Definisi
Tulang maksila mengacu pada tulang rahang atas pada wajah manusia yang berperan dalam aktivitas mengunyah serta membantu fungsi pada gigi. Jadi, fraktur maksila adalah kondisi patah tulang pada tulang rahang atas di area wajah. Kondisi ini adalah salah satu kegawatdaruratan yang banyak ditemukan. Cedera pada rahang atas juga dapat melibatkan gigi dan struktur di sekitarnya. Tampilan cedera bisa berbeda tergantung bagian mana pada rahang atas yang patah.
Tulang di wajah sendiri lebih tipis dan lebih rapuh bila dibandingkan dengan tulang tengkorak. Pada fraktur maksila, patahan tulang bisa terjadi di sepanjang tulang rahang atas dan apertura piriformis (bagian tulang yang membentuk hidung). Fraktur juga bisa terjadi dari satu sisi pipi ke sisi pipi lainnya.
Fraktur maksila sering terjadi akibat kecelakaan bermotor dan mengganggu fungsi tubuh terkait dengan wajah, walaupun lebih jarang jika dibandingkan dengan patah tulang mandibula (rahang bawah). Kondisi yang menyebabkan fraktur maksila tersebut perlu diatasi agar tidak menyebabkan gangguan pada aktivitas hingga menyebabkan risiko kecatatan.
Penyebab
Cedera atau trauma adalah penyebab paling sering dari fraktur maksila. Hal ini bisa menyebabkan cedera pada komponen tulang dan jaringan lunak wajah. Penyebab fraktur maksila sendiri bersifat multifaktorial, dapat melibatkan:
- Kecelakaan kendaraan bermotor.
- Terjatuh dari ketinggian secara tidak sengaja.
- Kekerasan atau perkelahian.
- Kecelakaan kerja.
- Kecelakaan dalam olahraga.
- Cedera akibat senjata api, dll.
Keparahan patah tulang pada fraktur maksila tergantung pada area wajah yang terkena, mekanisme cedera, besarnya tekanan yang diterima rahang atas, dan arah tekanan tersebut mengenai wajah. Kasus fraktur maksila semakin meningkat jumlah dan derajat keparahannya, karena naiknya ketergantungan orang-orang terhadap moda transportasi di jalan raya serta bertambahnya aktivitas masyarakat.
Kami juga memiliki artikel mengenai patah tulang yang bisa Anda baca di sini: Fraktur - Definisi, Penyebab dan Faktor Risiko.
Faktor Risiko
Faktor risiko yang paling memungkinkan pada fraktur maksila adalah:
- Jenis kelamin laki-laki.
- Menggunakan kendaraan moda transportasi jalan raya.
- Memiliki kebiasaan berkendara yang kurang baik, seperti suka mengebut atau tidak memakai sabuk pengaman/helm.
- Terjadinya infeksi pasca operasi pada area wajah.
- Atlet olahraga yang melibatkan kontak fisik seperti football atau rugby.
- Kebiasaan minum alkohol atau obat-obatan terlarang.
- Tidak menggunakan alat pelindung diri pada lingkungan kerja.
- Anak, orang tua, istri atau suami yang menjadi korban kekerasan fisik di rumah tangga.
Gejala
Pada fraktur maksila, di bawah ini adalah beberapa gejala yang bisa ditemukan yaitu:
- Adanya nyeri pada area wajah dan mulut.
- Pembengkakan, memar, perdarahan pada rahang dan mimisan.
- Gangguan saraf seperti kebas, baal atau hilangnya sensasi pada area rahang atau wajah.
- Perubahan bentuk wajah.
- Sulit membuka mulut.
- Masalah penglihatan, seperti penglihatan ganda, keterbatasan gerakan mata atau penurunan kemampuan penglihatan.
Diagnosis
Pemeriksaan awal pada pasien akan terfokus untuk melihat apakah kondisi pasien stabil atau terdapat kegawatdaruratan yang perlu ditangani segera seperti kemungkinan penyumbatan jalan napas atau syok. Pada kasus cedera pada wajah, dokter biasanya juga akan memeriksa bila terdapat kemungkinan pasien juga memiliki cedera pada tulang belakang leher atau kepala.
Untuk mendiagnosis fraktur maksila, dokter akan melakukan wawancara medis pada pasien bila masih sadar dan dalam kondisi stabil, serta pada orang-orang yang mengantar pasien. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang juga akan dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis. Hasil dari diagnosis dapat membantu dokter untuk menentukan terapi yang akan diberikan pada pasien.
Wawancara Medis
Pada wawancara medis, dokter akan bertanya mengenai keluhan yang dirasakan saat itu terkait fraktur maksila. Selain itu, mekanisme terjadinya cedera sebelum patah tulang juga akan ditanyakan, apakah pasien terlibat dalam kecelakaan lalu lintas, kecelakaan akibat olahraga atau saat bekerja. Riwayat penyakit pasien juga akan ditanyakan, terutama bila pasien memiliki faktor yang bisa meningkatkan risiko mengenai patah tulang.
Pemeriksaan Fisik
Dokter akan memeriksa tanda-tanda vital pasien, apakah kondisi pasien stabil atau terdapat kegawatdaruratan yang perlu diatasi segera. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada area-area berikut:
- Jalan saluran napas
- Area wajah dan rahang
- Saraf wajah dan rahang
- Bagian dalam mulut dan gigi
- Mata
- Leher dan kepala
Pemeriksaan Penunjang
Pada fraktur maksila dapat dilakukan pemeriksaan radiologi untuk mendapatkan gambaran tulang dan jaringan lunak pada area rahang dan wajah. Pemeriksaan radiologi yang bisa dilakukan adalah X-ray, foto panoramic, CT scan dan MRI.
Tata Laksana
Pengobatan pada fraktur maksila meliputi:
- Memastikan jalan napas pasien baik, paten dan tidak tersumbat.
- Mengontrol perdarahan yang terjadi dan menutup luka.
- Memfiksasi dan merekonstruksi tulang yang patah agar bisa sembuh dengan baik dan pulih seperti sedia kala.
- Memulihkan estetika wajah dan fungsi strukturnya.
Setelahnya, Anda harus mengonsumsi makanan lunak atau cair dan menghindari cedera dan hal-hal seperti membuang ingus.
Pada kondisi fraktur maksilofasial tersebut perlu diperiksa oleh dokter spesialis bedah plastik akan memeriksa serta melakukan operasi sesuai dengan jenis dan derajat beratnya fraktur. Maka dari itu, saat ini sebaiknya melakukan pemeriksaan ke dokter spesialis bedah plastik karena rasa nyeri yang timbul lama tersebut dapat mengganggu fungsi dari mengunyah juga dapat mengganggu struktur wajah bila tidak ditangani dengan baik.
Indikasi absolut dari operasi adalah bila terdapat masalah pada tulang mata dan organ di dalamnya, terutama bila terdapat perdarahan yang sampai menekan saraf mata. Selain itu, indikasi operasi lainnya adalah bila terdapat kerusakan pada wajah atau rahang patah sepenuhnya.
Komplikasi
Komplikasi awal fraktur maksila dapat berupa pendarahan yang luas serta gangguan pada jalan nafas akibat pergeseran fragmen fraktur dan pembengkakan jaringan lunak. Infeksi pada luka fraktur maksila bisa terjadi walaupun lebih jarang dibandingkan pada luka fraktur tulang rahang bawah.
Selain itu, kebutaan juga dapat terjadi akibat pendarahan pada saraf yang berhubungan dengan mata. Komplikasi akhir dapat berupa:
- Kegagalan penyatuan tulang yang mengalami fraktur.
- Penyatuan tulang yang salah.
- Sumbatan pada sistem lakrimal.
- Penurunan atau hilangnya sensasi, dll.
Pencegahan
Penyebab utama terjadinya fraktur maksila adalah kecelakaan lalu lintas, sehingga pencegahannya adalah dengan memastikan kendaraan dalam kondisi baik untuk digunakan. Anda juga harus menggunakan sabuk pengaman atau helm, dan berkendara dalam batas kecepatan yang aman. Hal ini untuk mengurangi terjadinya trauma yang berat.
Anda juga sebaiknya menggunakan alat pelindung diri ketika sedang bekerja di wilayah yang rentan terjadi kecelakaan kerja, atau saat berolahraga. Hal ini harus diperhatikan agar Anda selalu waspada terhadap risiko cedera.
Kapan Harus ke Dokter?
Patah tulang rahang atas atau fraktur maksila adalah kondisi kegawatdaruratan yang perlu ditangani segera. Bila hal ini terjadi pada Anda atau orang yang Anda kenal, mereka harus mendapat pengobatan segera di instalasi gawat darurat.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Hanifa Rahma