Inkontinensia Urin

Credit: istockphoto.

Bagikan :


Definisi

Inkontinensia urin adalah kondisi dimana seseorang kehilangan kontrol atas kandung kemihnya, sehingga urin keluar secara tidak disengaja atau mengompol. Kondisi ini umum ditemukan pada banyak orang-orang di seluruh belahan dunia. Tingkat keparahan kondisi pun bervariasi, urin keluar tidak sengaja hanya saat batuk atau bersin sampai di tingkat dimana Anda mendadak sangat ingin buang air kecil, dan urin keluar sebelum Anda sempat ke kamar mandi.

Inkontinensia urin cukup sering ditemukan pada lansia, memengaruhi 38 - 55% wanita yang berusia di atas 60 tahun. Kondisi ini juga dua kali lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Namun begitu, inkontinensia urin bukanlah sebuah konsekuensi pasti dari penuaan. Bila kondisi ini memengaruhi aktivitas Anda sehari-hari, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter. Pada sebagian besar orang, perubahan diet atau konsumsi makanan serta gaya hidup bisa memperbaiki keluhan dari inkontinensia urin.

 

Penyebab

Terdapat beberapa jenis dari inkontinensia urin. Penyebab dari inkontinensia urin pun berbeda-beda pada setiap tipenya, bisa dilihat di bawah ini.

1. Inkontinensia Stres

Inkontinensia stres merupakan kondisi keluarnya urin yang tidak disengaja akibat adanya tekanan pada kandung kemih. Peningkatan tekanan ini biasanya terjadi ketika Anda batuk, bersin, tertawa, berolahraga, atau saat mengangkat benda berat. Tekanan pada kandung kemih lebih besar dibandingkan dengan kemampuan uretra (saluran keluarnya urin untuk keluar dari tubuh) untuk tetap menutup, sehingga urin dapat keluar. 

Kelemahan pada otot uretra dan otot dasar panggul yang berperan untuk mencegah buang air kecil bisa menjadi penyebab inkontinensia urin. Inkontinensia ini tidak berhubungan dengan perasaan stress. 

2. Inkontinensia Urgensi

Inkontinensia urgensi adalah tipe inkontinensia yang membuat Anda merasa keinginan buang air kecil yang hebat dan Anda tidak bisa menahan keluarnya urin sampai mengompol. Biasanya kondisi ini disebabkan oleh aktivitas otot detrusor (otot yang mengontrol kandung kemih) yang berlebihan. Anda bisa sering buang air kecil, bahkan di malam hari. Inkontinensia urgensi juga bisa disebabkan oleh infeksi saluran kemih, gangguan saraf, pembesaran kelenjar prostat jinak, atau diabetes.

3. Inkontinensia Overflow

Kondisi ini biasanya membuat Anda tidak bisa mengosongkan kandung kemih sepenuhnya ketika buang air kecil, sehingga Anda sering mengompol atau mengalami air kencing yang sering menetes. Inkontinensia ini seringnya disebabkan oleh sumbatan pada kandung kemih yang mengakibatkan aliran kandung kemih tidak lancar. Hal ini menyebabkan urin menumpuk dan bocor. Kandung kemih dapat tersumbat oleh pembesaran kelenjar prostat, batu kandung kemih, penyempitan uretra, maupun sembelit.

4. Inkontinensia Total

Bila kandung kemih tidak bisa menyimpan urin sama sekali, urin akan lewat terus menerus. Hal ini akan membuat Anda untuk buang air kecil atau mengompol terus-menerus, sebuah kondisi yang disebut dengan inkontinensia total. Hal ini dapat disebabkan oleh kelainan bawaan kandung kemih, cedera saraf tulang belakang, atau adanya saluran kecil (fistula) di antara kandung kemih dengan area di sekitarnya.

 

Inkontinensia urin juga bisa disebabkan oleh obat-obatan tertentu. Obat yang dapat menyebabkan inkontinensia urin meliputi:

  • Obat anti hipertensi (golongan penghambat angiotensin converting enzyme)
  • Obat diuretik yang meningkatkan pengeluaran urin
  • Antidepresan
  • Terapi pengganti hormon
  • Obat sedatif

 

Faktor Risiko

Terdapat beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko terjadinya inkontinensia urin, yaitu:

  • Riwayat keluarga dengan inkontinensia, Anda dapat lebih berisiko mengalami inkontinensia urin jika terdapat anggota keluarga yang mengalami hal yang sama.
  • Inkontinensia urin lebih sering ditemukan pada orang usia pertengahan dan semakin meningkat pada orang yang berusia ≥80 tahun.
  • Lower urineary tract syndrome (LUTS), atau sindrom gejala gangguan buang air kecil. Sekumpulan gejala ini terdiri dari masalah:
    • Iritatif
      • Peningkatan rasa ingin BAK
      • Peningkatan frekuensi BAK
      • Tidak bisa menahan BAK
      • BAK berlebihan di malam hari
    • Pengosongan kandung kemih
      • BAK menetes-netes 
      • BAK tidak lampias atau tidak puas
      • Harus menunggu lama atau mengejan untuk BAK

 

Gejala

Gejala dari inkontinensia urin beragam, antara lain:

  • Inkontinensia stres
    • Buang air kecil yang tidak bisa tertahan saat terjadi peningkatan tekanan pada perut dan kandung kemih.
    • Biasanya hal ini terjadi saat batuk, tertawa, naik tangga, mengangkat beban berat, dan olahraga.
    • Jumlah urin yang keluar biasanya sedikit, namun terkadang lebih banyak, terutama jika kandung kemih sedang penuh.
  • Inkontinensia urgensi
    • Merasakan keinginan buang air kecil yang mendadak dan sangat intens.
    • Umumnya mereka tidak dapat menahannya, terkadang mereka hanya dapat menahanya selama beberapa detik sebelum urin keluar sendiri (mengompol) dan sebelum sampai ke toilet.
    • Inkontinensia ini juga dapat terjadi saat sedang berhubungan intim, terutama saat orgasme. Pada inkontinensia ini, keinginan buang air kecil dapat dicetuskan oleh perubahan posisi yang tiba-tiba atau bahkan oleh suara air mengalir.
  • Inkontinensia overflow
    • Ditandai dengan volume kecil urin yang keluar sedikit demi sedikit dan sangat sering.
    • Anda juga bisa merasa lampias saat buang air kecil
    • Terdapat perasaan seakan-akan kandung kemih tidak pernah seutuhnya kosong, Anda tidak dapat mengosongkannya meskipun sudah mencoba.
  • Inkontinensia total
    • Pada kondisi ini, kandung kemih tidak dapat menampung urin sama sekali, sehingga urin akan keluar secara konstan atau sering dengan volume yang besar.
 
  •  

 

Diagnosa

Dokter akan bertanya secara mendetail terkait keluhan yang Anda rasakan. Dokter juga bisa melakukan pemeriksaan fisik pada tubuh Anda. Dokter mungkin juga akan menyarankan Anda untuk menulis diari mengenai banyak cairan yang Anda minum dan frekuensi buang air kecil sehari-hari. Selain itu, terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan, seperti:

  • Urinalisis, pemeriksaan urin secara mikroskopis dan makroskopis.
  • Tes residu urin setelah buang air kecil, akan diperiksa jumlah urin yang tersisa dalam kandung kemih setelah Anda BAK.
  • Sistoskopi, prosedur untuk melihat kandung kemih dengan memasukkan selang kecil yang terpasang kamera ke dalam uretra.
  • Tes urodinamik, prosedur untuk melihat bila kerja kandung kemih, otot saluran kemih, serta uretra dalam menyimpan dan mengeluarkan urin.

 

Tata Laksana

Tata laksana untuk inkontinensia terdiri dari manajemen gaya hidup dan prosedur operasi. Pada tahap awal, dokter mungkin akan merekomendasikan beberapa cara sederhana untuk membantu meringankan gejala seperti:

  • Perubahan gaya hidup seperti menurunkan berat badan serta mengurangi kafein dan alkohol.
  • Latihan otot panggul untuk menguatkan otot panggul.
  • Latihan kandung kemih (bladder training), dimana seseorang akan belajar menunggu lebih lama untuk mengeluarkan urin disaat ingin BAK.

Selain itu, produk-produk seperti alas penyerap urin dan tempat tampung urin dapat bermanfaat. Jika setelah melakukan perubahan gaya hidup gejala masih tetap tidak dapat dikontrol, maka dokter dapat merekomendasikan pemberian obat-obatan. Prosedur operasi juga dapat dipertimbangkan menjadi pilihan untuk mengatasi inkontinensia urin yang menetap. 

 

Komplikasi

Komplikasi yang bisa terjadi akibat inkontinensia urin adalah:

  • Infeksi saluran kemih.
  • Masalah kulit. Penderita inkontinensia urin lebih mungkin mengalami luka, ruam, atau infeksi kulit karena kulit terus menerus lembap. Hal ini buruk untuk penyembuhan luka dan juga memicu pertumbuhan jamur.
  • Gangguan fungsi ginjal.
  • Gangguan psikologis dan fungsi sosial.

 

Pencegahan

Inkontinensia urin tidak selalu dapat dicegah, namun terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi risiko munculnya kondisi tersebut. Cara tersebut adalah:

1. Menjaga berat badan ideal

Karena obesitas meningkatkan risiko inkontinensia urin, makan risiko ini akan turun jika Anda mengontrol berat badan melalui olahraga teratur dan pola makan yang sehat. Anda dapat menggunakan kalkulator berat badan sehat untuk melihat apakah Anda memiliki berat badan yang sehat atau tidak.

2. Mengurangi atau menghentikan konsumsi alkohol dan minuman berkafein

Tergantung masalah kandung kemih yang Anda alami, dokter mungkin akan memberikan saran mengenai jumlah cairan yang harus Anda minum. Jika Anda memiliki inkontinensia urin, usahakan untuk mengurangi:

    • Alkohol
    • Minuman berkafein seperti teh, kopi
    • Minuman bersoda seperti kola

Minuman-minuman seperti ini dapat menyebabkan ginjal memproduksi lebih banyak urin dan mengiritasi kandung kemih. Rekomendasi batas konsumsi alkohol setiap minggunya adalah sebanyak 14 unit atau 140 ml. Jika Anda sering BAK di malam hari, cobalah untuk minum lebih sedikit pada saat mendekati jam tidur. Namun, pastikan Anda tetap meminum jumlah air yang cukup pada siang hari.

3. Tetap aktif dan pastikan otot panggul Anda tetap kuat

Kehamilan dan persalinan akan melemahkan otot yang mengontrol aliran urin dari kandung kemih. Jika Anda hamil, menguatkan otot panggul dapat membantu mencegah inkontinensia urin. Latihan otot panggul untuk menguatkan otot panggul dapat berguna untuk semua orang.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Keluhan inkontinensia urin bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Pada pria, gangguan buang air kecil juga bisa menjadi salah satu gejala adanya pembesaran kelenjar prostat. Anda disarankan untuk berkonsultasi ke dokter jika Anda memiliki inkontinensia urin.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : dr Tea Karina Sudharso
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 21:34

Urinary incontinence. (2022). Retrieved 28 June 2022, from https://www.nhs.uk/conditions/urinary-incontinence/

Urinary incontinence - Symptoms and causes. (2022). Retrieved 28 June 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/urinary-incontinence/symptoms-causes/syc-20352808

Urinary Incontinence: Practice Essentials, Background, Anatomy. (2022). Retrieved 28 June 2022, from https://emedicine.medscape.com/article/452289-overview