Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif / ADHD

Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif / ADHD

Bagikan :


Definisi

Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) atau gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif adalah gangguan perkembangan yang terkait dengan kesulitan dalam memusatkan perhatian, hiperaktif, dan/atau impulsif yang berkelanjutan. Gejala ADHD dapat mengganggu aktivitas dan hubungan sehari-hari, termasuk kegiatan di sekolah, pekerjaan, dan bahkan kehidupan rumah tangga. 

ADHD biasanya dimulai pada masa kanak-kanak, sekitar usia 3 hingga 7 tahun, dan dapat berlanjut hingga masa remaja dan dewasa. Anak laki-laki lebih mungkin mengalami ADHD dibandingkan perempuan. Anak-anak dengan ADHD mungkin juga memiliki masalah dengan kepercayaan diri yang rendah, dan kinerja yang buruk di sekolah. Gejala terkadang berkurang seiring bertambahnya usia. Namun, pada beberapa kasus, gejala tidak sepenuhnya teratasi. Penderita ADHD mungkin juga memiliki masalah tambahan, seperti gangguan tidur dan kecemasan.

 

Penyebab

Penyebab pasti dari ADHD masih belum sepenuhnya dipahami, meskipun kombinasi beberapa faktor dianggap berperan, seperti:

  • Faktor genetik

ADHD cenderung diturunkan dalam keluarga dan dalam banyak kasus, diperkirakan gen yang diwarisi dari orang tua merupakan faktor penting dalam kemunculan gangguan ini. Penelitian menunjukkan bahwa orang tua dan saudara kandung dari seseorang dengan ADHD cenderung dapat menderita ADHD. Namun, proses pewarisan ADHD cenderung kompleks dan tidak dianggap terkait dengan kesalahan satu gen tunggal saja.

  • Fungsi dan struktur otak

Penelitian telah meneliti sejumlah kemungkinan perbedaan otak orang dengan ADHD dengan orang normal, meskipun hasilnya masih belum jelas. Misalnya, penelitian dengan pemindaian otak menunjukkan bahwa area otak tertentu mungkin lebih kecil pada orang dengan ADHD, sedangkan area lain mungkin lebih besar. Penelitian lain menunjukkan bahwa orang dengan ADHD mungkin memiliki ketidakseimbangan tingkat neurotransmitter (senyawa kimia untuk komunikasi antar sel otak) di otak, atau mungkin tidak bekerja dengan baik.

 

Faktor Risiko

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk menderita ADHD, antara lain:

  • Memiliki riwayat keluarga dengan ADHD atau gangguan kesehatan jiwa lainnya
  • Paparan racun lingkungan, seperti timbal, ditemukan terutama pada cat dan pipa di gedung-gedung tua
  • Gizi buruk
  • Infeksi
  • Kebiasaan merokok
  • Konsumsi alkohol dan penyalahgunaan obat selama kehamilan
  • Anak lahir prematur (sebelum minggu ke-37 kehamilan) atau dengan berat badan lahir rendah
  • Memiliki riwayat epilepsi
  • Cedera otak atau kelainan otak, baik selama di dalam kandungan atau setelah lahir. Kerusakan pada otak bagian depan, yang disebut lobus frontal, dapat menyebabkan masalah dalam mengendalikan impuls dan emosi.

 

Gejala

Gejala ADHD biasanya dimulai sebelum usia 12 tahun, dan pada beberapa kasus, sudah mulai terlihat sejak usia 3 tahun. Gejala ADHD bisa ringan, sedang atau berat, dan bisa berlanjut hingga dewasa.

Terdapat tiga tipe dari gejala ADHD, yaitu dominan berkurangnya perhatian, dominan perilaku hiperaktif/impulsif, serta kombinasi dari keduanya. Berikut gejala yang dapat muncul dari masing-masing tipe gejala.

Gejala penurunan perhatian

  • Tidak bisa memperhatikan detail dengan cermat atau membuat kesalahan yang ceroboh dalam tugas sekolah
  • Mengalami kesulitan untuk tetap fokus dalam tugas atau bermain
  • Tampak tidak mendengarkan, bahkan ketika diajak bicara secara langsung
  • Mengalami kesulitan mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas sekolah atau pekerjaan rumah
  • Memiliki masalah dalam mengatur tugas dan aktivitas
  • Menghindari atau tidak suka tugas yang membutuhkan upaya untuk fokus, seperti pekerjaan rumah
  • Kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk mengerjakan tugas atau aktivitas, misalnya kacamata, buku, tugas sekolah, pensil
  • Mudah terganggu
  • Lupa melakukan beberapa kegiatan sehari-hari

Gejala perilaku hiperaktif dan impulsif

  • Tampak gelisah dengan sering menggerakan tangan atau kakinya, atau menggeliat di kursi
  • Mengalami kesulitan untuk tetap duduk di kelas atau dalam situasi lain
  • Selalu aktif bergerak
  • Berlari atau memanjat dalam situasi yang tidak tepat
  • Mengalami kesulitan bermain atau melakukan aktivitas dengan tenang
  • Terlalu banyak bicara
  • Memotong pertanyaan, dan selalu ingin menjawab sebelum ditanya
  • Mengalami kesulitan dalam menunggu giliran
  • Menyela atau mengganggu percakapan, permainan, atau aktivitas orang lain

Ada juga penderita ADHD yang mengalami kombinasi dari dua tipe kelompok gejala di atas. Selain itu, gejala ADHD dapat berubah seiring bertambahnya usia. Pada orang dewasa gejalanya dapat berupa:

  • Sering terlambat atau lupa sesuatu
  • Kecemasan
  • Kurang percaya diri
  • Bermasalah di tempat kerja
  • Kesulitan mengendalikan amarah
  • Perilaku impulsif
  • Penyalahgunaan atau kecanduan zat/obat terlarang
  • Kesulitan untuk tetap teratur
  • Kebiasaan menunda
  • Mudah frustrasi
  • Sering bosan
  • Sulit berkonsentrasi saat membaca
  • Perubahan suasana hati
  • Depresi
  • Masalah dalam hubungan

 

Diagnosis

Dalam mendiagnosis ADHD, dokter mungkin akan melakukan beberapa pemeriksaan, mulai dari anamnesis atau wawancara mendalam pada pasien, pemeriksaan fisik, serta melakukan pemeriksaan penunjang bila diperlukan. 

Dokter bisa mewawancarai anggota keluarga, guru dari anak, atau orang lain yang mengenal anak dengan baik, seperti pengasuh atau babysitter anak. Langkah ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam mendiagnosa penyakit, seperti masalah medis atau gejala yang dialami, riwayat kesehatan pribadi dan keluarga, catatan di sekolah, serta mencari faktor-faktor risiko yang mungkin dimiliki.

Selain itu, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan fisik dan penilaian neurologis (saraf) yang mencakup pemeriksaan penglihatan, pendengaran, dan keterampilan verbal dan motorik, untuk membantu menyingkirkan kemungkinan adanya penyakit lain yang mendasari munculnya gejala. Penggunaan kuesioner ADHD Rating Scale juga bisa dipakai untuk membantu mengumpulkan dan mengevaluasi informasi tentang gejala anak.

 

Tatalaksana

Tatalakasana ADHD biasanya mencakup terapi perilaku, pengobatan, atau keduanya. Jenis terapi termasuk psikoterapi, atau terapi bicara. Dengan terapi bicara, Anda atau anak Anda akan mendiskusikan bagaimana ADHD memengaruhi hidup Anda dan cara-cara untuk membantu Anda mengelolanya. Jenis terapi lainnya adalah terapi perilaku. Terapi ini dapat membantu Anda atau anak Anda belajar bagaimana memantau dan mengelola perilaku Anda.

Obat juga bisa sangat membantu ketika Anda menderita ADHD. Obat ADHD dirancang untuk memengaruhi senyawa kimia di otak sehingga memungkinkan Anda mengontrol impuls dan tindakan dengan lebih baik. Dua jenis obat utama yang digunakan untuk mengobati ADHD adalah golongan stimulan dan nonstimulan.

Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat ADHD yang paling sering diresepkan. Obat ini bekerja dengan meningkatkan jumlah senyawa kimia di otak, yaitu dopamin. Jika stimulan tidak bekerja dengan baik atau menyebabkan efek samping yang mengganggu bagi Anda atau anak Anda, dokter mungkin menyarankan obat nonstimulan. Obat nonstimulan tertentu bekerja dengan meningkatkan kadar senyawa norepinefrin di otak.

Selain obat-obatan, beberapa cara telah disarankan untuk membantu memperbaiki gejala ADHD, seperti:

  • Makan makanan bergizi seimbang
  • Beraktivitas fisik setidaknya 60 menit per hari
  • Tidur yang cukup
  • Membatasi waktu layar harian dari ponsel, komputer, dan TV
  • Terapi komplementer seperti yoga, tai chi, meditasi, dan menghabiskan waktu di luar ruangan juga dapat membantu meredakan gejala

 

Komplikasi

ADHD dapat membuat kesulitan dalam hidup seorang anak dan dapat menyebabkan:

  • Anak sering kesulitan di dalam kelas, yang dapat menyebabkan kegagalan akademik dan dirundung oleh anak-anak dan orang dewasa lainnya
  • Cenderung mengalami lebih banyak kecelakaan dan cedera daripada anak-anak yang tidak menderita ADHD
  • Cenderung memiliki percaya diri yang rendah
  • Lebih cenderung mengalami kesulitan berinteraksi dengan dan diterima oleh teman sebaya dan orang dewasa
  • Memiliki peningkatan risiko penyalahgunaan alkohol dan narkoba dan perilaku nakal lainnya

 

Pencegahan

Belum diketahui cara pencegahan yang spesifik terhadap timbulnya ADHD. Beberapa hal yang dapat membantu mengurangi risiko ADHD pada anak Anda antara lain:

  • Hindari hal yang dapat membahayakan janin selama kehamilan, seperti alkohol, narkoba, atau merokok.
  • Lindungi anak Anda dari paparan polutan dan racun, termasuk asap rokok dan cat timbal.
  • Batasi waktu menatap layer gadget. Meskipun masih belum terbukti, mungkin lebih baik bagi anak-anak untuk menghindari paparan berlebihan terhadap TV dan video game dalam lima tahun pertama kehidupan.

 

Kapan Harus ke Dokter

Jika Anda khawatir anak Anda menunjukkan gejala-gejala ADHD, konsultasikan dengan dokter untuk melakukan evaluasi medis terlebih dahulu untuk memeriksa kemungkinan penyebab lain dari gejala yang anak Anda alami.

Writer : dr Dedi Yanto Husada
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Selasa, 30 Juli 2024 | 09:07

Angel, T. Everything You Need to Know About ADHD. (2021). Retrieved 5 Februari 2022, from https://www.healthline.com/health/adhd

Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) in Children. (2019). Retrieved 5 Februari 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/adhd/symptoms-causes/syc-20350889

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). (2021). Retrieved 5 Februari 2022, from https://www.nhs.uk/conditions/attention-deficit-hyperactivity-disorder-adhd/

Bhargava, H. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). (2021). Retrieved 5 Februari 2022, from https://www.webmd.com/add-adhd/childhood-adhd/attention-deficit-hyperactivity-disorder-adhd

CDC. What is ADHD?. (2021). Retrieved 5 Febuari 2022, from https://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/facts.html

National Institute of Mental Health. Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder in Children and Teens: What You Need to Know. (2021). Retrieved 5 Februari 2022, from https://www.nimh.nih.gov/health/publications/attention-deficit-hyperactivity-disorder-in-children-and-teens-what-you-need-to-know

Parekh, R. What is ADHD?. (2017). Retrieved 5 Februari 2022, from https://www.psychiatry.org/patients-families/adhd/what-is-adhd