Pandemi akibat virus Covid-19 telah memasuki tahun ketiga. Meski sempat melandai, namun di pertengahan tahun 2022 kasus Covid-19 kembali menjadi perhatian karena lonjakan kasus di beberapa negara di Eropa dan Amerika. Meningkatnya kasus Covid-19 ini diduga karena merebaknya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.
Menjadi Variant of Concern di Eropa
Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 telah ditemukan di beberapa negara dan diiringi dengan angka kenaikan kasus konfirmasi positif Covid-19. Negara Afrika Selatan menjadi negara pertama yang mengalami kenaikan kasus akibat varian baru ini.
Sejak pertama kali dideteksi di Afrika Selatan pada 10 Januari 2022, subvarian BA.4 telah memicu peningkatan kasus konfirmasi positif hingga 35%. Pada 25 Februari 2022, subvarian BA.5 berhasil diidentifikasi dan sampai saat ini kasus Covid-19 meningkat hingga 20% di beberapa wilayah di Afrika.
Menurut laporan dari U.K Health Security Agency (UKHSA), hingga April 2022, subvarian BA.4 telah terdeteksi di Austria, Inggris, Amerika Serikat, Perancis, Kanada, Australia dan Botswana. Sedangkan subvarian BA.5 diketahui telah terdeteksi di Portugal, Jerman, Inggris, Berlgia, Hong Kong dan Swiss.
Pada Mei 2022, European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) mengklasifikasikan subvarian BA.4 dan BA.5 sebagai variants of concern setelah terjadi peningkatan kasus di Portugal hingga 37%. Menurut ECDC, meskipun belum ada bukti tingkat keparahan jika dibandingkan dengan varian lain, subvarian BA.4 dan BA.5 diduga lebih mudah menular dibandingkan varian yang sudah ada sebelumnya.
Pada 6 Juni 2022, Indonesia mencatat total 4 kasus subvarian baru BA.4 dan BA.5 dengan rincian 1 kasus subvarian BA.4 dan 3 kasus subvarian BA.5. Ketiga pasien kasus positif BA.5 dilaporkan memiliki riwayat perjalanan luar negeri pada akhir Mei 2022.
Gejala Omicron Subvarian BA.4 dan BA.5
Gejala subvarian BA.4 dan BA.5 sejauh ini dilaporkan tidak memiliki perbedaan signifikan dengan subvarian Omicron lainnya. Beberapa gejala subvarian BA.4 dan BA.5 yang muncul antara lain:
- Demam
- Batuk
- Badan mudah lelah
- Pilek
- Nyeri otot
- Hilangnya indera perasa dan pembau
Pada beberapa kasus, gejala subvarian BA.4 dan BA.5 yang kurang umum di antaranya diare, muncul ruam merah di kulit, serta mata merah dan iritasi. Pada orang yang sudah mendapat vaksin booster, varian ini dapat muncul tanpa gejala maupun gejala ringan seperti sakit tenggorokan dan badan pegal.
Karakteristik Subvarian BA.4 dan BA.5
Dengan ditetapkannya subvarian BA.4 dan BA.5 sebagai variants of concern di Eropa serta peningkatan kasus Covid-19 dalam beberapa pekan terakhir, masyarakat perlu waspada akan penyebaran virus Covid-19 ini. Dilansir dari laman Sehat Negeriku milik Kemenkes RI berikut ini beberapa karakteristik subvarian BA.4 dan BA.5 yang perlu diketahui:
- Transmisibilitas: Subvarian BA.4 dan BA.5 memiliki kemungkinan menyebar lebih cepat jika dibandingkan dengan subvarian BA.1 dan BA.2.
- Keparahan: Tidak ada indikasi yang membuktikan bahwa subvarian BA.4 dan BA.5 dapat menyebabkan keparahan jika dibandingkan varian lainnya. Pada orang yang sudah mendapatkan vaksin dan booster, infeksi dapat muncul tanpa gejala atau gejala ringan.
- Immune escape: Subvarian BA.4 dan BA.5 diduga memiliki karakteristik mampu menghindar dari sisitem kekabalan tubuh yang dibentuk dari vaksinasi maupun kekebalan alami. Artinya, orang yang sudah pernah terpapar Covid-19 dan sudah pernah divaksin masih memiliki kemungkinan untuk terinfeksi.
Kasus Covid-19 yang sempat mereda di beberapa negara kini mulai merangkak naik akibat adanya subvarian baru yaitu BA.4 dan BA.5. Untuk mencegah penularan, masyarakat dianjurkan untuk tetap mematuhi protokol kesehatan seperti menggunakan masker, rajin mencuci tangan dengan sabun dan mengurangi kerumunan. Masyarakat juga diimbau untuk melengkapi dosis vaksin dan booster untuk meningkatkan perlindungan dari infeksi Covid-19.
Mau tahu informasi dan artikel kesehatan mengenai penyakit Covid-19? Cek di sini, ya!
- dr Anita Larasati Priyono