Definisi
Epilepsi adalah gangguan sistem saraf pusat (neurologi) yang ditandai dengan aktivitas otak yang abnormal, menyebabkan adanya bangkitan atau periode perilaku yang tidak biasa, atau sensasi, hingga kehilangan kesadaran. Siapapun dapat mengalami epilepsi. Epilepsi dapat menyerang laki-laki maupun perempuan dari berbagam ras, latar belakang, dan usia.
Berdasarkan laporan WHO, terdapat 50 juta orang di dunia yang mengalami epilepsi. Sekitar 4-10 per 1000 penduduk mengalami epilepsi aktif dan memerlukan pengobatan. Angka ini lebih tinggi pada daerah dengan pendapatan perkapita menengah dan rendah. Sekitar 2,4 juta pasien didiagnosis mengalami epilepsi setiap tahunnya. Kelompok Studi Epilepsi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Pokdi Epilepsi PERDOSSI) pada tahun 2013 di 5 pulau terbesar Indonesia menyimpulkan terdapat 2.228 penyandang epilepsi dan 21,3% di antaranya merupakan pasien baru.
Penyebab
Penyebab epilepsi adalah adanya ketidakseimbangan antara hantaran saraf di otak. Mekanisme yang menyebabkan ketidakseimbangan ini tidak diketahui pasti, namun, terdapat beberapa hal yang diduga sebagai penyebab:
- Pengaruh genetik. Penyandang epilepsi umumnnya memiliki riwayat keluarga dengan epilepsi yang sama. Namun, pada beberapa gen menyebabkan seseorang lebih sensitif terhadap kondisi lingkungan yang mencetuskan epilepsi.
- Trauma kepala, riwayat trauma kepala sebelumnya dapat menjadi penyebab epilepsi.
- Gangguan perkembangan. Epilepsi sering berhubungan dengan gangguan perkembangan, seperti autisme.
- Abnormalitas pada otak. Adanya arteriovenous malformation (AVM) atau malformasi pembuluh darah dapat menyebabkan epilepsi.
- Trauma prenatal. Sebelum lahir, bayi lebih sensitif terhadap kerusakan otak sehingga adanya kelainan semasa hamil, seperti infeksi, nutrisi yang buruk, dan kekurangan oksigen dapat menyebabkan bayi mengalami epilepsi.
Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko epilepsi, antara lain:
- Usia, epilepsi lebih sering terjadi pada anak dan usia tua, namun dapat terjadi pada semua usia
- Riwayat keluarga dengan epilepsi dapat meningkatkan risiko untuk mengalami epilepsi
- Trauma kepala dapat meningkatkan risiko mengalami epilepsi. Gunakan sabuk pengaman ketika sedang berkendara dan gunakan helm ketika mengendarai sepeda motor.
- Stroke. Riwayat stroke dapat menyebabkan kelainan pada otak yang menyebabkan epilepsi di kemudian hari.
- Infeksi otak. Riwayat infeksi otak seperti meningitis dapat meningkatkan risiko mengalami epilepsi
- Riwayat kejang ketika anak-anak. Kejang demam (kejang yang disebabkan oleh demam) dapat dialami oleh anak usia di bawah 5 tahun. Jika anak pernah mengalami kejang demam, anak memiliki risiko mengalami epilepsi yang lebih tinggi di kemudian hari.
Gejala
Epilepsi disebabkan oleh aktivitas abnormal pada otak, sehingga bangkitan merupakan gejala utama yang dapat muncul. bangkitan dapat disertai dengan:
- Rasa kebingungan sementara
- Mengecap-ngecap
- Kekakuan otot
- Mata mendelik
- Gerakan berualng yang tidak dapat dikontrol pada lengan dan tungkai
- Kehilangan kesadaran (tidak menyahut ketika dipanggil, tidak sadar)
- Gejala psikologis, seperti ketakutan, cemas, deja vu
Gejala yang dialami akan dipengaruhi oleh tipe bangkitan. Namun pada umumnya, penyandang epilepsi memiliki tipe bangkitan yang sama setiap kali bangkitan terjadi. Sehingga, gejala yang dialami akan sama pada setiap episode. Dokter akan mengklasifikasikan tipe bangkitan atau bangkitan menjadi fokal atau umum berdasarkan bagaimana gejala epilepsi mulai.
Bangkitan Fokal
Bangkitan fokal merupakan manifestasi dari gangguan kelistrikan otak yang terjadi hanya pada salah satu sisi otak. Jenis bangkitan ini dapat dibagi menjadi 2 kategori:
- Bangkitan fokal sederhana. Pada kategori ini, bangkitan tidak menyebabkan kehilangan kesadaran. Jenis bangkitan ini dapat menyebabkan perubahan emosi, perubahan aroma, suara, terjadinya deja vu, menghentak-hentakkan salah satu anggota gerak, kesemutan, dan baal. Beberapa orang mengalami sensasi seperti rasa geli, pusing, dan melihat cahaya.
- Bangkitan fokal kompleks. Pada bangkitan ini, pasien dengan gejala fokal atau hanya sebagian sisi tertentu yang diikuti dengan kehilangan kesadaran. Tipe bangkitan ini membuat penyandang seolah-olah sedang bermimpi, sehingga terlihat hanya menatap kosong ke depan sambil melakukan hal yang berulang seperti menggosok-gosok tangan, menelan, berjalan berputar, mengecap-ngecap, dan lain-lain.
Gejala dari bangkitan fokal sering dianggap sebagai penyakit sistem saraf lainnya seperti migrain, narkolepsi, dan gangguan jiwa.
Bangkitan Umum
Jenis bangkitan umum terjadi akibat adanya gangguan kelistrikan pada seluruh bagian otak (melibatkan kedua otak) sehingga pasien kehilangan kesadaran (tidak menyahut ketika dipanggil). Terdapat enam jenis bangkitan umum, antara lain:
- Bangkitan/kejang absans. Kejang absans (petit mal) umumnya terjadi pada anak-anak. Anak sering menatap kosong tanpa melakukan gerakan apapun selama 5-10 detik. Bangkitan ini dapat terjadi berkali-kali dalam sehari.
- Kejang tonik. Kejang tonik menyebabkan otot menjadi kaku dan kesadaran terganggu. Kejang ini mempengaruhi otot punggung, lengan, dan tungkai dan dapat menyebabkan jatuh.
- Kejang atonik. Pada kejang atonik, otot tubuh tiba-tiba kehilangan kemampuan kontrolnya sehingga menjadi lemas tiba-tiba. Kejang ini terjadi pada tungkai, sehingga menyebabkan jatuh.
- Kejang klonik. Kejang ini diasosiasikan dengan gerakan yang berulang dan menghentak. Kejang ini umumnya memengaruhi otot leher, tungkai, dan lengan.
- Kejang mioklonus. Kejang ini terlihat sebagai gerakan menghentak atau bergetar dengan durasi cepat pada bagian tubuh atas, lengan, dan tungkai.
- Kejang tonik-klonik. Kejang tonik-klonik dulu disebut grand mal seizure. Kejang ini terlihat sebagai kaku seluruh tubuh yang disertai getaran dan hentakan, mata mendelik ke atas, dan kehilangan kesadaran. Pada kejang ini, Anda dapat kehilangan kemampuan mengontrol kandung kemih hingga menggigit lidah.
Diagnosis
Dokter Anda akan menanyakan mengenai kapan kejang pertama kali terjadi, bentuk kejang (fokal atau umum), kesadaran setelah kejang, berapa kali kejang berulang, dan apakah ada penyakit lain yang mendasari kejang. Untuk mendiagnosis epilepsi, dokter Anda akan melakukan pemeriksaan neurologi dan pemeriksaan darah untuk mengeksklusi penyakit lain yang dapat menyebabkan kejang. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain adalah:
- Electroencephalogram (EEG), merupakan pemeriksaan untuk melihat aktivitas otak. Beberapa elektroda akan ditempelkan ke kepala dan merekam seluruh aktivitas listrik otak. Jika Anda mengalami epilepsi, terdapat perubahan pola aktivitas otak walaupun Anda sedang tidak mengalami bangkitan. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan di rumah sakit.
- CT scan atau MRI dapat dilakukan jika dokter Anda mencurigai adanya hal lain pada otak seperti tumor, infeksi, perdarahan, dan lain-lain
- Pungsi lumbal jika dokter Anda mencurigai adanya infeksi
- Pemeriksaan fungsi luhur, dimana dokter Anda akan melakukan penilaian terhadap kemampuan kognitif, memori, dan bicara untuk membantu menentukan lokasi gangguan pada otak
Jika pada pemeriksaan tersebut tidak ditemukan kelainan, maka diagnosis akan mengarah kepada epilepsi.
Tata Laksana
Tujuan pengobatan epilepsi adalah mencegah bangkitan berulang. Pengobatan epilepsi akan dilanjutkan hingga 2 tahun bebas kejang. Umumnya penyandang epilepsi tidak mengalami bangkitan setelah mengonsumsi obat secara teratur. Terdapat banyak jenis obat antiepilepsi yang tersedia. Konsultasikan pemilihan obat-obatan tersebut dengan dokter Anda.
Beberapa obat memiliki efek samping seperti kelelahan, pusing, peningkatan berat badan, kemerahan pada kulit, gangguan koordinasi, memori, dan kognitif. Beberapa efek sampign yang lebih berat adalah depresi, pikiran mengakhiri hidup, alergi, dan inflamasi pada organ dalam. Jika ada, catat dan laporkan seluruh efek samping tersebut pada dokter Anda.
Untuk dapat mengontrol bangkitan agar tidak terjadi kembali, lakukan beberapa langkah berikut:
- Mengonsumsi obat-obatan sesuai dengan anjuran
- Selalu konsultasikan dengan dokter Anda sebelum mengganti obat
- Jangan menghentikan penggunaan obat-obatan tanpa berkonsultasi dengan dokter
Pengobatan lain yang dapat dilakukan sesuai dengan indikasi adalah operasi epilepsi, stimualsi nervus vagus, dan diet keto. Pada beberapa anak dengan epilepsi dapat menurunkan jumlah bangkitannya dengan mengikuti diet yang tinggi lemak dan rendah karbohidrat atau biasa disebut diet ketogenik. Setelah mengikuti diet ini untuk beberapa waktu, anak dapat menghentikan diet ini. Penting untuk selalu memantau kondisi anak agar tidak terjadi malnutrisi selama mengikuti diet ini. Efek samping dari diet ketogenik adalah dehidrasi, konstipasi, perlambatan pertumbuhan akibat defisiensi nutrisi, dan batu ginjal.
Beberapa pengobatan epilepsi sedang dikembangkan untuk pengobatan masa depan.
Komplikasi
Bangkitan dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, sehingga bangkitan dapat menyebabkan:
- terjatuh
- tenggelam, jika terjadi ketika sedang berenang
- kecelakaan mobil
- komplikasi kehamilan
- masalah kesehatan emosional
Komplikasi lain yang dapat terjadi, namun lebih jarang adalah:
- Status epileptikus, di mana kejang terjadi lebih dari 5 menit atau terjadinya 2 kejang tanpa kembaliknya kesadaran. Pasien dengan status epileptikus dapat mengalami kerusakan otak permanen dan kematian
- Sudden unexpected death in epilepsy (SUDEP). SUDEP dapat terjadi terutama pada pasien dengan kejang tonik-klonik dan/atau tidak respons terhadap pengobatan. Sekitar 1% penyandang epilepsi meninggal karena SUDEP.
Pencegahan
Bangkitan epilepsi dapat dicegah dengan beberapa cara berikut ini:
- Ketahui pencetus epilepsi Anda, seperti stres, emosi, konsumsi zat tertentu, dan hindari pencetus tersebut
- Selalu tidur cukup setiap malam dengan jadwal teratur
- Belajar mengolah stress dan teknik relaksasi
- Hindari konsumsi alkohol dan narkotika
- Konsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh dokter
- Hindari cahaya yang terlalu terang dan stimulus visual lainnya
- Kurangi paparan dengan layar komputer
- Konsumsi diet seimbang
Kapan Harus ke Dokter?
Segera periksakan diri Anda atau keluarga Anda ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami beberapa hal di bawah ini:
- Kejang atau bangkitan berlangsung selama lebih dari 5 menit
- Kesadaran atau pernapasan tidak kembali normal setelah kejang berhenti
- Kejang selanjutnya terjadi dalam waktu cepat
- Kejang disertai demam, terjadi saat hamil
- Memiliki riwayat melukai diri sendiri ketika sedang kejang
- Tetap kejang walaupun telah mengonsumsi obat antikejang.
- Pertama kali mengalami bangkitan atau kejang
Ingin tahu informasi seputar penyakit saraf lainnya? Yuk simak informasinya di sini ya!
- dr Ayu Munawaroh, MKK