Penampilan fisik yang tidak sempurna terkadang membuat seseorang merasa resah. Namun pada sebagian orang, rasa tidak puas akan penampilan fisik diri sendiri dapat memicu gangguan kecemasan tertentu. Tak jarang, muncul keinginan untuk melakukan operasi plastik secara terus-menerus hingga menyebabkan kecanduan.
Apa Itu Body Dysmorphic Disorder?
Body Dysmorphic Disorder atau gangguan dismorfik tubuh adalah gangguan kesehatan mental di mana seseorang tidak bisa berhenti memikirkan kekurangan fisik Anda, meskipun kekurangan tersebut sangat minor dan tidak dapat dilihat oleh orang lain. Dengan kekurangan tersebut, Anda bahkan enggan bertemu dengan orang lain karena merasa tidak percaya diri.
Orang dengan gangguan dismorfik tubuh akan selalu fokus dengan penampilan dan citra tubuhnya. Tak jarang ia menghabiskan waktu berkaca selama berjam-jam setiap hari. Perasaan selalu merasa kurang tersebut pada akhirnya akan memengaruhi aktivitas hidupnya sehari-hari.
Pengidap gangguan dismorfik tubuh akan terus mencari berbagai prosedur kosmetik untuk memperbaiki kekurangan yang dirasakan. Namun terkadang satu prosedur kosmetik tersebut dirasa tidak cukup. Akan muncul rasa tidak puas dan gangguan kecemasan sehingga ia akan terus mencari cara untuk memuaskan penampilan fisiknya.
Jika kondisi ini tidak ditangani serius, dapat memicu ke gangguan kecemasan yang semakin parah, kecanduan operasi plastik, depresi berat, hingga pemikiran untuk bunuh diri.
Penyebab Body Dysmorphic Disorder
Dilansir dari John Hopkins Medicine, penyebab gangguan dismorfik tubuh diduga disebabkan oleh kombinasi faktor lingkungan, psikologi dan faktor biologis. Pengalaman pernah diejek akibat penampilan fisik juga dapat menyebabkan trauma sehingga menimbulkan rasa tidak puas terhadap penampilan fisik saat ini.
Selain itu, kondisi rendahnya serotonin pada otak juga dianggap dapat memicu terjadinya gangguan dismorfik tubuh. Hormon serotonin yang rendah memicu kondisi stres dan depresi sehingga membuat Anda lebih mudah untuk berpikiran negatif termasuk pada tubuh Anda sendiri.
Tanda-Tanda Body Dysmorphic Disorder
Pengidap body dysmorphic disorder selalu memiliki pikiran negatif terhadap kekurangan dari satu atau beberapa anggota tubuhnya. Beberapa kekurangan fisik yang kerap menjadi masalah bagi pengidap gangguan dismorfik tubuh di antaranya:
- Wajah, meliputi hidung, warna kulit yang tidak rata, kerutan, jerawat dan flek
- Rambut, meliputi rambut rontok dan botak
- Ukuran dada atau payudara
- Ukuran alat kelamin, seperti ukuran penis terlalu kecil
- Ukuran tulang dan masa otot, seperti tidak percaya diri akibat betis dan tungkai besar
Sedangkan beberapa tanda khas dari gangguan dismorfik tubuh di antaranya:
- Pasien selalu merasa bahwa kekurangan yang ia alami membuatnya tidak sempurna meskipun sebenarnya tubuh mereka tumbuh dengan normal
- Pasien menghabiskan waktu untuk bercermin selama beberapa jam dalam sehari. Saat bercermin, ia akan memeriksa bagian tubuhnya secara terus-menerus
- Sering kali membutuhkan pengakuan dari orang lain atas penampilannya
- Menyembunyikan ketidaksempurnaannya dengan riasan atau pakaian
- Selalu merasa bahwa orang lain akan menilai negatif atas penampilan fisiknya
- Sering mengunjungi dokter atau klinik kecantikan atau dokter gigi untuk memperbaiki kekurangan yang ia rasakan namun selalu merasa tidak puas dengan hasilnya
Dilansir dari Verywell Mind, gangguan dismorfik tubuh merupakan salah satu penyebab dari gangguan kecanduan lain, yaitu kecanduan akan operasi plastik. Orang dengan gangguan dismorfik tubuh rela menghabiskan uang untuk memperbaiki penampilannya agar mencapai standar kepuasannya. Sayangnya, rasa kepuasan ini tidak berlangsung lama sehingga ia akan melakukan operasi plastik secara terus-menerus.
Mengatasi Body Dysmorphic Disorder
Penanganan gangguan dismorfik tubuh biasanya meliputi kombinasi dari terapi perilaku kognitif dan obat-obatan. Dengan terapi perilaku kognitif, terapis akan fokus untuk mengajak pasien menemukan penyebab munculnya pola pikir negatif tersebut dan cara untuk mengatasinya.
Pasien juga akan mendapat obat-obatan yang bertujuan untuk meningkatkan serotonin atau obat-obatan lain untuk mengatasi kecemasan dan gejala lain yang muncul. Pada kasus parah, pasien juga bisa mendapatkan perawatan di rumah sakit jika muncul tanda-tanda keinginan untuk menyakiti diri sendiri.
Body Dysmorphic Disorder atau gangguan dismorfik tubuh bisa berkembang menjadi gangguan mental yang parah. Selain terapi, pasien juga membutuhkan dukungan dari keluarga dan orang terdekat agar mampu mengatasinya. Konsultasikan ke dokter atau psikiater jika Anda atau orang terdekat Anda mengalami hal tersebut.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Anita Larasati Priyono