• Beranda
  • Self-help
  • Mengapa Korban KDRT Sulit Melepaskan Diri dari Hubungan Kekerasan?

Mengapa Korban KDRT Sulit Melepaskan Diri dari Hubungan Kekerasan?

Credit: Freepik

Bagikan :


Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah fenomena yang cukup banyak dialami pasangan suami istri. Kekerasan dalam rumah tangga yang dimaksud bukan hanya kekerasan fisik namun juga bentuk pelecehan lainnya seperti kekrasan verbal, seksual, psikologis, hingga penelantaran.

Dari sisi orang yang tidak mengalami KDRT, Anda mungkin ingin menyarankan pada korban untuk segera meninggalkan pasangan yang melakukan kekerasan. Namun faktanya, tidak semudah itu bagi korban untuk melepaskan diri dari jerat kekerasan dalam rumah tangga.

 

Penyebab Korban KDRT Sulit Lepas dari Hubungan Kekerasan

Jika ada orang terdekat Anda yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga, Anda tentu berharap ia bisa segera lepas dari hubungan penuh kekerasan tersebut.

Akan tetapi, kasus kekerasan dalam rumah tangga adalah hal yang rumit. Perlu dipahami bahwa setiap kasus KDRT memiliki pencetus yang berbeda sehingga tidak ada satu solusi yang sama antara satu kasus dengan kasus yang lain. Itulah sebabnya, beberapa korban tidak punya pilihan lain selain tetap berada dalam hubungan tersebut.

Dilansir dari Psych Central, ada beberapa penyebab mengapa seseorang bertahan dalam hubungan yang diwarnai kekerasan dalam rumah tangga, yaitu:

Ketergantungan dengan pasangan

Salah satu penyebab utama korban KDRT tetap bertahan dengan pasangannya adalah karena adanya rasa ketergantungan pada pasangan. Ketergantungan ini meliputi banyak hal, mulai dari ketergantungan finansial hingga masalah domestik sehari-hari.

Banyak korban KDRT merasa takut jika ia meninggalkan pasangannya, ia tidak akan memiliki kekuatan finansial yang baik, terlebih jika harus menghidupi anak-anak dan orang tuanya. 

Baca Juga: Waspadai Tanda-Tanda Awal Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Merasa malu atau bersalah

Penyebab lain yang membuat pasangan KDRT enggan meninggalkan pasangan pelaku kekerasan adalah adanya rasa malu mengalami kegagalan berumah tanga, malu karena harus bercerai, dan faktor lainnya. Adanya stigma terhadap single parent atau pasangan yang bercerai juga bisa mengecilkan semangat, membuat mereka terus bertahan dalam hubungan tersebut.

Selain malu, pelaku juga terkadang diliputi rasa bersalah, merasa bahwa kekerasan yang terjadi dalam rumah tangganya disebabkan oleh kekurangannya sendiri sehingga ia berhak mendapat perlakuan kasar tersebut.

Ketakutan dan tidak percaya diri

Kekerasan dalam konteks KDRT bukan hanya berupa kekerasan fisik, namun juga dapat kekerasan verbal dan psikis. Ucapan bernada meremehkan dan merendahkan dari pelaku dapat membuat korban merasa tidak berharga, tidak punya harga diri, takut dan merasa tidak percaya diri menjalani kehidupan tanpa pasangan.

Korban juga bisa merasa takut mendapat "hukuman" yang dapat mereka terima bila mereka melapor, membuat mereka tidak berani menyampaikan hal-hal yang mereka rasakan selama ini.

Penyangkalan

Penyebab lain mengapa korban KDRT tetap mempertahankan hubungannya dengan pasangan adalah karena korban masih menyangkal bahwa apa yang ia alami merupakan kekerasan. Banyak korban yang menganggap bahwa kekerasan yang dialami adalah hal yang wajar sehingga merasa tidak perlu melakukan perlawanan.

Penyangkalan lainnya, tak sedikit korban yang meyakini bahwa pelaku akan mengubah perilakunya. Padahal, tidak ada yang dapat menjamin apakah pelaku benar-benar akan berhenti melakukan kekerasan di masa mendatang.

Baca Juga: Tanda-Tanda Kekerasan Emosional dalam Hubungan Anda

 

Apa yang Bisa Dilakukan untuk Membantu Korban KDRT?

Meskipun Anda ingin membantu orang lain untuk terbebas dari KDRT, perlu diingat bahwa hal tersebut merupakan hak, keputusan dan privasi korban. Apabila Anda ingin membantu korban KDRT, berikut ini beberapa hal yang bisa Anda lakukan:

  • Meluangkan waktu untuk mendengarkan ceritanya.
  • Ajak korban untuk mengungkapkan perasaan yang tidak berani diungkapkan.
  • Mendengarkan ceritanya tanpa menghakimi.
  • Yakinkan pada korban bahwa KDRT bukanlah kesalahannya dan ia tidak seharusnya mengalami kekerasan tersebut.
  • Dorong korban untuk mencari bantuan profesional.

Tidak mudah bagi korban KDRT untuk melepaskan diri dari jerat KDRT yang ia alami. Apabila orang di sekitar Anda terbukti menjadi korban KDRT, Anda bisa membantunya dengan menjadi pendengar yang baik dan hormatilah keputusan apa pun yang diambil korban. Jika diperlukan, bantu korban untuk berkonsultasi dengan pihak porfesional, rumah sakit dan lembaga perlindungan terkait. 

 

Mau tahu tips dan trik kesehatan, pertolongan pertama, dan home remedies lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : Ratih AI Care
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 12:00

VanDerBill, B. (2022). Why Abuse Survivors Stay Silent. Available from: https://psychcentral.com/health/silent-about-abuse.

Moore, W. (2022). What Are the Signs of Domestic Abuse?. Available from: https://www.webmd.com/mental-health/mental-domestic-abuse-signs.

Lebow, H. (2021). Why Do People Stay in Abusive Relationships?. Available from: https://psychcentral.com/lib/why-do-abused-victims-stay.

Buddy, T. (2022). 9 Ways to Help a Victim of Domestic Violence. Available from: https://www.verywellmind.com/how-to-help-a-victim-of-domestic-violence-66533.

Gupta, S. (2022). Why It Can Be Hard to Leave an Abusive Relationship. Available from: https://www.verywellmind.com/why-it-can-be-hard-to-leave-an-abusive-relationship-5425435.