Kecemasan adalah emosi yang wajar dirasakan setiap manusia. Perasaan ini tidak hanya dirasakan oleh orang dewasa, namun juga bisa dirasakan oleh anak-anak. Apa yang dicemaskan anak-anak pun beragam dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan usianya. Beberapa penyebab kecemasan anak antara lain adalah ketakutan akan lingkungan baru, takut menghadapi ujian, cemas akibat demam panggung, dan lain-lain.
Menghadapi kecemasan anak terkadang bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Anak-anak terkadang tidak dapat mengungkapkan apa yang membuatnya cemas sehingga kecemasan pada anak menjadi semakin sulit untuk ditangani.
Cara orang tua merespon kecemasan anak juga dapat memengaruhi bagaimana anak akan bersikap dalam mengatasi kecemasannya sendiri. Berikut ini ada beberapa cara yang bisa dilakukan orang tua untuk menghadapi kecemasan pada anak.
Jangan abaikan perasaannya
Tak sedikit orang tua yang meremehkan rasa cemas yang dirasakan anak. Mengatakan pada anak untuk tidak khawatir dapat membuat anak-anak merasa bahwa perasaannya tidak valid. Dengan mengatakan hal seperti, “Ini cuma sekolah baru, kamu tidak perlu takut”, anak dapat merasa bahwa perasaan cemasnya adalah hal yang salah. Padahal kecemasan adalah respon yang wajar sebagai bagian dari adaptasi.
Jika anak cemas, orang tua dapat mengatakan, “Ibu paham apa yang kamu cemaskan”, “Memang tidak mudah untuk melakukannya tapi Ayah yakin kamu bisa melakukannya”. Apa pun pilihan kalimat yang Anda utarakan, sampaikan pada anak bahwa kecemasan adalah hal yang wajar dan ia perlu belajar menemukan caranya sendiri untuk mengatasi emosinya tersebut.
Ajarkan anak membedakan kecemasannya
Rasa takut atau cemas sebenarnya hadir sebagai respon tubuh untuk membuat Anda lebih waspada. Namun pada anak-anak, terkadang kecemasan hadir karena alarm palsu, yaitu ketakutan akan sesuatu yang tidak benar-benar berbahaya dan mengancam nyawa.
Beberapa alarm palsu yang mungkin dirasakan anak antara lain adalah takut berhadapan dengan tim lawan yang lebih hebat dalam pertandingan, keharusan bicara di depan umum, atau cemas menghadapi ujian. Lain kali jika anak-anak menunjukkan kecemasannya, tanyakan pada mereka apakah penyebab kecemasannya benar-benar sebuah alarm berbahaya yang dapat menimbulkan serangan panik atau bila kecemasan mereka hanya alarm palsu, ajarkan mereka untuk mengambil keputusan akan perasaannya tersebut dan menghadapi ketakutan mereka.
Atasi pikiran negatifnya
Sebagian besar kecemasan muncul dari pikiran negatif. Misalnya, anak merasa bahwa ia tidak pintar sehingga ia takut menghadapi ujian. Tanyakan pada anak apakah benar kenyataannya sesuai dengan pikiran negatifnya dan apa yang bisa ia lakukan untuk menghadapinya. Dengan begitu, anak-anak akan belajar untuk tidak mudah termakan oleh pikiran negatifnya sendiri.
Ajarkan latihan relaksasi
Jika anak-anak mengalami gejala kecemasan seperti jantung berdebar dan otot-otot yang menegang, maka ajarkan anak untuk menenangkan diri dengan menarik napas panjang, lalu menghembuskannya secara perlahan. Lakukan teknik pernapasan atau teknik relaksasi lainnya untuk membantu anak-anak menenangkan diri. Setiap mereka merasa cemas, ingatkan untuk melakukan relaksasi agar dapat mengendalikan emosi yang ia rasakan.
Berikan sudut pandang lain
Jika anak-anak mencemaskan hal-hal yang tidak bisa mereka kendalikan seperti cuaca, perasaan dan pikiran orang lain, maka tanyakan kembali pada anak-anak, adakah yang bisa mereka lakukan mengenai hal tersebut? Jika ya, maka bantu mereka menyelesaikannya. Namun jika jawabannya adalah tidak, maka ajarkan anak untuk menerima bahwa satu-satunya hal yang bisa dilakukan adalah mengendalikan responnya pada keadaan.
Apabila ia terus dihantui dengan pikirannya tersebut, alihkan pikirannya dengan kegiatan lain seperti olahraga, melakukan pekerjaan rumah atau melakukan aktivitas lainnya yang dapat membuatnya merasa lebih baik. Pada keadaan tertentu, dimana penyebab kecemasan anak adalah sebuah trauma yang berat, keadaan yang mengagetkan psikisnya, atau bila kecemasan anak sudah berlangsung lebih dari dua minggu, lebih baik Anda berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater. Khususnya bila kecemasan anak sudah mengganggu aktivitasnya sehari-hari.
- dr Hanifa Rahma