Cedera Kepala

Cedera Kepala

Bagikan :


Definisi

Cedera kepala merupakan kerusakan pada kulit kepala, tengkorak, atau otak yang disebabkan oleh trauma/cedera. Jika kerusakan otak terjadi, kondisi ini disebut sebagai cedera otak traumatik (traumatic brain injury, TBI). Cedera kepala lebih sering terjadi pada anak-anak, dewasa hingga usia 24 tahun, serta usia di atas 75 tahun. Sementara itu, cedera otak traumatik lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Dari seluruh kejadian cedera otak traumatik, 10% di antaranya dialami oleh lansia, namun menyebabkan lebih dari 50% kematian akibat cedera otak traumatik tersebut.

Penyebab

Penyebab tersering cedera kepala adalah kecelakaan lalu lintas, jatuh, dan kekerasan. Olahraga yang dapat berisiko pada terjadinya cedera kepala adalah sepeda, sepakbola, basket, bisbol, serta kendaraan rekreasi seperti go-karts. Berdasarkan mekanismenya, cedera kepala terbagi atas trauma tumpul (tersering), tusuk (paling fatal), dan ledakan.

Faktor Risiko

Cedera kepala banyak terjadi pada usia anak-anak hingga dewasa 24 tahun serta usia lanjut di atas 75 tahun. Hal ini terjadi karena pada usia anak hingga dewasa 24 tahun banyak melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga dan berkendara, sementara pada usia lanjut, fungsi tubuh banyak mengalami kemunduran, termasuk keseimbangan. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki dua kali lebih sering dirawat inap akibat cedera otak daripada perempuan.

Gejala

Gejala cedera kepala sangat bervariasi tergantung keparahannya. Penurunan kesadaran dapat terjadi baik sesaat maupun berkelanjutan, tergantung derajat cedera kepala. Penurunan kesadaran dapat dinilai dari pergerakan mata, kemampuan berkomunikasi secara verbal, dan pergerakan anggota tubuh. Pergerakan mata dapat normal atau terganggu sehingga menyebabkan gangguan penglihatan seperti pandangan ganda. Hal ini perlu diperhatikan karena dapat menjadi petunjuk dari adanya peningkatan tekanan di dalam kepala yang menekan otak. Selain itu, dapat ditemukan tanda peningkatan tekanan di dalam kepala, dapat berupa muntah dan nyeri kepala.

Selain itu, gejala lainnya yang dapat muncul adalah luka atau perdarahan pada kepala atau liang telinga, yang dapat menjadi petunjuk dari cedera otak. Selain perdarahan, keluhan telinga lainnya dapat berupa kehilangan pendengaran. Anosmia, atau kehilangan sensasi penghidu, dapat pula terjadi sebagai akibat cedera kepala. Kesulitan menelan juga dapat menjadi gejala. Kelumpuhan satu sisi wajah dapat menjadi petunjuk patah tulang temporal, yang terdapat pada bagian samping kepala.

Selain tanda pada wajah dan kepala, gejala dapat tampak pada anggota tubuh, seperti tremor atau bergetar, distonia atau gangguan bergerak sehingga otot berkontraksi tanpa disadari, serta sulit menjaga keseimbangan.

Secara umum, cedera kepala terbagi menjadi empat tipe:

  • Gegar otak. Ini merupakan cedera kepala yang paling sering terjadi, dan merupakan kondisi ketika otak berguncang terlalu keras hingga menabrak tengkorak. Trauma tidak perlu terjadi pada kepala untuk menyebabkan kondisi ini, karena guncangan pada kepala dapat disebabkan oleh benturan kuat pada bagian tubuh lainnya.
  • Memar pada otak. Otak dapat mengalami memar yang kemudian menyebabkan perdarahan dan pembengkakan.
  • Perdarahan intrakranial. Ini merupakan perdarahan yang terjadi di dalam kepala dan dapat menekan otak serta membentuk gumpalan.
  • Patah tulang tengkorak. Tulang tengkorak yang patah dapat melukai otak sehingga berdarah atau menyebabkan kelainan lainnya.

Diagnosis

Diagnosis dilakukan dengan pertolongan serta CT scan kepala yang perlu dilakukan dengan cepat. Biasanya, pasien dengan cedera kepala akan diperiksa dan ditangani mulai dari jalan napas (airway), pernapasan (breathing), denyut nadi dan tekanan darah (circulation), kesadaran dan adanya gangguan pada refleks cahaya pada mata (disability), dan adanya cedera pada bagian tubuh lainnya (exposure). Setelah keadaan stabil, pemeriksaan fungsi tubuh termasuk saraf dapat dilakukan. Anda dapat diminta untuk menggerakkan bagian tubuh Anda. Dokter akan mencatat pula kronologi trauma, riwayat konsumsi obat, serta jam makan terakhir.

Setelah itu, CT scan kepala akan dilakukan untuk mencari adanya kerusakan pada kepala dan otak. Jika cedera pada otak tidak dapat diidentifikasi dengan jelas, magnetic resonance imaging (MRI) dapat dilakukan. Namun, CT scan akan menjadi prioritas karena cepat dan mampu mendeteksi berbagai kerusakan.

Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk mencari berbagai kondisi. Pemeriksaan elektrolit darah seperti natrium dan magnesium dapat digunakan untuk mencari tahu dampak cedera kepala. Pemeriksaan pembekuan darah dapat dilakukan untuk mencari adanya risiko perdarahan yang sulit berhenti akibat gangguan pembekuan darah. Pemeriksaan toksikologi seperti alkohol dan zat terlarang lainnya dapat dilakukan untuk mengetahui kemungkinan penyebab cedera kepala.

Tata laksana

Tata laksana cedera kepala dapat dilakukan mulai dari datang ke rumah sakit. Tujuan utama tata laksana adalah mencegah cedera otak lebih lanjut. Biasanya, hal yang akan dilakukan adalah menjaga jalan napas agar tetap terbuka, baik dengan atau tanpa intubasi (selang yang dimasukkan ke tenggorokan), menangani kondisi seperti kekurangan oksigen atau cairan, serta menangani kondisi lainnya yang dapat mengancam nyawa. Setelah keadaan pasien stabil, tata laksana akan disesuaikan dengan kondisi pasien.

Jika tekanan di dalam kepala meningkat, dokter dapat mencoba menurunkannya dengan bantuan obat-obatan, mengalirkan cairan keluar, atau memberikan oksigen. Pembedahan dapat menjadi pertimbangan, terutama jika penurunan tekanan di dalam kepala secara cepat sangat dibutuhkan agar pasien dapat pulih seperti atau mendekati semula.

Selain itu, diet pada orang yang baru saja mengalami cedera kepala dapat difokuskan untuk menjaga kadar protein dan keseimbangan elektrolit di dalam tubuh, yang sangat penting untuk pemulihan dan pencegahan cedera otak lanjutan.

Jika Anda atau anak Anda mengalami cedera kepala ringan dan sudah dipulangkan dari fasilitas kesehatan, Anda dapat menangani kondisi Anda atau anak Anda sendiri. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat dilakukan:

  • Dinginkan bagian yang mengalami cedera dengan es batu yang dibungkus secara rutin setiap hari untuk mengecilkan pembengkakan
  • Istirahat yang cukup dan hindari stres
  • Minumlah obat seperti parasetamol atau ibuprofen untuk meredakan nyeri kepala
  • Pastikan ada orang dewasa yang ada bersama Anda atau anak Anda selama 24 jam pertama setelah cedera terjadi

Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan:

  • Jangan bekerja atau bersekolah hingga merasa benar-benar bugar
  • Jangan menyetir hingga benar-benar pulih
  • Jangan berolahraga yang melibatkan kontak seperti sepakbola atau basket selama tiga minggu
  • Jangan menggunakan zat terlarang atau minum alkohol hingga benar-benar pulih
  • Jangan minum obat tidur ketika masa pemulihan kecuali dianjurkan oleh dokter

Komplikasi

Pada pasien cedera kepala, masalah pembuluh darah seperti trombosis vena dalam mudah terjadi. Trombosis merupakan pembentukan gumpalan darah yang menyumbat aliran pembuluh darah. Selain itu, komplikasi cedera kepala lainnya adalah masalah pada saraf, terutama apabila terjadi kerusakan otak. Masalah cairan pada otak dapat pula terjadi, seperti kebocoran atau penumpukan cairan. Infeksi dapat pula terjadi, terutama apabila ada luka atau patah tulang terbuka. Kejang juga dapat terjadi sebagai komplikasi cedera kepala. Selain itu, otak dapat mengalami pembengkakan.

Selain komplikasi di atas, jika ada masalah pada otak, gejala yang muncul dapat berupa nyeri kepala, gangguan gerak anggota tubuh, serta gejala kejiwaan seperti depresi dan gangguan bipolar.

Pencegahan

Pencegahan cedera kepala dapat dilakukan dengan menggunakan pelindung kepala saat melakukan aktivitas dengan kontak yang tinggi serta saat berkendara dengan sepeda ataupun sepeda motor. Selain itu, penggunaan zat terlarang dan alkohol secara berlebihan dapat membantu mencegah jatuh atau kecelakaan lalu lintas yang dapat menyebabkan cedera kepala. Pada lansia, penggunaan handrail di samping tempat tidur dapat mencegah lansia jatuh dari tempat tidur.

Kapan harus ke dokter?

Segeralah ke dokter apabila Anda atau anak Anda mengalami hal sebagai berikut:

  • Terbentur benda di kepala, sempat pingsan, namun bangun kembali
  • Muntah sejak cedera terjadi
  • Nyeri kepala yang tidak hilang dengan obat nyeri
  • Perubahan sikap, menjadi lebih mudah kesal atau hilang ketertarikan terhadap berbagai hal
  • Menangis lebih sering daripada biasanya (terutama pada bayi)
  • Masalah memori
  • Minum alkohol atau zat terlarang sesaat sebelum cedera
  • Memiliki gangguan pembekuan darah seperti hemofilia atau menggunakan obat-obatan pengencer darah
  • Memiliki riwayat pembedahan otak sebelumnya
Writer : dr Teresia Putri
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Senin, 5 Agustus 2024 | 05:50