Sindroma Neuroleptik Maligna

Faktor genetik juga dapat memengaruhi terjadinya sindroma neuroleptik maligna.

Bagikan :


Definisi

Sindroma neuroleptik maligna (SNM) adalah sebuah reaksi terhadap obat-obatan kejiwaan yang jarang terjadi, namun berpotensi mematikan. Obat-obatan kejiwaan yang dapat memicu reaksi ini adalah obat antipsikotik, yang biasa digunakan untuk menangani skizofrenia, bipolar, dan kondisi kejiwaan lainnya. Kondisi ini terjadi pada 1-2 orang dari 10.000 orang yang mengonsumsi obat-obatan antipsikotik.

 

Penyebab

Obat-obatan antipsikotik merupakan obat-obatan yang bekerja dengan menghambat reseptor zat dopamin. Obat-obatan ini dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu generasi I (penghambat reseptor dopamin) dan generasi II (penghambat reseptor dopamin dan serotonin). Zat dopamin dan serotonin merupakan zat-zat yang diperlukan otak untuk menjalankan fungsinya. Namun, apabila jumlah zat-zat ini terlalu banyak atau terlalu sedikit, fungsi otak dapat terganggu, misalnya dalam bentuk kondisi kejiwaan seperti skizofrenia dan bipolar.

Pemicu utama sindroma neuroleptik maligna adalah adanya blok pada reseptor zat dopamin, yang biasanya disebabkan oleh obat antipsikotik (terutama generasi I), namun dapat pula disebabkan oleh obat-obatan lain seperti obat antimual, antidepresan, dan litium. Tidak hanya itu, apabila seseorang biasa menggunakan obat-obatan untuk meningkatkan zat dopamin, seperti pada penyakit Parkinson, sindroma neuroleptik maligna dapat terjadi jika orang tersebut menghentikan konsumsi obatnya secara tiba-tiba.

 

Faktor Risiko

Faktor risiko sindroma neuroleptik maligna terkait dengan waktu dan dosis pengobatan. Faktor-faktor tersebut dapat berupa penggunaan antipsikotik dengan potensi tinggi, dosis tinggi, peningkatan dosis obat yang terlalu cepat, penggunaan obat antipsikotik suntik jangka panjang, riwayat sindroma neuroleptik maligna sebelumnya, serta riwayat perilaku gerakan aneh (katatonia) seperti terlalu diam, gerakan yang cepat dan aneh, serta ketidakmampuan berbicara.

Selain itu, faktor risiko lainnya dapat berupa kehausan, gelisah, kelelahan, gizi buruk, penyakit otak, gangguan jiwa selain skizofrenia, penggunaan litium, riwayat terapi listrik, lingkungan yang hangat dan lembap, penggunaan obat antipsikotik yang tidak teratur, serta periode pascapersalinan. Faktor genetik juga dapat memengaruhi terjadinya sindroma neuroleptik maligna.

 

Gejala

Sindroma neuroleptik maligna pada umumnya terjadi dalam 2 minggu setelah seseorang mulai mengonsumsi atau mengganti obat antipsikotik. Gejala sindroma neuroleptik maligna pada umumnya berlangsung sekitar 7-10 hari. Gejala tersebut dapat berupa :

  • Demam tinggi (sekitar 38-40° Celsius)
  • Kekakuan otot
  • Berkeringat banyak
  • Cemas atau gangguan kesadaran lainnya
  • Detak jantung cepat atau tidak normal
  • Napas cepat
  • Ludah terlalu banyak

 

Diagnosis

Diagnosis sindroma neuroleptik maligna dapat dimulai dari pemeriksaan suhu dan otot. Selain itu, pemeriksaan lainnya juga dapat menunjukkan adanya detak jantung cepat, tekanan darah tinggi atau rendah atau bahkan tidak stabil, dan berkeringat terlalu banyak.

Selain itu, pemeriksaan akan dilakukan untuk mengetahui keparahan dan komplikasi sindroma neuroleptik maligna. Pemeriksaan tersebut dapat berupa pemeriksaan darah lengkap, fungsi ginjal, pemeriksaan gas darah, dan pemeriksaan urin. Pemeriksaan darah lengkap dapat menunjukkan adanya peningkatan kadar sel darah putih dan trombosit, serta adanya dehidrasi (kekurangan cairan). Pemeriksaan fungsi ginjal diperlukan untuk mencari adanya penurunan fungsi ginjal. Pemeriksaan gas darah diperlukan untuk mengetahui kadar keasaman darah. Pada sindroma neuroleptik maligna, darah cenderung asam. Pemeriksaan urin dapat dilakukan untuk mencari mioglobin, zat yang terdapat pada otot, karena kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan otot.

Untuk mencari kerusakan otot, pemeriksaan yang dapat dilakukan dapat berupa kreatin kinase (creatine kinase, CK). Pemeriksaan ini dapat digunakan pula untuk mengetahui keparahan kondisi. Selain itu, pemeriksaan lainnya dapat berupa pemeriksaan fungsi hati dan laktat, yang dapat pula digunakan untuk mengetahui adanya kerusakan otot.

Selain itu, kerusakan otot dapat menyebabkan peningkatan elektrolit pada darah, terutama kalium, fosfat, dan kalsium. Tidak hanya itu, kerusakan otot dapat menyebabkan peningkatan asam urat dalam darah. Hal-hal ini, jika tidak segera ditangani, dapat menyebabkan gagal ginjal. Jika ada kemungkinan terjadi gangguan pembekuan darah, pemeriksaan pembekuan darah dapat dilakukan.

Gejala sindroma neuroleptik maligna mirip dengan gejala infeksi selaput otak (meningitis), sehingga pemeriksaan pungsi lumbal untuk mengetahui kandungan cairan otak diperlukan. Pemeriksaan pencitraan otak seperti Computed Tomography (CT) scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat dilakukan untuk memastikan tidak ada perdarahan otak, cedera, atau massa lainnya pada otak.

 

Tata Laksana

Sindroma neuroleptik maligna merupakan salah satu kondisi kegawatdaruratan yang dapat mengancam nyawa, sehingga keterlambatan diagnosis dan terapi dapat menyebabkan kecacatan atau bahkan kematian. Sebelum memulai terapi, stabilisasi jalan napas (airway), pernapasan (breathing), dan peredaran darah (circulation) perlu dilakukan. Tata laksana utama sindroma neuroleptik maligna adalah menghentikan pengobatan antipsikotik. Selain itu, terapi lainnya dilakukan untuk mendukung kondisi pasien. Jika pasien mengalami demam tinggi, suhu tubuh akan diturunkan dengan penggunaan obat demam, cairan infus yang didinginkan, paket es, serta pelemas otot. Jika pasien mengalami dehidrasi akibat demam dan keringat banyak, pemberian cairan infus akan dilakukan untuk mengembalikan cairan dengan cepat, sambil memperbaiki kandungan elektrolit dalam darah.

Gangguan elektrolit dapat menyebabkan gangguan irama jantung. Jika gangguan irama jantung sudah terjadi, obat-obatan antiaritmia dapat diberikan untuk memperbaiki irama jantung. Jika kerusakan otot telah terjadi, pemberian cairan dan zat basa diperlukan untuk mencegah kerusakan ginjal.

Selain itu, obat-obatan untuk meningkatkan kadar dopamin dapat diberikan. Obat-obatan ini biasanya dipakai untuk menurunkan gejala pada penyakit Parkinson, sehingga tidak terlalu sulit untuk didapatkan.

Jika terapi-terapi di atas tidak berhasil, dokter dapat mencoba terapi listrik. Saat terapi ini dilakukan, pasien akan dibius total. Terapi ini dilakukan dengan mengalirkan listrik ke otak untuk memicu kejang. Hal ini dapat memperbaiki gejala.

Setelah kondisi ini tertangani, pengobatan antipsikotik dapat dimulai kembali dengan obat yang sama atau berbeda. Semakin lama jeda antara pemulihan kondisi dan penggunaan obat antipsikotik kembali, semakin rendah risiko kondisi ini berulang. Kondisi ini dapat berulang meskipun sudah pernah dialami sebelumnya, sehingga pemantauan oleh dokter sangatlah penting.

 

Komplikasi

Sindroma neuroleptik maligna dapat menyebabkan kematian apabila tidak segera ditangani. Kematian pada umumnya disebabkan oleh gangguan irama jantung, gangguan pembekuan darah, gagal napas, atau gagal ginjal. Selain itu, komplikasi dapat berupa katatonia, gejala Parkinson, gagal ginjal, dan serangan jantung. Orang yang pernah mengalami sindroma neuroleptik maligna memiliki risiko berulangnya kondisi ini apabila memulai terapi antipsikotik kembali.

 

Pencegahan

Pencegahan primer sindroma neuroleptik maligna sulit untuk dilakukan, karena kondisi ini baru dapat terjadi setelah konsumsi obat antipsikotik. Namun, pada pasien yang memiliki riwayat kondisi ini, kejadian selanjutnya dapat dicegah dengan pengawasan ketat saat penggunaan obat antipsikotik. Selain itu, keluarga, pasien, orang terdekat, dan pengasuh pasien harus bekerja sama untuk memantau keadaan pasien hingga dosis optimal diteruskan. Pasien juga sebaiknya menghindari kondisi yang berisiko menyebabkan dehidrasi, kegelisahan, kelelahan, dan gizi buruk.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Segeralah ke dokter apabila Anda atau orang di sekitar Anda mengalami demam tinggi dan kekakuan otot beberapa hari setelah memulai, menaikkan dosis, atau mengganti obat antipsikotik. Sindroma neuroleptik maligna sulit untuk dicegah dan dapat menyebabkan kecacatan hingga kematian, namun jika diketahui dengan cepat dan segera ditangani, dapat pulih total.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

Writer : dr Teresia Putri
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Sabtu, 15 April 2023 | 09:28

Benzer, T. (2020). Neuroleptic Malignant Syndrome: Practice Essentials, Background, Pathophysiology. Retrieved 27 December 2021, from https://emedicine.medscape.com/article/816018-overview#showall

Casarella, J. (2019). Neuroleptic Malignant Syndrome: A Rare, Dangerous Effect of Antipsychotic Drugs. Retrieved 27 December 2021, from https://www.webmd.com/schizophrenia/guide/what-is-neuroleptic-malignant-syndrome

Simon, L., Hashmi, M., & Callahan, A. (2021). Neuroleptic Malignant Syndrome. Retrieved 27 December 2021, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482282/