Tips Menjaga Kesehatan Mental Saat Memiliki Media Sosial

Credits: Freepik

Bagikan :


Seiring berkembangnya teknologi yang dapat menghubungkan banyak orang sekaligus di dunia maya, sejak itu pula banyak penelitian mempelajari konsekuensi jangka panjang terhadap baik atau buruknya penggunaan media sosial. Banyak penelitian menemukan hubungan kuat antara media sosial dan peningkatan risiko depresi, kecemasan, kesepian, menyakiti diri sendiri bahkan pikiran untuk bunuh diri.

Kemudahan mengakses media sosial melalui smartphone atau tablet membuat orang nyaris 24 jam selalu terhubung satu sama lain. Konektivitas sepanjang waktu ini juga dapat memicu masalah kontrol impuls, peringatan dan pemberitahuan konstan dalam hidup Anda, yang bisa memengaruhi konsentrasi dan fokus, mengganggu tidur dan bahkan membuat Anda kecanduan serta nyaris menjadi budak telepon Anda.

Namun, memutuskan untuk menutup semua media sosial dan tidak tergabung di dalamnya juga keputusan yang perlu dipikir ulang. Terutama bila selama ini media sosial menjadi salah satu media yang membantu bisnis Anda atau sarana tetap berkomunikasi dengan teman di luar kota atau negara lain.

Agar kesehatan mental Anda tetap terjaga selama bermain media sosial, ada beberapa tips yang bisa Anda coba. Yuk disimak!

 

Berhenti Mengikuti Akun yang Berefek Negatif Terhadap Suasana Hati dan Citra Diri

Takut ketinggalan (FOMO) sebenarnya telah ada jauh sejak lama daripada media sosial yang ada saat ini. Namun nampaknya media sosial dapat memperburuk tumbuhnya perasaan bahwa orang lain lebih bahagia dalam menjalani kehidupannya. Hal tersebut dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang buruk, memicu kecemasan dan memicu Anda untuk menggunakan media sosial lebih lama lagi. Berhenti saja mengikuti akun yang memberi efek negatif pada Anda. Prioritaskan mengikuti akun yang dapat memberikan manfaat seperti akun tentang kerajinan tangan, akun masak-memasak, akun hobi fotografi dan sebagainya.

 

Hapus Semua Foto yang Memicu Penilaian Negatif Terhadap Diri Anda

Sama halnya seperti FOMO, body shaming mungkin sudah ada jauh sejak sebelum media sosial ada. Body shaming adalah tindakan mengatakan hal yang negatif terhadap tubuh seseorang atau diri sendiri, terkait ukuran, rambut, pakaian, makanan, rambut, atau daya tarik. Body shaming dapat menyebabkan masalah kesehatan mental termasuk gangguan makan, depresi, kecemasan, rendah diri, dan dismofria tubuh (perasaan benci terhadap tubuh sendiri).

Body shaming semakin merajalela dengan adanya media sosial, namun bukan berarti Anda harus ikut serta di dalamnya. Berusaha untuk tidak mempermalukan tubuh sendiri atau orang lain adalah pilihan terbaik. Ini berarti mendorong Anda untuk menerima dan lebih mencintai diri sendiri, serta dapat lebih fokus pada kesehatan daripada ukuran atau berat, atau penampilan fisik lainnya.

Untuk terhindar dari body shaming, Anda boleh menghapus foto dari profil yang dapat memicu penilaian negatif terhadap diri sendiri. Pilih foto-foto dengan momen terbaik sehingga membuat Anda tetap menghargai diri sendiri maupun orang lain.

 

Menghapus Semua DM, Spam, dan Komentar Negatif 

Kolom komentar dan direct message seringkali menjadi media untuk melakukan intimidasi online. Tak heran bila beberapa public figure memilih menonaktifkan kolom komentar saat memposting sesuatu di akun media sosialnya. Anda juga boleh kok melakukannya.

Intimidasi online semakin merajalela karena media sosial membantu mereka menutupi identitas diri, orang juga cenderung tidak berpikir dua kali untuk mengucapkan sesuatu karena tidak berhadapan langsung. Tidak dipungkiri bahwa membaca komentar negatif dapat membuat perasaan Anda semakin negatif. Sesekali mungkin Anda bisa mengabaikannya, namun semakin sering Anda menemukan komen tersebut kecemasan dan depresi bisa berkembang. Untuk itu, batasi diri membaca komentar negatif, hapus semua komentar dan direct message maupun spam yang bersifat negatif. Fokuskan saja diri Anda pada komentar-komentar positif yang membangun, yang membuat Anda tetap dapat menikmati media sosial tanpa merusak kesehatan mental.

 

Batasi Waktu Bermain Media Sosial

Memberikan waktu 30 menit sehari untuk bermain media sosial mungkin kedengarannya tidak realistis, namun membatasi waktu bermain media sosial sangat penting untuk menjaga kesehatan mental Anda.

Jadikan media sosial sebagai sarana hiburan atau media untuk tetap dapat menjalin tali silaturahmi dengan teman-teman Anda. Batasi diri untuk selalu mengecek media sosial setiap saat, bila perlu matikan saja kolom notifikasi sehingga Anda tidak selalu tergoda untuk membuka akun Anda.

Saat tiba waktunya beristirahat malam, jauhkan ponsel atau tablet dari tempat tidur sehingga Anda dapat lebih fokus pada tidur yang berkualitas. Dengan mendapatkan tidur berkualitas, Anda akan terhindar dari risiko penyakit kronis, stres, obesitas, dan juga dapat lebih produktif menjalani aktivitas di dunia nyata.

 

Mau tahu tips dan trik kesehatan, pertolongan pertama, dan home remedies lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : Agatha Writer
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 09:53

Hoshaw, C. (2022). The Benefits of a Social Media Break, Plus 30 Things to Do Instead. Available from: https://www.healthline.com/health/mental-health/the-benefits-of-a-social-media-break-plus-30-things-to-do-instead

Robinson, L., Smith, M. (2021). Social Media and Mental Health. Available from: https://www.helpguide.org/articles/mental-health/social-media-and-mental-health.htm

Resnick, A. (2022). What Is Body Shaming?. Available from: https://www.verywellmind.com/what-is-body-shaming-5202216

Cuncic, A. (2021). Mental Health Effects of Reading Negative Comments Online. Available from: https://www.verywellmind.com/mental-health-effects-of-reading-negative-comments-online-5090287

 

ODPHP (2022). Get Enough Sleep. Available from: https://health.gov/myhealthfinder/topics/everyday-healthy-living/mental-health-and-relationships/get-enough-sleep