Definisi
Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioida merupakan gangguan kesehatan jiwa yang timbul sebagai akibat penyalahgunaan opioida. Opioida adalah bahan kimia alami atau sintetik (dibuat di laboratorium untuk meniru sifat-sifat opioida alami) yang dapat berinteraksi dengan reseptor opioida pada sel saraf di tubuh dan otak untuk mengurangi rasa sakit. Penggunaan opioida dimaksudkan untuk mengobati nyeri akut (seperti pemulihan dari cedera atau pasca operasi), nyeri kronis, pengobatan kanker fase aktif, perawatan paliatif, dan perawatan akhir kehidupan. Selain memiliki efek sebagai antinyeri, opioida juga bersifat sebagai penekan sistem saraf pusat sehingga berpotensi menyebabkan euforia (perasaan senang yang sangat kuat).
Gangguan akibat penggunaan opioida mencakup keinginan untuk mendapatkan dan mengonsumsi opioida meskipun terdapat konsekuensi sosial dan profesional, dan biasanya diikuti dengan peningkatan toleransi opioida, dan sindrom penarikan (withdrawal) saat dihentikan. Gangguan ini biasanya merupakan penyakit kronis yang sering hilang dan kambuh kembali, dan berhubungan dengan tingkat kesakitan dan kematian yang meningkat secara signifikan.
Penyebab
Penyebab terjadinya gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioida dapat melibatkan penyalahgunaan obat opioida yang diresepkan, penggunaan obat opioida yang dialihkan fungsinya, atau penggunaan heroin yang diperoleh secara ilegal. Opioida dapat dibuat secara alami dari tanaman Poppy atau disintesis di laboratorium. Contoh opioida yang sering diresepkan sebagai obat penghilang rasa nyeri adalah Oxycodone, Hydrocodone, Kodein, Morfin, dan lain-lain. Contoh opioida sintetis termasuk Fentanil, Metadon, Petidin, Tramadol, dan Karfentanil.
Istilah opioida mengacu pada zat alami dan sintetis yang bekerja pada salah satu dari tiga sistem reseptor opioida utama di otak, yaitu Mu, Kappa, dan Delta. Opioida dapat memiliki efek analgesik (penghilang nyeri) dan depresan sistem saraf pusat serta berpotensi menyebabkan timbulnya euforia. Selain mengurangi persepsi nyeri, opioida juga dapat dapat menyebabkan kantuk, kebingungan, mual, dan sembelit. Jika dikonsumsi pada dosis yang tinggi, opioida dapat dapat memperlambat pernapasan dan detak jantung Anda, yang dapat menyebabkan kematian.
Ketika obat-obatan opioida berjalan melalui darah dan menempel pada reseptor opioida di sel-sel otak, sel-sel akan melepaskan sinyal (endorphin) yang meredam persepsi Anda tentang rasa sakit dan meningkatkan perasaan senang yang kuat tetapi bersifat sementara. Ketika dosis opioid habis, Anda mungkin mendapati diri Anda menginginkan perasaan senang itu kembali sesegera mungkin. Hal ini adalah tahapan pertama dalam menuju proses kecanduan.
Kecanduan didefinisikan sebagai keinginan yang tidak tertahankan terhadap obat, penggunaan obat di luar kendali dan secara kompulsif, dan terus menggunakan obat berulang kali meskipun terdapat konsekuensi yang berbahaya. Penggunaan opioida secara berulang dan terus-menerus akan menyebabkan tubuh Anda lambat memproduksi endorphin sehingga dosis opioida yang sama tidak lagi memicu perasaan senang yang diharapkan. Keadaan ini disebut dengan toleransi, yang akan mendorong seseorang untuk meningkatkan dosis opioida sehingga mereka dapat tetap merasakan efeknya.
Semua orang yang menggunakan opioida akan berisiko mengalami kecanduan. Riwayat pribadi Anda dan lamanya waktu Anda menggunakan opioida turut berperan, tetapi sulit untuk memprediksi siapa yang rentan terhadap ketergantungan dan penyalahgunaan obat-obatan ini pada akhirnya.
Faktor Risiko
Faktor-faktor tertentu yang dapat menyebabkan seseorang menyalahgunakan opioda sehingga menimbulkan ganguan mental dan perilaku, antara lain:
- Menggunakan opioida dengan metode yang berbeda dari yang diresepkan, seperti menghancurkan pil sehingga bisa dihirup atau disuntikkan.
- Lamanya waktu menggunakan opioida. Konsumsi obat opioida selama lebih dari beberapa hari meningkatkan risiko penggunaan jangka panjang, yang meningkatkan risiko kecanduan.
- Riwayat penyalahgunaan zat/obat sebelumnya.
- Riwayat penyalahgunaan obat dalam keluarga dan genetik.
- Memiliki masalah psikologis, seperti gangguan jiwa, perilaku mencari sensasi, riwayat depresi berat atau kecemasan, keadaan stres.
- Penggunaan tembakau berat.
- Faktor sosioekonomi, seperti berusia muda, kemiskinan, penggangguran, riwayat aktivitas kriminal atau masalah hukum.
- Faktor lingkungan, seperti kontak teratur dengan orang-orang berisiko tinggi atau lingkungan berisiko tinggi terhadap penyalahgunaan obat.
Gejala
Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioida harus melibatkan penggunaan opioida dan terjadi berulang dalam 12 bulan dari dua atau lebih dari sebelas gejala. Gejala yang timbul dapat termasuk sindrom penarikan dengan menghentikan penggunaan opioida, meninggalkan hal-hal penting dalam hidup demi untuk penggunaan opioida, dan waktu yang berlebihan dalam menggunakan opioida. Individu juga memiliki gangguan atau penderitaan yang signifikan sebagai akibat dari penggunaan opioida. Enam atau lebih gejala pada kriteria menunjukkan kondisi yang parah.
Berikut kriteria gejala dari gangguan yang diakibatkan opioida:
- Terus menggunakan meskipun kesehatan fisik atau psikologis memburuk
- Penggunaan terus-menerus yang mengarah pada konsekuensi sosial dan interpersonal
- Menurunnya aktivitas sosial atau rekreasi
- Kesulitan memenuhi tugas profesional di sekolah atau tempat kerja
- Waktu yang berlebihan untuk mendapatkan opioida, atau pulih dari konsumsinya
- Penggunaan opioida lebih dari yang direncanakan
- Memiliki keinginan berlebih terhadap opioida
- Tidak dapat mengurangi jumlah dosis yang digunakan
- Timbulnya toleransi
- Menggunakan opioida pada lingkungan yang berbahaya secara fisik
- Timbul sindrom penarikan ketika menghentikan konsumsi opioida
Selain itu, pada penderita dengan gangguan mental dan perilaku akibat opioida juga dapat ditemukan:
- Berkurangnya persepsi terhadap rasa sakit
- Tampak gelisah dan mengantuk
- Bicara cadel
- Bermasalah dengan perhatian dan memori
- Pupil (bagian hitam di tengah mata) yang menyempit
- Kurangnya kesadaran atau perhatian terhadap orang-orang dan benda-benda di sekitarnya
- Bermasalah dengan koordinasi gerak anggota tubuh
- Depresi
- Kebingungan
- Sembelit
- Hidung meler atau sariawan (jika penggunaan obat melalui hidung)
- Terdapat bekas jarum suntik (jika penggunaan obat melalui jarum suntik)
Diagnosis
Dalam mendiagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioida, dokter akan mulai dengan melakukan wawancara untuk menanyakan gejala-gejala yang dialami, menanyakan beberapa riwayat, seperti riwayat penggunaan zat/obat tertentu, riwayat sosial secara lengkap dan riwayat kesehatan mental sebelumnya. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik, khususnya untuk menentukan gejala penarikan atau keracunan opioida. Gejala penarikan opioida termasuk:
- Kram perut
- Memiliki keinginan yang kuat terhadap opioida
- Gelisah, gemetar, dan merinding
- Diare
- Pelebaran pupil
- Kecemasan
- Tekanan darah tinggi
- Bersin dan berkeringat
- Peningkatan denyut jantung
- Mata berair
- Nyeri otot
- Pilek
- Insomnia (sulit tidur)
Gejala keracunan opioida termasuk:
- Kebingungan
- Pengecilan pupil
- Hipersomnia (banyak tidur)
- Mual
- Euforia
- Sembelit
- Penurunan persepsi nyeri.
Jika dicurigai terjadi overdosis terhadap opioida, dokter akan memeriksa pupil yang menjadi pinpoint/seperti titik, suhu tubuh rendah, denyut jantung melambat, dan respons atau kesadaran yang menurun. Dokter juga mungkin akan menyarankan beberapa pemeriksaan tambahan, seperti tes urine untuk mengetahui jenis zat/obat yang dikonsumsi. Pemeriksaan CT-scan kepala atau rontgen dada khususnya pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran. Jika pasien memiliki riwayat penyalahgunaan obat dengan jarum suntik, skrining HIV, hepatitis B, dan C harus dilakukan.
Tata laksana
Tujuan utama dalam tata laksana gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioida adalah untuk menghentikan penggunaan opioida, mencegah penggunaan ulang di masa depan, dan mengatasi sindrom penarikan akibat penghentian opioida. Beberapa pilihan obat yang biasanya digunakan untuk mengatasi keinginan konsumsi opioda antara lain Methadone, Buprenorphine, Naltrexone, dan lain-lain. Dokter juga mungkin meresepkan obat-obatan lain untuk mengatasi gejala sindrom penarikan lainnya, seperti obat antimual, atau pereda kram perut. Selain obat-obatan, Anda mungkin juga diberikan terapi tambahan, seperti terapi perilaku yang dapat membantu Anda mempelajari cara mengelola depresi. Terapi ini juga dapat membantu Anda menghindari opioida, mengatasi keinginan berlebihan terhadap opioida, dan memperbaiki hubungan yang rusak dengan orang sekitar. Beberapa terapi perilaku termasuk konseling individu, konseling kelompok atau keluarga, dan terapi kognitif.
Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat penyalahgunaan opioda, antara lain:
- Infeksi, akibat metode penggunaan yang tidak steril, seperti penggunaan jarum suntik
- Gangguan pada saluran pencernaan, seperti sembelit atau perut kembung
- Hiperalgesia, yaitu peningkatan sensitivitas terhadap nyeri
- Fibrosis (terbentuknya jaringan parut) pada hati
- Gangguan pada otak, seperti Opioid Amnestic Syndrome
- Overdosis dan kematian
Pencegahan
Cara terbaik untuk mencegah timbulnya gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioda adalah dengan tidak menyalahgunakan opioda. Opioida paling aman bila digunakan selama tiga hari atau kurang untuk mengatasi nyeri akut, seperti nyeri setelah operasi atau patah tulang. Jika Anda membutuhkan opioid untuk nyeri akut, konsultasikan dengan dokter untuk menggunakan dalam dosis serendah mungkin dan waktu sesingkat mungkin. Jika Anda memiliki nyeri kronis, opioida mungkin bukan menjadi pilihan yang tepat untuk pengobatan jangka panjang yang aman dan efektif.
Kapan Harus ke Dokter ?
Konsultasikan diri Anda dengan dokter jika memiliki gejala-gejala gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioida, serta jika terdapat beberapa kondisi, seperti:
- Anda tidak bisa berhenti menggunakan obat tertentu
- Anda terus menggunakan obat meskipun menimbulkan bahaya
- Penggunaan obat telah menyebabkan perilaku yang berbahaya dan tidak aman
- Anda mengalami gejala penarikan setelah menghentikan penggunaan obat
- dr Nadia Opmalina
Drug Addiction (Substances Use Disorder). (2017). Retrieved 5 Febuari 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/drug-addiction/symptoms-causes/syc-20365112
Dydyk, Alexander M, et al. Opioid Use Disorder. Retrieved 5 Februari 2022, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK553166/
Hill, Peter Michael, et al. Opioid Addiction. Retrieved 5 Febuari 2022, from https://www.hopkinsmedicine.org/opioids/what-are-opioids.html
How Opioid Addiction Occurs. (2018). Retrieved 5 Februari 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/prescription-drug-abuse/in-depth/how-opioid-addiction-occurs/art-20360372
Krieger, Carrie. What Are Opioids and Why Are They Dangerous?. (2018). Retrieved 5 Febuari 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/prescription-drug-abuse/expert-answers/what-are-opioids/faq-20381270
Patel, Deepak S. Opioid Addiction. (2021). Retrieved 5 Februari 2022, from https://familydoctor.org/condition/opioid-addiction/
Saxon, Andrew. Opioid Use Disorder. (2018). Retrieved 5 Februari 2022, from https://www.psychiatry.org/patients-families/addiction/opioid-use-disorder
Strain, Eric. Opioid Use Disorder: Epidemiology, Pharmacology, Clinical Manifestations, Course, Screening, Assessment, and Diagnosis. (2021). Retrieved 5 Februari 2022, from https://www.uptodate.com/contents/opioid-use-disorder-epidemiology-pharmacology-clinical-manifestations-course-screening-assessment-and-diagnosis