Henti jantung mendadak (sudden cardiac arrest) merupakan salah satu masalah jantung darurat yang dapat menyebabkan kematian. Pada beberapa kasus, henti jantung mendadak dapat terjadi tiba-tiba tanpa disertai gejala. Umumnya orang dengan masalah irama jantung memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena henti jantung mendadak.
Penyebab henti jantung mendadak (sudden cardiac arrest)
Henti jantung mendadak atau sudden cardiac arrest adalah kondisi dimana jantung berhenti berfungsi secara tiba-tiba sehingga gagal mengalirkan darah ke otak dan organ vital lainnya. Apabila kondisi ini tidak segera ditangani, hal ini dapat menyebabkan kerusakan otak dan menyebabkan kematian.
Jantung memiliki sistem keelektrikan yang bertugas mengendalikan detak dan irama jantung. Ketika irama jantung terganggu, hal ini dapat menyebabkan gangguan peredaran darah ke seluruh tubuh. Meskipun pada beberapa kasus gangguan irama jantung ini hanya berlangsung sesaat dan tidak berbahaya, namun gangguan irama jantung dapat menyebabkan henti jantung mendadak yang berujung pada kematian.
Faktor risiko henti jantung mendadak (sudden cardiac arrest)
Dilansir Mayo Clinic, henti jantung mendadak sering dikaitkan dengan penyakit arteri koroner, yaitu penyumbatan pada pembuluh darah jantung yang disebabkan oleh tumpukan lemak. Oleh karena itu, faktor risiko seseorang mengalami penyakit arteri koroner juga dapat menempatkan Anda pada risiko tinggi mengalami henti jantung mendadak.
Dilansir dari Cleveland Clinic, beberapa kondisi yang meningkatkan risiko seseorang mengalami henti jantung mendadak antara lain:
- Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit arteri koroner atau riwayat henti jantung
- Pernah mengalami henti jantung sebelumnya
- Berjenis kelamin pria. Pria dilaporkan memiliki risiko lebih tinggi mengalami henti jantung mendadak dibandingkan dengan wanita
- Berusia lanjut. Kondisi ini lebih banyak dialami orang berusia lanjut di atas 45 tahun. Namun, kondisi henti jantung mendadak juga dapat dialami oleh kelompok usia yang lebih muda.
- Pernah mengalami serangan jantung. Serangan jantung dapat menyebabkan parut dalam jantung yang menyebabkan gangguan irama jantung sehingga lebih berisiko mengalami henti jantung mendadak
- Memiliki masalah jantung seperti cacat jantung bawaan (umumnya terjadi sejak lahir) dan kardiomiopati
- Berat badan berlebih (obesitas)
- Mengalami diabetes, terutama yang tidak terkontrol
- Menggunakan obat-obatan terlarang
- Memiliki gaya hidup kurang aktif
Cara mencegah henti jantung mendadak (sudden cardiac arrest)
Bagi Anda yang memiliki faktor risiko seperti di atas, maka sebaiknya mulai lakukan pemeriksaan jantung untuk mengurangi potensi risiko terkena henti jantung mendadak. Mengingat henti jantung mendadak erat kaitannya dengan masalah kesehatan jantung, maka hal utama yang bisa dilakukan untuk pencegahan adalah dengan menjalani gaya hidup sehat seperti berikut:
- Berhenti merokok dan menghindari konsumsi minuman beralkohol
- Menjaga berat badan agar tidak obesitas
- Rutin berolahraga minimal 150 menit per minggu
- Menerapkan pola makan rendah lemak dan garam
- Menjaga agar kadar gula darah tetap terkontrol
- Mengelola stres dengan baik
- Rutin melakukan pemeriksaan kesehatan
Jika Anda memiliki masalah jantung seperti penyakit arteri koroner maupun gangguan ritme jantung lainnya, menjalani pengobatan dan perawatan untuk penyakit tersebut juga dapat mengurangi risiko terkena henti jantung mendadak.
- dr Ayu Munawaroh, MKK