Mononucleosis, Ketika Ciuman Berubah Menjadi Bencana

Daftar Isi


ADS

287 x 220

Bagikan :


Mononucleosis atau yang lebih sering disebut penyakit mono adalah penyakit yang ditularkan lewat berciuman. Penyakit ini disebabkan oleh virus Epstein-Barr yang disebarkan melalui air liur.

Selain melalui ciuman, penyakit ini juga dapat ditularkan dengan berbagi gelas atau peralatan makan dengan orang lain yang terinfeksi virus Epstein-Barr.

Dilansir Mayo Clinic, berikut adalah gejala penyakit mono:

  • Kelelahan
  • Sakit tenggorokan
  • Demam
  • Pembengkakan kelenjar getah bening di leher dan ketiak
  • Pembengkakan amandel
  • Sakit kepala
  • Ruam pada kulit
  • Limpa melunak dan membengkak

Masa inkubasi virus ini sekitar 4-6 minggu, demam dan sakit tenggorokan mungkin akan hilang dalam beberapa minggu, namun kelelahan dan pembengkakan kelenjar getah bening serta pembengkakan limpa akan dialami lebih lama.

Dilansir Healthline, berikut adalah orang-orang yang memiliki risiko tertular penyakit mono:

  • Usia 15-30 tahun
  • Pelajar
  • Dokter magang
  • Perawat
  • Pengasuh
  • Mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah

Bila tak segera terdeteksi dan diobati, penyakit mono dapat menyebabkan problem pada organ di dalam tubuh. Seperti dilansir Mayo Clinic, berikut adalah beberapa risiko penyakit yang berhubungan dengan penyakit mono:

  • Pembengkakan limpa

Pada kasus yang ekstrim, limpa bisa membengkak dan mengalami robekan, yang menyebabkan Anda merasakan sakit di bagian kiri atas perut. Ketika limpa mengalami robek, pembedahan harus segera dilakukan.

  • Gangguan hati

Hepatitis dan penyakit kuning (jaundice) juga dipengaruhi oleh infeksi penyakit mono.

Selain itu, penyakit mono juga dapat menyebabkan komplikasi pada kondisi medis seperti:

  • Anemia - rendahnya sel darah merah akibat kekurangan zat besi di dalam darah
  • Thrombocytopenia - rendahnya trombosit
  • Penyakit jantung - peradangan otot jantung (miokarditis)
  • Komplikasi pada sistem syaraf - meningitis, encephalitis dan sindrom Guillain-Barre
  • Pembengkakan amandel - yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan

Penyakit mono dapat dideteksi melalui tes darah. Berikut adalah pemeriksaan yang biasanya dilakukan untuk mendeteksi infeksi penyakit mono:

  • Tes antibodi - untuk menemukan adanya antibodi terhadap infeksi virus Epstein-Barr
  • Tes sel darah putih - untuk mengetahui apakah ada peningkatan jumlah sel darah putih

Pengobatan

Ada dua cara untuk mengobati penyakit mono:

  • Cara pertama, adalah dengan mengobati infeksi dan komplikasi yang diakibatkan. Pada beberapa kasus, Anda mungkin akan diberi antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri sebagai komplikasi penyakit mono.

Pada keluhan penyempitan saluran pernapasan, dokter akan memberikan kortikosteroid.

  • Cara kedua, adalah dengan memberikan antibiotik untuk mengatasi ruam akibat alergi antibiotik.

Amoxicillin dan antibiotik lain termasuk penicillin sebenarnya tidak direkomendasikan untuk penderita penyakit mono karena dapat menyebabkan reaksi alergi berupa ruam. Namun, adakalanya antibiotik tersebut tetap diberikan untuk mengatasi infeksi akibat komplikasi.

Beberapa pengobatan yang bisa dilakukan di rumah seperti dilansir Healthline:

  • Karena disebabkan oleh virus, Anda harus banyak beristirahat sehingga tubuh dapat segera pulih
  • Menjaga asupan cairan tubuh dengan minum cukup air
  • Makan sup ayam hangat untuk mengembalikan energi dan memberikan rasa nyaman
  • Meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan makan makanan yang mengandung anti peradangan dan kaya antioksidan
  • Mengonsumsi obat acetaminofen untuk mengatasi keluhan nyeri dan sakit kepala

Mayo Clinic Staff. (2020) . Mononucleosis. Mayo Clinic. Available from : https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/mononucleosis/diagnosis-treatment/drc-20350333

 

Cafasso, Jacquelyn. (2019). Everything You Need to Know About Mono. Healthline. Available from : https://www.healthline.com/health/mononucleosis