rajin menggunakan masker selama berada di luar ruangan.
  5. Jika Anda terinfeksi TB, lakukan pengobatan dengan tuntas agar bakteri tidak resisten atau terjadi perburukan penyakit.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Anda sebaiknya berhati-hati bila berkontak dengan pasien TB. Jika Anda mengalami gejala TB paru atau gejala spondilitis TB seperti yang disebutkan di atas, segera kunjungi dokter untuk mendapat penanganan yang tepat. 

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : dr Arifin Muhammad Siregar
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Rabu, 8 Maret 2023 | 13:57

Foster, T. (2023). Tuberculous spondylitis. Available from: https://radiopaedia.org/articles/tuberculous-spondylitis-2#.

Hidalgo, J. (2022). Pott Disease (Tuberculous [TB] Spondylitis). Available from: https://emedicine.medscape.com/article/226141-overview.

Viswanathan, V. K. (2022). Pott Disease. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538331/.

Johns Hopkins Medicine. Tuberculosis TB. Available from: https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/tuberculosis-tb.