Abses Peritonsillar

Abses Peritonsillar

Bagikan :


Definisi

Abses peritonsillar adalah kumpulan jaringan berisi nanah dalam suatu kantong yang terbentuk di dekat salah satu amandel (tonsil) pada bagian belakang tenggorokan. Amandel, atau tonsil, adalah organ berbentuk oval berwarna merah muda yang terdapat di setiap sisi di belakang tenggorokan Anda. Abses peritonsillar dapat menyebabkan timbulnya rasa sakit, bengkak, dan pada kondisi yang parah bisa menyumbat tenggorokan. Tenggorokan yang tersumbat akan menyebabkan proses menelan, berbicara, dan bahkan bernapas menjadi sulit. Abses peritonsillar disebabkan oleh infeksi bakteri yang biasanya dimulai sebagai komplikasi dari radang tenggorokan atau tonsilitis (radang pada amandel/tonsil) yang tidak diobati. Abses peritonsillar umumnya cukup jarang terjadi, dan lebih mungkin terjadi pada orang dewasa muda, remaja, dan anak-anak. Kasus abses peritonsillar sering terjadi pada awal atau akhir musim dingin, ketika penyakit seperti radang tenggorokan dan tonsilitis paling sering terjadi.

 

Penyebab

Abses peritonsillar paling sering disebabkan karena komplikasi dari tonsilitis. Bakteri penyebab abses peritonsillar mirip dengan yang menyebabkan radang tenggorokan, yaitu golongan Streptococcus grup A. Infeksi bakteri Streptococcus paling sering menyebabkan infeksi pada jaringan lunak di sekitar amandel dan biasanya hanya di satu sisi. Jaringan kemudian diserang oleh bakteri anaerob (bakteri yang dapat hidup tanpa oksigen), yang masuk melalui kelenjar di dekatnya sehingga menyebabkan terbentuknya kumpulan nanah pada jaringan tersebut. Kasus abses peritonsillar sudah mulai jarang terjadi seiring dengan telah digunakannya antibiotik dalam pengobatan radang tenggorokan dan tonsilitis. Selain itu, penyakit Mononucleosis (biasa disebut mono) juga dapat menyebabkan abses peritonsillar, serta infeksi gigi dan gusi. Pada kasus yang lebih jarang, abses peritonsillar mungkin terjadi tanpa didahului adanya infeksi. Hal ini umumnya disebabkan oleh peradangan pada kelenjar Weber, yaitu kelenjar yang berada di bawah lidah dan berfungsi menghasilkan air liur.

 

Faktor Risiko

Abses peritonsillar biasanya timbul sebagai akibat dari tonsilitis. Selain itu, terdapat beberapa kondisi dan penyakit yang dapat meningkatkan risiko Anda menderita abses peritonsillar, yaitu:

  • Infeksi gigi (seperti infeksi gusi periodontitis dan gingivitis)
  • Tonsilitis yang sering berulang dan berlangsung lama
  • Mononukleosis yang menular
  • Merokok
  • Leukemia limfositik kronis (Chronic Lymphocytic Leukemia/CLL)
  • Batu atau deposit kalsium di amandel (tonsilolit)

 

Gejala

Gejala pertama dari abses peritonsillar biasanya berupa rasa sakit pada tenggorokan. Selain itu, gejala-gejala lain akan muncul seiring terbentuknya abses peritonsillar, antara lain:

  • Terdapat area yang meradang dan bengkak di dalam mulut dan tenggorokan dan biasanya hanya di satu sisi
  • Uvula (suatu struktur jaringan yang menggantung tepat di tengah tenggorokan) dapat terdorong menjauh dari sisi mulut yang bengkak
  • Kelenjar getah bening di leher bisa membengkak dan nyeri ketika ditekan
  • Nyeri menelan
  • Demam dan menggigil
  • Kekakuan pada otot rahang (trismus) dan leher (torticollis) sehingga kesulitan membuka mulut sepenuhnya
  • Nyeri pada telinga di sisi yang sama dengan abses
  • Suara yang teredam, sering digambarkan sebagai “hot potato voice” (terdengar seolah-olah terdapat kentang panas di mulut saat Anda berbicara)
  • Kesulitan menelan air liur
  • Sakit kepala
  • Nyeri pada tenggorokan (biasanya lebih buruk di satu sisi)
  • Bau mulut

 

Diagnosis

Dalam mendiagnosis abses peritonsillar, dokter akan mulai dengan melakukan wawancara untuk menanyakan gejala-gejala yang Anda alami, dan juga riwayat tonsilitis sebelumnya. Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, khususnya memeriksa bagian dalam mulut dan tenggorokan untuk mendiagnosis abses peritonsillar. Untuk membantu pemeriksaan, dokter kemungkinan akan menggunakan lampu kecil dan stik penekan lidah (tongue spatula). Adanya pembengkakan dan kemerahan pada salah satu sisi amandel mungkin menunjukkan terdapatnya abses. Dokter juga mungkin menusuk area yang bengkak dengan jarum untuk menentukan apakah terdapat nanah di dalamnya. Jika terdapat nanah, dokter dapat mengumpulkan sampel untuk dikirim ke laboratorium untuk mengidentifikasi bakteri penyebab. Pemeriksaan laboratorium dan rontgent tidak sering digunakan dalam penegakkan diagnosis abses peritonsillar. Terkadang pemeriksaan rontgent, CT-scan, atau USG akan dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit saluran napas atas lainnya, seperti:

  • Epiglotitis, yaitu peradangan pada epiglotis (struktur jaringan pada tenggorokan yang berfungsi mencegah makanan masuk ke tenggorokan).
  • Abses retrofaringeal, yaitu kantong berisi nanah yang terbentuk di belakang jaringan lunak di bagian belakang tenggorokan (seperti abses peritonsil tetapi di lokasi yang berbeda).
  • Selulitis peritonsillar, yaitu infeksi pada jaringan lunak di sekitar tonsil

 

Tata Laksana

Dalam tatalaksana abses peritonsillar, perhatian utama dokter akan tertuju pada keadaan saluran napas dan kemampuan Anda bernapas. Jika Anda mengalami kesulitan dalam bernapas karena tenggorokan Anda yang tersumbat, langkah pertama yang mungkin dilakukan adalah menusukkan jarum ke dalam kantong nanah dan mengeluarkan cairan nanah sehingga Anda bisa bernapas dengan nyaman.

Prinsip tatalaksana abses peritonsillar pada dasarnya adalah dengan mengeluarkan cairan nanah dari abses. Jika abses peritonsillar tidak menimbulkan tersumbatnya jalan napas, dokter akan melakukan pilihan tatalaksana untuk menjaga agar prosedur tidak menimbulkan rasa sakit. Anda akan mendapatkan obat bius lokal yang disuntikkan ke kulit di atas abses, dan jika perlu, obat pereda nyeri dan sedasi (obat tidur) akan diberikan melalui infus pada lengan. Beberapa pilihan tindakan yang dapat dilakukan dokter, antara lain:

  • Aspirasi dengan jarum, dengan menusukkan jarum secara perlahan ke dalam abses dan menarik nanah ke dalam jarum suntik.
  • Insisi dan drainase, dengan menggunakan pisau bedah untuk membuat sayatan kecil di abses sehingga nanah bisa mengalir.
  • Tonsilektomi, yaitu prosedur bedah untuk mengangkat amandel Anda. Tindakan ini mungkin diperlukan jika, karena alasan tertentu, Anda tidak dapat mentolerir prosedur drainase, atau jika Anda memiliki riwayat tonsilitis yang sering berulang.

Selain itu, dokter juga akan memberikan antibiotik. Dosis pertama antibiotik dapat diberikan melalui infus. Penisilin adalah golongan obat terbaik untuk jenis infeksi ini, tetapi jika Anda alergi, beri tahu dokter agar dapat menggunakan antibiotik golongan lain, seperti Eritromisin atau Klindamisin.

 

Komplikasi

Jika ditatalaksana dengan cepat dan tepat, abses peritonsillar biasanya hilang tanpa menimbulkan masalah lebih lanjut. Namun, jika tidak diobati, abses dapat menyebabkan masalah yang lebih serius. Sebagian besar komplikasi terjadi pada penderita diabetes, pada orang dengan sistem kekebalan tubuhnya yang lemah (seperti penderita AIDS, orang yang mengonsumsi obat penekan sistem imun, atau pasien kanker), atau pada penderita yang tidak menyadari keseriusan penyakit dan tidak mengobatinya. Komplikasi utama abses peritonsillar meliputi:

  • Penyumbatan jalan napas
  • Perdarahan
  • Dehidrasi karena kesulitan menelan
  • Infeksi pada jaringan di bawah tulang dada
  • Radang paru-paru (pneumonia)
  • Radang selaput otak (meningitis)
  • Endokarditis (infeksi pada lapisan dalam jantung)
  • Sepsis (infeksi bakteri dalam aliran darah yang dapat menyebar ke seluruh tubuh)
  • Kematian

 

Pencegahan

Belum diketahui cara pasti untuk mencegah timbulnya abses peritonsillar tetapi Anda dapat menurunkan risikonya dengan:

  • Menghindari kebiasaan merokok
  • Mengobati tonsilitis sebelum memburuk (pengobatan dengan antibiotik yang diresepkan dokter dapat membantu mencegah timbulnya komplikasi)
  • Mengobati infeksi mulut, gigi, dan gusi
  • Menjaga kebersihan gigi dengan baik

 

Kapan harus ke Dokter?

Konsultasikan diri Anda ke dokter jika menderita tonsilitis dan Anda mengalami gejala abses peritonsillar. Jika Anda mengalami sakit tenggorokan dan kesulitan menelan, kesulitan bernapas, kesulitan berbicara, mengeluarkan air liur, atau tanda-tanda lain dari kemungkinan obstruksi jalan napas, Anda harus segera pergi ke Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Writer : dr Dedi Yanto Husada
Editor :
  • dr Anita Larasati Priyono
Last Updated : Jumat, 2 Agustus 2024 | 04:35

Eske, Jamie. What to Know About Peritonsillar Abscesses. (2018). Retrieved 2 Maret 2022, from https://www.medicalnewstoday.com/articles/324049

Frisbee, Evan. Peritonsillar Abscess. (2020). Retrieved 2 Maret 2022, from https://www.webmd.com/oral-health/guide/peritonsillar-abcess

Galioto, Nicholas J., et al. Peritonsillar Abscess. (2017). Retrieved 2 Maret 2022, from https://www.aafp.org/afp/2017/0415/p501.html

Gupta, Gunjan, et al. Peritonsillar Abscess. (2021). Retrieved 2 Maret 2022, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519520/

Peritonsillar Abscess. (2020). Retrieved 2 Maret 2022, from https://familydoctor.org/condition/peritonsillar-abscess/

Rogers, Graham. Peritonsillar Abscess. (2018). Retrieved 2 Maret 2022, from https://www.healthline.com/health/peritonsillar-abscess

Shargorodsky, Josef. Peritonsillar Abscess. (2020). Retrieved 2 Maret 2022, from https://www.healthline.com/health/peritonsillar-abscess