Gangguan Perkembangan Motorik Khas

Gangguan Perkembangan Motorik Khas

Bagikan :


Definisi

Gangguan perkembangan motorik atau disebut sebagai dispraksia merupakan sebuah gangguan motorik yang penyebabnya ada di dalam otak itu sendiri. Keadaan ini akan mempengaruhi perkembangan keterampilan motorik halus dan kasar, perencanaan motorik, dan koordinasi. Sebagian pasien juga terganggu kognitif atau kecerdasannya, meskipun begitu dispraksia tidak selalu berkaitan dengan kecerdasan.

Anak yang lahir dengan dispraksia mungkin akan mengalami perlambatan dalam proses perkembangan dan memiliki perilaku yang tidak matang. Anak dengan dispraksia akan mengalami kesulitan untuk membuat perencanaan dan melaksanakannya. Anak dengan dispraksia juga akan mengalami kesulitan dalam berbicara dan terlihat ceroboh, kaku dan/atau lamban. Kejadian ini mengarah ke sebuah istilah yang disebut sebagai clumsy child syndrome. Pada orang dewasa, gejala yang ditimbulkan oleh dispraksia dapat menyebabkan kesulitan belajar dan rendahnya penghargaan atas dirinya sendiri.

Dispraksia diketahui berdampak pada 5–6% populasi anak dan 10% pada seluruh populasi. Kondisi ini merupakan kondisi seumur hidup yang belum memiliki pengobatan untuk menyembuhkannya. Namun, terdapat beberapa strategi efektif yang dapat dilakukan guna mentatalaksana dispraksia dengan baik, seperti terapi okupasi dan terapi bicara.

Perlu dipahami bahwa dispraksia berbeda dengan gangguan intelektual. Orang dengan dispraksia dapat memiliki tingkat kecerdasan rata-rata atau bahkan di atas rata-rata orang pada umumnya.

Penyebab

Penyebab pasti dispraksia masih belum diketahui. Berdasarkan penelitian Queen Mary University of London, diketahui bahwa dispraksia muncul berhubungan dengan variasi cara neuron di otak berkembang. Hal ini mempengaruhi cara otak dalam mengirimkan pesan ke seluruh tubuh. Kondisi ini kemudian akan menyebabkan orang dengan dispraksia mengalami kesulitan dalam merencanakan serangkaian gerakan dan melakukan pelaksanaan dengan baik.

Faktor Risiko

Meskipun penyebab pasti dispraksia masih belum diketahui, terdapat beberapa faktor risiko terjadinya dispraksia, yaitu:

  • Lahir prematur (lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu),
  • Lahir dengan berat badan rendah,
  • Memiliki keluarga dengan riwayat dispraksia, meskipun belum diketahui secara pasti adanya keterlibatan genetic pada kondisi ini,
  • Insidensi dispraksia dominan terjadi tiga hingga empat kali lebih tinggi pada anak laki-laki dibanding perempuan,
  • Saat hamil, ibu mengonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang.

Gejala

Jika anak Anda mengalami dispraksia, anda mungkin akan menemukan adanya perlambatan perkembangan, seperti terlambatnya anak menegakan kepala, berguling, atau duduk. Anak dengan kondisi ini pada akhirnya dapat tetap mencapai perkembangan awal dengan tepat waktu. Lebih lanjut, terdapat beberapa gejala lain yang dapat ditemukan pada dispraksia, yaitu;

  • Perawakan tubuh yang tidak biasa,
  • Rewel, lebih mudah marah dan tantrum
  • Sensitif terhadap suara
  • Gangguan pada proses pemberian makan dan tidur
  • Kesulitan dengan keterampilan motoric halus yang mempengaruhi proses menulis, bermain puzzle, menciptakan karya seni,
  • Gangguan koordinasi yang membuat anak kesulitan untuk melompat dan menangkap bola,
  • Makan dan minum berantakan,
  • Daya tahan tubuh cenderung tidak fit karena anak cenderung menghindari aktivitas fisik.

 

Semakin anak bertumbuh, kamu mungkin juga menemukan beberapa perlambatan pada proses anak merangkak, berjalan, berpakaian secara mandiri, makan sendiri, dan dalam proses toilet training pada anak.

Pada orang dewasa, dispraksia dapat menimbulkan gejala yang variatif yang dapat berubah dari waktu ke waktu. Beberapa gejala tersebut seperti;

  • Postur tubuh abnormal
  • Permasalahan keseimbangan dan gerakan, atau gaya berjalan yang abnormal,
  • Koordinasi tangan-mata yang buruk,
  • Kelelahan,
  • Kesulitan dalam belajar hal baru,
  • Gangguan dalam berorganisasi dan membat rencana,
  • Kesulitan menulis atau menggunakan keyboard
  • Mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan rumah dan merawat diri,
  • Memiliki kepercayaan diri yang rendah

Dipraksia tidak berefek pada kecerdasan. Orang dengan dispraksia memiliki kelebihan pada beberapa bidang kehidupan, seperti pada bidang kreativitas, dan motivasi.

Diagnosis

Tingkat keparahan gejala yang ditemukan pada anak dapat bervariasi dan berbeda dari satu anak dengan anak lainnya. Selama beberapa waktu, anak anda mungkin tidak terlihat mengalami gangguan dalam perkembangan keterampilan tertentu. Diagnosis dispraksia mungkin dapat tertunda hingga anak berusia 5 tahun atau lebih.

Jika anak anda sering menabrak sesuatu, menjatuhkan barang, atau mengalami kesulitan dengan koordinasi fisik, bukan berarti anak anda mengalami dispraksia. Gejala-gejala ini bisa menjadi tanda dari kondisi lain, atau malah bukan merupakan suatu tanda dari kondisi apapun.

Dokter akan melakukan penilaian pada riwayat kesehatan, perkembangan motorik halus, perkembangan motorik kasar, pencapaian pada tahap-tahap perkembangan anak, dan kemampuan mentalnya. Pada dispraksia, penegakan diagnosis dilakukan berdasarkan adanya beberapa tanda, berupa:

  • Kemampuan motorik yang jauh lebih lamban dibanding dengan usia anak,
  • Kurangnya keterampilan motorik pada anak memberikan efek negatif pada aktivitas sehari-hari secara terus menerus,
  • Gejala dimulai sejak awal perkembangan anak
  • Kondisi lain dengan gejala yang serupa telah disingkirkan dari diagnosis

Di Indonesia, dokter anda akan melakukan penegakan diagnosis dengan menggunakan kriteria pada PPDGJ 3 sebagai dasarnya.

Tatalaksana

Pada beberapa anak, gejala hilang dengan sendirinya seiring semakin bertambahnya usia. Namun, hal tersebut tidak terjadi pada kebanyakan anak. Gejala cenderung menetap sepanjang hidup anak.

Belum ada obat yang dapat digunakan untuk menyembuhkan dispraksia. Namun, dengan terapi yang tepat, orang dengan dispraksia dapat belajar mengelola gejala dan meningkatkan kemampuannya sehingga orang dengan dispraksia dapat hidup dengan baik.

Perbedaan gejala pada setiap orang menyebabkan pemberian perawatan harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu. Rencana perawatan akan tergantung pada sejumlah faktor, seperti tingkat keparahan gejala dan kondisi kehidupan orang dengan dispraksia.

Dokter anda mungkin akan merujuk ke dokter spesialis agar mendapatkan penanganan yang lebih maksimal. Terapi yang dilakukan akan meningkatkan kemampuan anak dan kepercayaan diri anak serta membantu mereka secara sosial.

Pada orang dewasa dengan dispraksia, terapi akan membantu pengembangan kemampuan motorik dan keterampilan organisasi. Untuk membantu dalam memodifikasi pola pikir dan kebiasaan guna meningkatkan kepercayaan diri, dapat dilakukan CBT atau cognitive behavioral therapy dan terapi bicara atau psikoterapi.

Meskipun anda memiliki kesulitan secara fisik, melatih tubuh setiap hari tetap merupakan satu hal yang penting untuk dilakukan.

Komplikasi

Meskipun kecerdasan tidak terpengaruh, dispraksia membuat anak menjadi lebih sulit untuk belajar dan bersosialiasi. Hal ini dikarenakan anak dengan dispraksia memiliki rentang perhatian yang pendek terhadap tugas-tugas yang sulit, mengalami kesulitan dalam mengikuti dan mengingat instruksi, memiliki keterampilan organisasi yang kurang, mengalami kesulitan untuk mempelajari keterampilan baru, memiliki penghargaan diri yang rendah, perilaku yang tidak dewasa. Lebih lanjut, anak juga mengalami kesulitan untuk mencari teman baru.

Pada orang dewasa dengan dispraksia, kondisi ini akan menyebabkan ketidakmandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari, kurangnya rasa kepercayaan diri dan rendahnya rasa keberhargaan atas diri. Tak jarang, orang dengan dipraksia mendapatkan intimidasi yang berdasarkan pada stigma di lingkungan sekitarnya.

Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya dispraksia, ibu yang sedang hamil diharapkan dapat menjaga gaya hidup tetap sehat dan tidak mengonsumsi alkohol atau pun obat-obatan terlarang. Hal ini dikarenakan penggunaan alkohol dan obat terlarang terutama pada ibu yang sedang hamil dapat menyebabkan terjadinya dispraksia pada anak yang dilahirkan.

Kapan Harus Ke Dokter?

Jika anda menemukan gejala-gejala seperti di atas dan merasa khawatir dengan kesehatan serta perkembangan anak anda, penting untuk segera menemui dokter agar dokter dapat segera melakukan evaluasi menyeluruh.

Writer : dr Sherly Deftia Agustina
Editor :
  • dr Anita Larasati Priyono
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 06:27