Definisi
Cedera aksonal difusa atau diffuse axonal injury adalah cedera kepala yang menyerang otak secara langsung akibat cedera tumpul. Di Amerika Serikat, cedera kepala merupakan penyebab utama dari kematian dan kecacatan pada anak-anak dan orang dewasa muda. Center for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan adanya lebih dari 1.5 juta kasus cedera kepala berat yang dilaporkan tiap tahunnya di Amerika Serikat.
Penyebab
Cedera aksonal difusa disebabkan oleh adanya robekan dari serat saraf bernama akson yang menyambungkan sel – sel di dalam otak manusia. Hal ini paling sering diakibatkan adanya gaya yang terlalu besar pada bagian kepala, misalnya kecelakaan kendaraan bermotor dengan kecepatan tinggi.
Kerusakan akson ini tidak harus diikuti oleh patah tulang tempurung kepala atau tengkorak. Jadi, dapat betul-betul disebabkan karena gaya dan tekanan yang terlalu besar, sehingga merusak sel akson yang berada di dalam otak.
Faktor Risiko
Faktor risiko dari cedera aksonal difusa antara lain:
- Riwayat kecelakaan bermotor
- Riwayat terjatuh dari ketinggian
- Riwayat kekerasan dalam rumah tangga
- Riwayat melakukan aktivitas olahraga tanpa pelindung kepala
- Sebagai hasil dari kekerasan pada anak, contohnya adalah shaken baby syndrome
Gejala
Gejala dari cedera aksonal difusa yang paling mudah diamati adalah penurunan kesadaran yang berlangsung sekitar enam jam atau lebih. Bila cedera aksonal difusa ringan, pasien dapat tetap sadar namun menunjukkan tanda dari kerusakan otak. Tanda kerusakan otak ini dapat bervariasi, bergantung dari lokasi dan bagian mana terjadinya kerusakan otak tersebut. Di antaranya:
- Disorientasi, kebingungan
- Nyeri kepala
- Mual, muntah
- Kelelahan berlebih
- Kesulitan tidur
- Tidur lebih lama dari biasanya
- Pusing dan hilang kemampuan keseimbangan
Gejala yang muncul akan bergantung dengan derajat cedera kepala yang terjadi, dapat berupa perubahan kemampuan kognitif, kemampuan fisik, dan kemampuan perilaku yang dapat mempengaruhi interaksi sosial dan kualitas hidup pasien dan keluarga.
Kebanyakan dari kasus cedera aksonal difusa sulit sembuh dan kerusakan terjadi secara permanen. Namun, karena sifat otak yang fleksibel dan jaringan otak yang masih utuh walaupun sel didalamnya rusak, tak jarang otak mendapat kembali fungsinya setelah kondisi klinis pasien membaik. Selain itu, sambungan sel akson dapat tersambung kembali secara perlahan.
Secara klinis, cedera aksonal difusa terjadi ketika adanya penurunan kesadaran (koma) dalam waktu melebihi 6 jam dengan riwayat cedera kepala, dan tidak ditemukan adanya pembengkakan atau kekurangan oksigen pada otak. Diffuse Axonal Injury dapat dibagi ke dalam tiga jenis berdasarkan Klasifikasi The Adams, yaitu:
- Grade 1: Cedera aksonal difusa ringan yang bila dilihat di bawah mikroskop terdapat perubahan pada otak bagian luar dan batang otak.
- Grade 2: Cedera aksonal difusa sedang yang bila dilihat di bawah mikroskop terdapat perubahan pada bagian otak dalam.
- Grade 3: Cedera aksonal difusa berat, seperti grade 2 namun ditambah adanya perubahan pada bagian batang otak.
Diagnosis
Dokter akan melakukan pemeriksaan dimulai dari anamnesis, yakni proses tanya jawab untuk menggali informasi penyakit pasien, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Mayoritas pasien dengan cedera aksonal difusa mengalami penurunan kesadaran. Oleh karna itu, dokter biasanya akan melakukan anamnesis dengan keluarga pasien atau orang yang mendampingi pasien. Pertanyaan yang ditanyakan meliputi keluhan utama pasien, keluhan penyerta pasien, riwayat dan proses terjadinya cedera sehingga menyebabkan pasien tidak tersadar, riwayat penyakit terdahulu pada pasien, riwayat pengobatan pasien bila ada, riwayat aktivitas pasien sehari-hari, dan riwayat penyakit pada keluarga.
Pada pemeriksaan fisik, tentunya dokter akan menilai terlebih dahulu tingkat kesadaran pasien dengan menggunakan Glasgow Coma Scale. Dilanjutkan dengan mengecek kondisi pasien dari ujung kepala hingga ujung kaki guna memastikan tidak ada trauma atau luka pada bagian tubuh pasien yang lain.
Karena kasus cedera aksonal difusa merupakan kasus trauma, maka dokter akan melakukan prinsip dasar penanganan trauma terlebih dahulu untuk menstabilkan kondisi pasien sebelum melakukan pemeriksaan yang lebih spesifik. Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan umum yakni memeriksa tekanan darah, suhu tubuh, laju napas, dan nadi pasien. Dilanjutkan dokter akan melakukan pemeriksaan saraf pada pasien dengan melakukan pemeriksaan pada bagian saraf wajah, serta pemeriksaan fungsi motorik dan sensorik pasien.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan adalah CT Scan atau MRI guna melihat seberapa parah kerusakan otak dan lokasi terjadinya cedera. Namun, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan pengambilan sampel darah untuk diperiksakan ke laboratorium bila dicurigai pasien memiliki penyakit lain yang menyertai.
Tata Laksana
Penanganan pertama dari cedera aksonal difusa adalah menstabilkan pasien. Bila pasien sudah dalam kondisi stabil, maka tujuan dari tata laksana adalah untuk menghindari terjadinya kerusakan lanjuran pada otak dan organ tubuh lain, serta memfasilitasi rehabilitasi.
Pada kebanyakan kasus, cedera aksonal difusa dapat menyebabkan adanya pembengkakan otak. Sehingga dokter dapat memberikan obat-obatan tertentu untuk menurunkan tekanan di otak, mengurangi cairan di otak, dan menghindari adanya pembengkakan otak.
Untuk tindakan pembedahan, tidak ada jenis pembedahan khusus untuk mengobati cedera aksonal difusa. Bahkan, pada kasus yang berat, terdapat kemungkinan terjadinya status vegetatif atau bahkan kematian pasien. Status vegetatif adalah keadaan di mana terjadi gangguan otak kronis dan manusia masih dapat hidup, bernapas, dan jantungnya berdenyut, namun tidak dapat melakukan fungsi dan aktivitas sebagai manusia dengan sadar. Sedangkan pada kasus cedera aksonal difusa yang ringan dan sedang, tata laksana bed rest dan rehabilitasi masih memungkinkan untuk meningkatkan kelanjutan kualitas hidup pasien.
Rehabilitasi yang memungkinkan untuk pasien dengan cedera aksonal difusa antara lain adalah terapi wicara, terapi fisik, terapi rekreasional, terapi okupasi, dan konseling.
Komplikasi
Komplikasi dari cedera aksonal difusa antara lain:
- Pembengkakan otak
- Hipoksia, kondisi otak kekurangan asupan oksigen
- Gangguan bicara, gangguan fungsi berpikir, dan kelumpuhan anggota gerak permanen
- Status vegetatif
- Kematian
Pencegahan
Tidak ada pencegahan khusus untuk mencegah cedera aksonal difusa. Namun, Anda dapat mengurangi kemungkinan terjadinya cedera kepala dengan melakukan hal sebagai berikut:
- Menggunakan pelindung kepala ketika berkendara dengan motor, olahraga, dan melakukan aktivitas di ketinggian.
- Mengendarai kendaraan bermotor sesuai dengan kecepatan yang dianjurkan.
- Pada bayi, tidak mengayun bayi secara keras untuk menghindari adanya shaken baby syndrome.
Kapan Harus ke Dokter?
Segeralah ke dokter bila Anda mengalami penurunan kesadaran, atau menemukan orang yang mengalami penurunan kesadaran setelah mengalami cedera baik akibat kecelakaan bermotor, atau cedera setelah olahraga. Anda dapat mengunjungi Instalasi Gawat Darurat. Penanganan yang cepat sangat dibutuhkan untuk memaksimalkan pemulihan.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Ayu Munawaroh, MKK
FB Mesfin, N Gupta, A Hays Shapsak, et al., (2022). Diffuse Axonal Injury. Retrieved 20 September 2022, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448102/.
Health Line - Diffuse Axonal Injury. (2022). Retrieved 20 September 2022, from https://www.healthline.com/health/diffuse-axonal-injury#treatment.
Medscape - Diffuse Axonal Injury. (2021). Retrieved 20 September 2022, from https://emedicine.medscape.com/article/339912-overview.
Web MD - Brain Damage. (2020). Retrieved 20 September 2022, from https://www.webmd.com/brain/brain-damage-symptoms-causes-treatments.