Empiema Toraks

Empiema Toraks

Bagikan :


Definisi

Empiema toraks adalah penumpukan nanah dalam bentuk kantong-kantong pada rongga dada. Kantong-kantong berisi nanah ini berada tepatnya di dalam ruang antarpleura. Toraks merujuk pada area dada yang dibentuk tulang sternum, tulang iga, dan tulang belakang toraks. Ada berbagai organ dan jaringan di dalam rongga dada, contohnya adalah paru, jantung, pembuluh darah besar, dan diafragma.

Pleura merupakan selaput yang melapisi bagian luar paru dan bagian dalam dinding dada. Di antara dua jenis pleura yang saling melapisi dua hal yang berbeda tersebut, terbentuklah ruang antarpleura. Empiema merupakan suatu kondisi yang dapat menyebabkan kecacatan, komplikasi, hingga kematian apabila tidak ditangani dengan benar.

 

Penyebab

Penyebab tersering dari empiema toraks adalah:

  • Pneumonia atau infeksi pada paru (70%)
  • Penyebab empiema lainnya (30%) berkaitan dengan:
    • Trauma
    • Pasca pembedahan yang melibatkan area dada
    • Masalah pada kerongkongan
    • Infeksi pada leher
    • Terdapat juga empiema yang tidak disebabkan oleh pneumonia atau tindakan lainnya

Infeksi pada paru yang selanjutnya menyebabkan empiema mungkin didapatkan dari:

  • Komunitas/masyarakat, infeksi biasanya disebabkan oleh bakteri, terutama kelompok bakteri Streptococcus
  • Fasilitas kesehatan, pada kasus trauma, pembedahan, dan infeksi yang didapat dari fasilitas kesehatan, infeksi paling sering disebabkan oleh Staphylococcus aureus, terutama jenis bakteri Staphylococcus yang kebal terhadap antibiotik metisilin, dan kelompok bakteri Pseudomonas

Di Indonesia, empiema toraks juga dapat menjadi komplikasi dari penyakit tuberkulosis. Empiema juga dapat disebabkan oleh jamur, dan jamur yang tersering menjadi penyebab adalah jamur Candida. Empiema yang disebabkan oleh jamur terkait dengan angka kematian yang tinggi. Penyebab empiema lainnya adalah infeksi pada bagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru-paru, serta infeksi paru yang disebabkan oleh makanan yang tertelan ke paru-paru.

 

Faktor Risiko

Faktor risiko utama dari empiema adalah pneumonia. Empiema paling sering terjadi pada anak-anak dan orang lanjut usia, namun jumlahnya tidak banyak. Terdapat beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko empiema setelah pneumonia, yaitu:

 

Gejala

Gejala empiema dapat berupa demam, keringat banyak pada malam hari, rasa kurang energi dalam menjalani aktivitas sehari-hari, sulit bernapas atau sesak napas, penurunan berat badan drastis tanpa penyebab yang jelas, nyeri dada, serta batuk berdahak hijau. Gejala ini mirip dengan pneumonia atau radang paru, namun biasanya gejala ini terjadi pada jangka waktu yang lebih panjang.

 

Diagnosis

Diagnosis empiema toraks dilakukan dengan melihat riwayat penyakit dan keluhan pasien serta melakukan pemeriksaan. Riwayat terkait faktor risiko dapat menjadi petunjuk seseorang mengalami empiema. Selain itu, orang dengan riwayat pneumonia yang sudah diberikan antibiotik namun tidak mengalami perbaikan gejala juga dapat menjadi faktor risiko empiema toraks. Dokter dapat melakukan pemeriksaan pada dada untuk mendengarkan bunyi napas pasien serta mencari kemungkinan lokasi empiema tersebut. Beragam jenis pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan dalam membantu menegakkan diagnosis empiema toraks adalah:

  • Pemeriksaan darah lengkap, berperan dalam mencari adanya kemungkinan infeksi
  • Pemeriksaan pencitraan
    • Foto rontgen dada, dapat mengarahkan diagnosis empiema toraks, namun tidak dapat menegakkannya secara pasti
    • USG (ultrasonografi), dapat dilakukan untuk memperjelas pencitraan pleura
    • CT Scan (computed tomography scan), bisa menjadi pilihan selain USG untuk memperjelas visualisasi pleura
  • Torakosentesis, sebuah prosedur untuk mengambil cairan pada ruang antarpleura, yang nantinya akan diperiksa di laboratorium untuk menentukan penyebab empiema serta komposisi cairan pada ruang antarpleura

 

Tata Laksana

Antibiotik

Empiema toraks pada dasarnya merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi, sehingga terapi utamanya melibatkan antibiotik atau antibakteri. Obat antibiotik yang digunakan sangat tergantung dari jenis bakteri yang diduga menyebabkan empiema. Antibiotik ini biasanya diberikan dalam 2-6 minggu, dapat berupa antibiotik suntik atau obat minum. Pada umumnya, pasien dengan empiema toraks akan dirawat inap selama beberapa hari hingga kondisinya jauh lebih stabil.

 

Prosedur bedah

Selain antibiotik, empiema toraks memerlukan prosedur pembedahan. Pembedahan ini biasanya dilakukan untuk memasukkan selang ke dalam ruang antarpleura. Selang ini digunakan untuk mengalirkan nanah ke dalam sebuah wadah khusus. Pemasangan selang ini akan dibantu dengan foto rontgen atau CT scan untuk memastikan selang berada di posisi yang benar. Biasanya, setelah selang dipasang, pasien akan mengalami perbaikan gejala dalam 24 jam. Selang ini akan dipasang hingga jumlah nanah cukup sedikit untuk diserap oleh pleura. Apabila selang ini digunakan sebagai pilihan terapi, letak selang dan jumlah cairan yang tertampung perlu diperiksa setiap hari, sehingga pasien perlu dirawat inap.

Alternatif lainnya dari selang pada dada ini adalah stoma. Stoma adalah bukaan pada dinding dada yang kemudian disambungkan dengan sebuah kantong untuk mengumpulkan cairan dari rongga antarpleura. Stoma dapat digunakan tanpa harus dirawat inap.

Tata laksana pembedahan lainnya dapat berupa torakotomi terbuka. Torakotomi terbuka adalah prosedur membuka dinding dada untuk membersihkan nanah secara langsung. Namun, pembedahan ini sangat berisiko tinggi, sehingga hanya dilakukan apabila terapi-terapi di atas tidak dapat menangani empiema secara tuntas.

 

Rehabilitasi

Setelah pulih dari empiema, beberapa orang mengalami pengerasan paru serta keterbatasan gerak paru yang menyebabkan sesak napas dan mudah lelah. Pembedahan dan rehabilitasi dapat dilakukan untuk memperbaiki keadaan ini. Pembedahan ini dinamakan dekortikasi, yaitu pelepasan lapisan pleura untuk memberikan ruang bagi paru yang bergerak.

 

Komplikasi

Empiema toraks yang ditangani dengan cepat dan benar memiliki kemungkinan sembuh yang cukup tinggi. Kerusakan paru jangka panjang pun juga jarang terjadi. Hal ini tentu membutuhkan kerja sama Anda sebagai pasien untuk mengonsumsi antibiotik sesuai anjuran dokter dan kontrol jika diperlukan, untuk mengecek pemulihan pleura. Namun, risiko kematian akibat empiema sangat tinggi pada orang dengan kekebalan tubuh yang rendah, yaitu sekitar 40%. Jika tidak ditangani dengan benar, empiema dapat menyebabkan kondisi yang mengancam nyawa seperti sepsis.

 

Pencegahan

Pencegahan empiema toraks dapat dilakukan dengan mencegah terjadinya pneumonia. Pencegahan pneumonia dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

  • Melakukan vaksinasi pneumonia, seperti vaksinasi Haemophilus influenza B, pneumokokus, dan influenza. Vaksinasi Haemophilus influenza B (HiB) sudah masuk ke dalam program imunisasi anak. Vaksinasi pneumokokus (PCV) juga sudah dimasukkan ke program pemerintah, baik untuk anak, dewasa, dan lanjut usia. Vaksinasi influenza dapat dilakukan setiap tahun
  • Mencuci tangan dengan air dan sabun secara rutin, terutama setelah menggunakan toilet dan sebelum makan
  • Mengonsumsi makanan bergizi, terutama buah-buahan dan sayur-sayuran
  • Berolahraga dengan teratur
  • Tidur cukup
  • Jika Anda merokok, berhentilah segera. Merokok meningkatkan risiko penyakit paru, termasuk pneumonia dan empiema
  • Menjaga jarak dengan orang yang sedang sakit jika memungkinkan

 

Kapan harus ke dokter?

Jika Anda mengalami demam, batuk, dan sesak napas, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter. Jika Anda sudah mendapatkan terapi untuk penyakit Anda namun tidak kunjung pulih, sebaiknya Anda mengunjungi dokter Anda. Penyebab demam, batuk, dan sesak napas bukan hanya bakteri-bakteri penyebab empiema, tetapi juga kondisi medis lain seperti tuberkulosis atau COVID-19. Jika tidak ditangani dengan baik, gejala-gejala ini dapat berlanjut menjadi empiema toraks, yang membutuhkan terapi yang cukup kompleks.

Writer : dr Teresia Putri
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Selasa, 1 Maret 2022 | 01:26