Hipersomnia

Bagikan :


Definisi

Hipersomnia adalah kondisi dimana seseorang mengalami rasa kantuk berlebihan di siang hari yang berulang, atau secara sederhana adalah tidur berlebihan. Nama lain dari hipersomnia adalah excessive daytime sleepiness (EDS). Hal ini dapat terjadi meskipun telah mendapatkan tidur yang sangat cukup pada malam hari, sehingga berbeda dengan kantuk akibat kurang tidur. Walaupun mereka juga tidur di siang hari, biasanya hal ini tidak meredakan gejala yang dirasakan.

Orang dengan hipersomnia mengalami kesulitan untuk tetap bangun atau terjaga di siang hari dan dapat tertidur kapan saja saat siang hari walaupun sedang bekerja, berkendara, makan, atau mengobrol dengan orang lain. Meskipun begitu, setelah tertidur di siang hari rasa kantuk akan tetap ada. Orang dengan hipersomnia juga dapat memiliki masalah lain yang berkaitan dengan kurang tidur, seperti kurangnya energi sehingga mereka mudah lelah dan tidak dapat berpikir jernih. Pada akhirnya, kondisi ini akan mempengaruhi fungsi sehari-hari.

Hipersomnia berkembang dalam waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan. Menurut National Sleep Foundation, terdapat sekitar 40% orang yang mengalami gejala hipersomnia. Biasanya hipersomnia pertama kali didiagnosis pada penderita saat remaja atau dewasa muda (rerata usia 17-24 tahun). Hipersomnia lebih sering ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki.

 

Penyebab

Hipersomnia dapat berupa kondisi primer atau sekunder. Hipersomnia primer tidak memiliki penyebab khusus, penyakit ini diduga muncul akibat ketidakseimbangan sistem yang mengontrol fungsi tidur dan bangun di otak yang meliputi dopamin, histamin, serotonin, dan gamma-aminobutyric acid (GABA). Hipersomnia primer hanya ditandai dengan adanya rasa lelah yang berlebihan. Sementara itu, hipersomnia sekunder muncul akibat kondisi medis tertentu yang menyebabkan kelelahan atau kurangnya waktu tidur.

Beberapa hal yang dapat menyebabkan hipersomnia, antara lain:

  • Gangguan tidur 
    • Sleep apnea (gangguan pernapasan saat tidur) dapat menyebabkan hipersomnia karena adanya gangguan saat tidur malam, dimana orang dengan sleep apnea sering terbangun pada malam hari akibat gangguan pernapasan
    • Narkolepsi (serangan tidur siang hari)
    • Kurang tidur saat malam
  • Berat badan berlebih
  • Penyalahgunaan obat atau alkohol
  • Penyakit yang memengaruhi saraf
    • Cedera kepala
    • Sklerosis multipel
    • Penyakit Parkinson
    • Infeksi otak
    • Epilepsi
  • Gagal ginjal
  • Hipotiroid atau kekurangan hormon tiroid di tubuh
  • Tumor
  • Sindrom lelah kronis
  • Restless leg syndrome, adanya dorongan yang tidak bisa ditahan untuk menggerakkan kaki
  • Obat-obatan, seperti obat mood stabilizer dan obat alergi
  • Faktor genetik
  • Depresi

 

Faktor Risiko

Kondisi yang menyebabkan seseorang merasa lelah pada siang hari merupakan faktor yang paling sering menyebabkan hipersomnia. Contoh kondisi tersebut adalah adanya sleep apnea, penyakit ginjal, penyakit jantung, penyakit saraf, depresi, dan hipotiroid. Selain itu, menurut American Sleep Association, wanita lebih banyak mengalami hipersomnia dibandingkan pria.

Adanya riwayat keluarga dengan hipersomnia juga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena hipersomnia, dimana 39% orang dengan hipersomnia memiliki riwayat keluarga dengan hipersomnia. Orang yang merokok dan minum alkohol secara rutin juga berisiko mengalami hipersomnia.

 

Gejala

Gejala utama hipersomnia adalah kelalahan dan kantuk berlebihan yang terjadi terus-menerus meskipun sudah tidur siang atau beristirahat. Tidur malam yang panjang (lebih dari 10 jam) juga tidak mengurangi gejala pada siang hari. Selain itu, orang dengan hipersomnia juga sulit untuk bangun dari tidur yang panjang atau tidur siang dan saat bangun sering disertai dengan bingung dan disorientasi. Gejala lain hipersomnia adalah:

  • Kekurangan energi
  • Mudah tersinggung atau marah
  • Cemas
  • Berkurangnya nafsu makan
  • Berpikir dan berbicara dengan lamban
  • Gangguan konsentrasi
  • Gangguan memori (sulit mengingat)
  • Gelisah
  • Halusinasi

 

Diagnosis

Untuk mendiagnosis adanya hipersomnia, dokter akan menanyakan mengenai pola dan kebiasaan tidur, berapa lama Anda tidur saat malam hari, apakah Anda terbangun pada malam hari, apakah Anda mudah tertidur pada siang hari. Dokter juga akan menanyakan apakah Anda memiliki masalah emosional atau mengonsumsi obat-obatan yang dapat mengganggu pola tidur.

Selain itu, dokter juga mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik dan beberapa pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah, pemeriksaan radiologi seperti CT scan jika ada indikasi misalnya cedera otak, dan pemeriksaan tidur yang disebut polisomnografi. Pada beberapa kasus, dokter dapat melakukan pemeriksaan elektroensefalogram (EEG) yang dapat mengukur aktivitas listrik di otak.

Beberapa pemeriksaan lain yang dapat digunakan dokter untuk mendiagnosis hipersomnia adalah:

  • Diari tidur, catatan waktu tidur dan bangun sepanjang malam untuk melacak pola tidur
  • Skala kantuk Epworth, mengukur tingkat kantuk untuk menentukan seberapa berat gangguan tidur ini memengaruhi kehidupan sehari-hari
  • Multiple sleep latency test, Anda akan dimonitor saat tidur siang untuk menilai tipe dan stadium tidur serta tingkat kantuk Anda
  • Polisomnografi, Anda tidur pada suatu fasilitas penanganan tidur dan akan dipasangkan mesin yang memonitor aktivitas otak, pergerakan mata, pergerakan kaki, detak jantung, level oksigen, dan pernapasan Anda sepanjang malam

Perlu diketahui bahwa hipersomnia tidak sama dengan narkolepsi, yang merupakan kondisi neurologis yang menyebabkan serangan tidur yang tidak terhindarkan pada siang hari. Hal ini berbeda dengan hipersomnia, dimana seseorang masih bisa tetap terjaga meskipun merasa sangat ngantuk atau lelah.

 

Tatalaksana

Kondisi hipersomnia dapat diterapi dengan beberapa obat yang diresepkan oleh dokter. Pilihan terapi akan disesuaikan dengan keadaan masing-masing orang. Obat yang dapat digunakan antara lain adalah obat stimulan yang meningkatkan sistem saraf pusat untuk membantu pasien merasa lebih terjaga. Selain itu, obat antidepresan juga menjadi pilihan terapi, karena penderita hipersomnia bisa mengalami stres dan depresi akibat gangguan yang ditimbulkan kondisinya dalam kehidupan sehari-hari.

Jika penyebab hipersomnia Anda adalah sleep apnea, maka dokter mungkin akan memberikan terapi continuous positive airway pressure atau CPAP. Alat CPAP ini akan menghantarkan aliran udara secara terus menerus ke dalam hidung Anda melalui masker yang menempel pada hidung Anda. Tekanan yang ada dalam aliran udara tersebut akan menjaga saluran napas Anda agar tetap terbuka.

Hal yang dapat Anda lakukan di rumah untuk mengatasi hipersomnia:

  • Cobalah untuk tidur lebih lama pada malam hari
  • Hindari konsumsi alkohol dan kafein
  • Membuat jadwal tidur yang teratur
  • Menghindari aktivitas tertentu yang dapat memicu sulit tidur, terutama saat menjelang tidur malam misalnya bekerja atau aktivitas sosial
  • Diet bernutrisi tinggi untuk mempertahankan energi

 

Komplikasi

Beberapa orang dengan hipersomnia dapat mengurangi gejala dengan perubahan gaya hidup dan obat-obatan yang diresepkan dokter. Namun, beberapa orang gejala tidak dapat benar-benar hilang. Kondisi ini tidak mengancam nyawa namun dapat menyebabkan kehilangan kemampuan untuk berfungsi dengan baik dalam keluarga, lingkungan sosial, lingkungan kerja yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas hidup seseorang. Pada beberapa kasus rasa kantuk dapat membahayakan nyawa jika terjadi saat berkendara.

 

Pencegahan

Tidak ada hal yang dapat dilakukan untuk mencegah hipersomnia primer. Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terkena hipersomnia dengan membuat suasana tidur yang nyaman dan menghindari alkohol, menghindari bekerja sampai larut malam, dan menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan ngantuk.

 

Kapan ke Dokter

Jika Anda mengalami gejala hipersomnia apalagi mengalami kesulitan dalam aktivitas sehari-hari akibat gejala tersebut, maka Anda disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter.

Writer : dr Tea Karina Sudharso
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Senin, 7 Februari 2022 | 16:37

Sleep and Hypersomnia. WebMD. (2022). Retrieved 5 February 2022, from https://www.webmd.com/sleep-disorders/hypersomnia.

Hypersomnia: Causes, Symptoms, and More. Healthline. (2022). Retrieved 5 February 2022, from https://www.healthline.com/health/hypersomnia#prevention.

Hypersomnia Information Page | National Institute of Neurological Disorders and Stroke. Ninds.nih.gov. (2022). Retrieved 5 February 2022, from https://www.ninds.nih.gov/Disorders/All-Disorders/Hypersomnia-Information-Page.

Idiopathic hypersomnia - Symptoms and causes. Mayo Clinic. (2022). Retrieved 5 February 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hypersomnia/symptoms-causes/syc-20362332.

Hypersomnia: Symptoms, Causes & Treatment. Cleveland Clinic. (2022). Retrieved 5 February 2022, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21591-hypersomnia.