Neuritis Optik

Neuritis Optik
Neuritis optik lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria, dengan perbandingan 3:2. Biasanya, kondisi ini terjadi pada usia dewasa muda, dengan rentang usia 20-45 tahun. Selain

Bagikan :


Definisi

Neuritis optik adalah suatu kondisi ketika saraf penglihatan mengalami peradangan. Kondisi ini dapat terjadi akibat proses autoimun (kekebalan tubuh menyerang bagian tubuh lainnya) atau sebagai lanjutan dari proses infeksi. Angka kejadian kondisi ini sekitar 1-5 kejadian per 100.000 orang, tergantung pada daerah dan ras. Kondisi ini lebih sering terjadi pada daerah dengan iklim sedang. 

 

Penyebab

Penyebab neuritis optik secara pasti belum diketahui, namun diduga berhubungan dengan reaksi autoimun. Reaksi autoimun merupakan suatu reaksi yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh mengenali bagian tubuh lainnya sebagai benda asing sehingga bagian tubuh tersebut diserang oleh sel-sel kekebalan. Pada neuritis optik, reaksi autoimun diduga merusak selaput mielin yang mengelilingi sel saraf pada saraf penglihatan. Selaput mielin merupakan gabungan lemak dan protein yang melapisi akson (bagian dari sel saraf yang berbentuk seperti serat panjang). Selaput ini berfungsi untuk mempercepat hantaran listrik pada saraf, sehingga sinyal rangsang dapat sampai ke otak dengan cepat. Tidak hanya itu, selaput mielin berfungsi untuk melindungi akson. Akibat dari kerusakan selaput mielin, hantaran listrik pada saraf menjadi sangat lambat dan akson pun rentan rusak.

Selain proses autoimun, dugaan penyebab neuritis optik lainnya adalah penyebaran infeksi. Biasanya, infeksi ini berasal dari sinus, yaitu rongga berisi udara yang terletak di antara tulang-tulang wajah. Infeksi ini juga dapat berasal dari seluruh tubuh, yang biasanya disebabkan oleh virus.

 

Faktor Risiko

Neuritis optik lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria, dengan perbandingan 3:2. Biasanya, kondisi ini terjadi pada usia dewasa muda, dengan rentang usia 20-45 tahun. Selain itu, orang yang tinggal di daerah dengan iklim sedang seperti Eropa dan Amerika Utara lebih sering mengalami kondisi ini.

Pada banyak kejadian, pasien mengeluhkan gejala seperti flu sebelum mengalami neuritis optik. Selain itu, neuritis optik juga sering dikaitkan dengan penyakit autoimun sklerosis multipel, yang dapat menyerang saraf terutama pada otak dan tulang belakang. Sekitar 75% dari seluruh penderita sklerosis multipel pernah mengalami neuritis optik paling tidak sekali seumur hidupnya.

 

Gejala

Gejala yang dikeluhkan pada neuritis optik adalah perburukan tajam penglihatan selama beberapa hari, kemudian menetap. Pada umumnya, neuritis optik terjadi pada satu mata saja. Penglihatan terutama memburuk jika suhu badan naik, misalnya pada saat berolahraga atau mandi dengan air panas. Biasanya, mata juga terasa tidak nyaman saat digerakkan. Selain itu, keluhan lainnya adalah adanya kilatan cahaya yang banyak, penglihatan warna memudar, dan penurunan lapang pandang. 

 

Diagnosis

Diagnosis neuritis optik dapat dimulai dengan pertanyaan mengenai riwayat penyakit. Pada neuritis optik, penyakit yang dapat mendahului dapat berupa gejala seperti flu, meriang, mual, pegal-pegal, dan sebagainya. Riwayat penyakit autoimun seperti sklerosis multipel juga meningkatkan risiko neuritis optik. Kemudian, dokter dapat melakukan pemeriksaan pada mata. Pemeriksaan tersebut dapat berupa pemeriksaan tajam penglihatan, pemeriksaan penglihatan warna, refleks cahaya, pergerakan bola mata, serta pemeriksaan lapang pandang. Pemeriksaan-pemeriksaan ini berfungsi untuk mencari adanya gangguan pada penglihatan sebagai gejala dari neuritis optik.

Pemeriksaan saraf mata yang dapat langsung dilakukan oleh dokter dapat menggunakan alat bernama funduskopi. Pada funduskopi, dapat ditemukan adanya pembuluh darah retina yang tidak normal serta pembengkakan saraf penglihatan. Retina merupakan lapisan pada bagian dalam bola mata yang berfungsi untuk menerima cahaya, yang selanjutnya diteruskan ke saraf penglihatan.

Pemeriksaan lainnya dapat berupa optic coherence tomography (OCT). Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengukur fungsi saraf penglihatan. Selain OCT, pemeriksaan fungsi saraf lainnya adalah visual evoked potentials (VEP). Sementara itu, pencitraan yang dapat dilakukan adalah magnetic resonane imaging (MRI) otak untuk mencari adanya sklerosis multipel, karena kondisi ini sering dikaitkan dengan neuritis optik. 

Selain pemeriksaan di atas, dokter dapat memeriksakan beberapa tes laboratorium untuk menyingkirkan kemungkinan kondisi lainnya yang dapat menyebabkan keluhan serupa. Pemeriksaan tersebut dapat berupa laju endap darah, fungsi hormon tiroid, serta antinuclear antibody (ANA) yang banyak ditemukan pada penyakit autoimun seperti lupus.

 

Tata Laksana

Pada neuritis optik, umumnya penglihatan dapat kembali mendekati normal dalam beberapa minggu atau bulan, meskipun tanpa terapi. Namun, pemulihan fungsi penglihatan akan jauh lebih cepat dengan terapi. Terapi obat yang diberikan berfungsi untuk menurunkan peradangan pada saraf penglihatan. Biasanya, pasien akan dirawat inap selama beberapa hari untuk menurunkan peradangan dengan cepat menggunakan obat suntik, lalu dilanjutkan rawat jalan dengan obat minum.

Antiradang yang biasa digunakan untuk neuritis optik adalah golongan steroid. Oleh karena itu, dokter juga dapat memberikan obat-obatan untuk menurunkan asam lambung karena efek samping steroid adalah tukak lambung. Selain itu, jika Anda memiliki penyakit diabetes (gula darah yang tinggi), sampaikan kepada dokter Anda. Pengobatan dengan steroid dapat meningkatkan gula darah hingga ketoasidosis diabetikum (sebuah kondisi ketika darah menjadi asam akibat kurangnya gula pada jaringan tubuh). Dosis obat steroid ini akan diturunkan juga secara bertahap jika penglihatan membaik.

Selama fungsi penglihatan belum pulih, sebaiknya Anda menggunakan kacamata pelindung. Fungsi penglihatan yang menurun menyebabkan risiko jatuh dan terluka semakin tinggi sehingga kacamata pelindung dibutuhkan untuk melindungi cedera pada mata. 

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemantauan. Pemantauan dapat dilakukan dengan pemeriksaan fungsi penglihatan seperti tajam penglihatan, tes warna, serta lapang pandang. Selain itu, pemeriksaan OCT juga dapat dilakukan setelah 6-8 minggu, dan diulang setelah 6 bulan. 

 

Komplikasi

Pada umumnya, penglihatan pada kondisi neuritis optik dapat kembali hingga hampir normal. Pemulihan pada umumnya dimulai setelah 1 bulan, dan peningkatan penglihatan dapat terjadi hingga 1 tahun. Jika hal tersebut tidak terjadi, komplikasi yang dapat timbul berupa kehilangan penglihatan secara permanen baik ringan maupun berat. Selain itu, lapang pandang pun dapat terganggu secara permanen sehingga menyebabkan gangguan yang signifikan saat menyetir. Tidak hanya itu, kondisi neuritis optik ini dapat dialami kembali. Orang yang pernah mengalami neuritis optik lebih berisiko mengalami sklerosis multipel. 

 

Pencegahan

Neuritis optik terjadi tanpa diduga, sehingga sulit untuk dicegah. Pencegahan terkait faktor risiko adalah dengan menerapkan etika batuk dan bersin dengan baik, serta rajin mencuci tangan. Hal ini dapat dilakukan sebagai pencegahan infeksi virus. Sementara itu, komplikasi dapat dicegah dengan rajin mengonsumsi obat antiradang sesuai dengan resep dokter. Selain itu, penggunaan kacamata pelindung juga disarankan bagi orang-orang yang mengalami gangguan penglihatan, agar tidak terjadi cedera mata akibat benturan atau jatuh. Tidak hanya itu, jika Anda menyetir, sebaiknya jangan dilakukan hingga penglihatan benar-benar dinyatakan pulih agar tidak terjadi kecelakaan lalu lintas.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Segeralah ke dokter apabila Anda mengalami penurunan penglihatan yang terjadi secara tiba-tiba atau memburuk dalam waktu beberapa hari. Selain itu, penanda lainnya dari neuritis optik adalah adanya penglihatan warna yang memudar, tampak kilatan cahaya, dan penurunan lapang pandang. Jika Anda menyetir, gangguan yang mungkin terasa adalah penyempitan penglihatan dari yang sebelumnya dapat melihat secara luas, dan penyempitan ini sifatnya tiba-tiba atau semakin parah dalam beberapa hari.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

Writer : dr Teresia Putri
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Sabtu, 15 April 2023 | 00:59