Asma Bronkial

Bagikan :


Definisi

Asma adalah gangguan pernapasan yang bersifat reversibel (sementara), disebabkan oleh peradangan kronis pada saluran pernapasan. Peradangan kronis ini menyebabkan saluran pernapasan menyempit, sehingga seseorang dengan asma sulit untuk mengeluarkan napas (ekspirasi). Penyempitan saluran napas ini juga menyebabkan beberapa gejala khas asma, antara lain suara napas mengi (suara napas dengan frekuensi tinggi, sering disebut "ngik-ngik"), batuk, dan dada terasa berat.

Asma merupakan kondisi yang cukup sering dialami. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan prevalensi asma pada semua umur di Indonesia adalah 4,5%. Penelitian lain yang menggunakan kuesioner ISAAC menunjukkan prevalensi asma pada anak usia 6–7 tahun di Indonesia mencapai 3–8% dan usia 13–14 tahun adalah sekitar 2,6–24,4%. Sedangkan serangan asma dialami oleh sekitar 63,1% orang yang didiagnosis mengalami asma.

Asma tidak dapat disembuhkan, namun gejalanya dapat dikontrol sehingga tidak mengganggu kehidupan sehari-hari. Gejala asma juga dapat berubah seiring waktu, sehingga Anda perlu berkonsultasi kepada dokter Anda untuk penyesuaian terapi.

 

Penyebab

Asma disebabkan oleh peradangan kronis pada saluran pernapasan, di mana terjadi interaksi kompleks antara sel-sel penyusun dinding saluran pernapasan dan sel mediator inflamasi (pencetus peradangan). Peradangan dapat dicetuskan oleh berbagai hal, antara lain debu rumah, hewan peliharaan, infeksi saluran napas akibat virus, aktivitas fisik, udara dingin, polusi udara, asap rokok, obat-obatan tertentu (penyekat beta, aspirin, OAINS), emosi, dan GERD.

Paparan saluran napas terhadap iritan tersebut memicu peradangan yang menyebabkan:

  • Bronkokonstriksi, yaitu penyempitan saluran pernapasan akibat kontraksi otot di sekitar saluran tersebut. Penyempitan ini bersifat reversibel (sementara) dan dapat membaik dengan obat bronkodilator (untuk melebarkan saluran pernapasan) atau secara spontan.
  • Produksi mukus (lendir) berlebih
  • Pembengkakan saluran pernapasan
  • Penebalan dinding jalan napas akibat airway remodelling. Jika asma terus-menerus terjadi tanpa pengobatan, bronkokonstriksi yang terjadi dapat menetap dan tidak respon terhadap obat bronkodilator. 

 

Faktor Risiko

Faktor yang dapat meningkatkan risiko mengalami asma antara lain:

  • Memiliki keluarga dengan asma, seperti orang tua dan saudara kandung
  • Memiliki alergi lainnya, seperti dermatitis atopi atau rhinitis alergi
  • Memiliki berat badan berlebih (overweight)
  • Perokok aktif maupun pasif
  • Terpapar terhadap iritan, seperti aroma menyengat dan polusi
  • Terpapar terhadap iritan okupasional, seperti zat kimia yang digunakan pada pertanian, bekerja di salon, atau industri tekstil

 

Gejala

Gejala asma bervariasi pada setiap orang. Beberapa orang hanya mengalami serangan asma pada kondisi tertentu, seperti ketika berolahraga atau sedang emosi. Beberapa orang lainnya mengalami gejala asma sepanjang hari sehingga mengganggu waktu tidur.

Gejala dari asma antara lain:

  • Sesak dan sulit bernapas
  • Nyeri dada atau chest tightness
  • Terdengar suara mengi ketika membuang napas, yang merupakan tanda asma yang paling sering dijumpai pada anak-anak
  • Sulit bernapas karena sesak, batuk, atau mengi
  • Batuk atau mengi memberat ketika mengalami infeksi saluran napas atas

Tanda asma mengalami perburukan antara lain:

  • Tanda dan gejala asma semakin sering muncul dan mengganggu aktivitas sehari-hari
  • Semakin sulit bernapas, yang secara objektif diukur dengan pemeriksaan fungsi paru
  • Semakin sering menggunakan obat-obatan pelega

Pada beberapa orang, gejala asma semakin memberat pada lingkungan tertentu, seperti ketika udara dingin dan kering, terpapar iritan (aroma menyengat, gas, atau debu), dan terpapar alergen (serbuk sari, debu rumah, atau bulu hewan).

 

Diagnosis

Dokter Anda akan mendiagnosis asma berdasarkan gejala yang Anda alami, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dokter akan menanyakan mengenai riwayat keluarga, seberapa sering Anda mengalami gejala asma, riwayat serangan asma, riwayat dirawat di rumah sakit, dan obat-obatan yang Anda konsumsi saat ini. Dokter perlu membedakan asma dengan penyakit lain, seperti Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), infeksi saluran napas, dan bronkiektasis.

Terdapat beberapa metode pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis asma, antara lain:

  • Spirometri. Spirometri merupakan pemeriksaan fungsi paru yang berfungsi untuk memperkirakan diameter saluran pernapasan Anda. Perhitungan ini dilakukan dengan mengukur volume udara yang Anda keluarkan setelah menarik napas dalam 1 menit. Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan obat bronkodilator, untuk membedakan asma dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). Jika hasil pemeriksaan spirometri membaik setelah menggunakan bronkodilator, hal tersebut menunjukkan sifat reversibilitas yang menjadi ciri khas asma.
  • Arus puncak ekspirasi (APE). APE berfungsi untuk menentukan reversibilitas dan variabilitas pernapasan. Pemeriksaan ini lebih mudah dilakukan dibandingkan spirometri dan umumnya dilakukan di IGD.

Berdasarkan gejala dan pemeriksaan penunjang tersebut, dokter akan mengklasifikasikan asma berdasarkan derajat kontrol dan seberapa sering gejala muncul. Kategori yang digunakan, antara lain:

  • Intermiten, gejala asma muncul <1 kali per minggu, gejala malam terjadi ≤2 kali/bulan, dan hasil pemeriksaan faal paru ≥80% prediksi
  • Persisten ringan, gejala asma muncul >1 kali/minggu tetapi <1 kali/hari, mengalami serangan asma yang mengganggu tidur, gejala malam >2 kali/bulan, dan hasil pemeriksaan faal paru ≥80% prediksi
  • Persisten sedang, gejala asma dialami setiap hari, mengalami serangan asma yang mengganggu tidur, harus menggunakan obat pelega setiap hari, gejala malam >1 kali/minggu, dan hasil pemeriksaan faal paru 60–80% prediksi
  • Persisten berat, gejala asma dialami setiap hari, gejala asma membatasi aktivitas fisik, gejala malam sering dirasakan, dan hasil pemeriksaan faal paru <60% prediksi

Klasifikasi ini bertujuan untuk menentukan rencana pengobatan asma.

 

Tata laksana

Terdapat tiga jenis pengobatan yang digunakan untuk mengatasi gejala asma:

  • Obat pelega. Obat-obatan ini digunakan untuk mengatasi gejala akut atau serangan asma. Obat-obatan ini dapat digunakan untuk mengatasi serangan asma yang disebabkan oleh olahraga. Contoh obat pada kelompok ini adalah kortikosteroid inhalasi, kortikosteroid oral, dan leukotriene modifier.
  • Obat pengontrol. Obat-obatan ini berfungsi untuk mengontrol peradangan yang terjadi pada saluran napas. Dengan menurunkan peradangan tersebut, gejaal asma dan risiko serangan asma juga akan berkurang. Contoh obat ini adalah albuterol, formoterol, SABA, dan ipratropium.
  • Obat add-on diberikan pada pasien dengan gejala persisten walaupun telah menggunakan obat pelega dosis tinggi.

Dokter akan memberikan obat-obatan berdasarkan klasifikasi asma yang Anda dialami. Rangkaian pengobatan akan berubah berdasarkan respon dan gejala.

 

Komplikasi

Komplikasi dari asma, antara lain:

  • Mengganggu aktivitas sehari-hari (sekolah, pekerjaan) dan kualitas tidur
  • Sering cuti atau tidak masuk sekolah ketika mengalami serangan asma
  • Penyempitan permanen pada saluran napas yang memengaruhi pernapasan
  • Dirawat di rumah sakit akibat serangan asma berat
  • Efek samping dari penggunaan obat-obatan asma jangka panjang
  • Serangan asma dapat mengancam jiwa

 

Pencegahan

Asma dapat dicegah dengan mengetahui alergi yang Anda miliki dan menghindari pencetus tersebut. Selain itu, untuk mencegah perburukan asma, Anda perlu melakukan hal-hal berikut:

  • Mengikuti rencana pengobatan yang ditetapkan oleh dokter. Dokter Anda akan memberikan rangkaian pengobatan untuk mengontrol gejala dan mengurangi kejadian serangan asma. Anda perlu mengikuti rencana tersebut dengan baik. Anda juga perlu melakukan pemeriksaan ke dokter secara rutin, karena dokter perlu melakukan penyesuaian pada rangkaian pengobatan tersebut sesuai dengan gejala yang Anda alami.
  • Vaksinasi influenza dan pneumonia. Mendapatkan vaksin terhadap infeksi saluran napas dapat membantu mencegah serangan asma yang dicetuskan oleh infeksi tersebut.
  • Mengenal gejala serangan asma. Dengan mengenal gejala serangan asma, Anda dapat bertindak lebih cepat dan mencegah perburukan.
  • Perhatikan penggunaan obat-obatan Anda. Jika Anda merasa semakin sering menggunakan obat-obatan pelega, Anda perlu berkonsultasi dengan dokter. Hal ini dapat menjadi salah satu tanda awal perburukan kondisi asma Anda.
  • Mengontrol berat badan. Berat badan berlebih merupakan salah satu faktor risiko dari asma.
  • Membersihkan rumah secara rutin agar terhindar dari debu rumah.
  • Menjaga kelembapan udara di rumah.
  • Beraktivitas fisik secara rutin.
  • Mencegah GERD dengan tidak mengonsumsi makanan yang menyebabkan naiknya asam lambung

 

Kapan harus ke dokter?

Serangan asma dapat mengancam jiwa. Segera periksakan diri ke IGD jika Anda mengalami:

  • Sesak napas tiba-tiba
  • Sesak tidak membaik dengan obat pelega
  • Anda merasa sesak setelah melakukan aktivitas ringan

Selain itu, periksakan diri Anda ke dokter jika Anda mengalami gejala asma di atas. Dokter akan memberikan rencana pengobatan dan panduan pemantauan gejala sehingga kondisi Anda tidak semakin memburuk.

Writer : Tannia Sembiring S Ked
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 13:02

Global Initiative for Asthma. (2019). Global strategy for asthma management and prevention updated 2019; Global Initiative for Asthma.

Mayo Clinic Staff. (2020). Asthma. MayoClinic. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/asthma/symptoms-causes/syc-20369653

MedlinePlus. Asthma. (2021). Available from: https://medlineplus.gov/asthma.html

National Health Service. (2021). Asthma. Available from: https://www.nhs.uk/conditions/asthma/