Herpes Zoster Oticus

Herpes Zoster Oticus

Bagikan :


Definisi

Herpes zoster oticus atau dikenal juga sebagai Sindrom Ramsay Hunt, merupakan penyakit cacar api yang menyerang saraf telinga dan wajah. Penyakit ini terjadi pada 5 orang per 100.000 penduduk per tahun. Sekitar 7% kelumpuhan saraf wajah yang bersifat akut disebabkan oleh penyakit ini. Sindrom ini dapat terjadi kepada semua usia, terutama orang-orang berusia 70-an hingga 80-an.

 

Penyebab

Herpes zoster oticus terjadi akibat infeksi virus Varicella zoster (VZV), yang merupakan penyebab cacar air. Saat pertama kali terinfeksi virus ini, orang akan mengalami cacar air, atau munculnya lenting di seluruh tubuh. Setelah lenting hilang, virus ini akan berjalan ke sumsum tulang belakang lewat saraf-saraf pengindera (sensorik). Kemudian, virus ini akan tidur di akar-akar saraf, di antaranya saraf yang menggerakkan otot-otot wajah dan mengatur pendengaran. Setelah bertahun-tahun, virus ini dapat aktif kembali dan menyerang saraf-saraf yang berjalan dari ruas sumsum tulang belakang tersebut. Pada herpes zoster telinga, virus menyerang saraf-saraf wajah dan telinga, sehingga terjadi kelumpuhan satu sisi wajah dan kehilangan pendengaran.

 

Faktor Risiko

Herpes zoster oticus dapat terjadi pada semua orang yang pernah mengalami cacar air. Penyakit ini paling sering terjadi pada orang berusia lanjut (di atas 60 tahun). Penyakit ini jarang terjadi pada anak. Kondisi ini tidak menular, namun apabila seseorang yang terkena herpes zoster berada di dekat orang yang belum pernah mengalami cacar air, orang yang belum pernah mengalami cacar air tersebut dapat terkena cacar air. Jika orang tersebut belum divaksin atau memiliki masalah kekebalan tubuh, infeksi virus ini dapat menyebabkan gejala yang cukup parah.

 

Gejala

Gejala Herpes zoster oticus pada umumnya berupa nyeri telinga yang hebat. Selain itu, keluhan lainnya dapat berupa adanya lenting yang terasa nyeri dan seperti terbakar di dekat telinga, wajah, mulut, dan/atau lidah. Penyakit ini menyerang saraf telinga, sehingga dapat muncul gejala pendengaran seperti penurunan pendengaran, telinga berdenging, dan sensitif terhadap suara keras, serta gejala keseimbangan seperti vertigo (pusing berputar), mual, dan muntah. Selain itu, penyakit ini juga menyerang saraf wajah, sehingga gejala yang dapat muncul berupa kelumpuhan satu sisi wajah, kesulitan menutup mata, nyeri mata, dan keluar air mata berlebihan. Nyeri akibat herpes zoster dapat muncul beberapa hari sebelum ruam dan lenting muncul.

 

Diagnosis

Diagnosis Herpes zoster oticus ditegakkan melalui riwayat dan pemeriksaan secara langsung. Orang yang mengalami Herpes zoster oticus pada umumnya ingat bahwa saat kecil mengalami cacar air. Sementara itu, pemeriksaan secara langsung dilakukan dengan mengamati letak lenting, serta melakukan tes untuk mengecek pendengaran dan keseimbangan. Anda dapat diminta untuk mendengarkan bunyi-bunyi, baik dari garpu tala atau dari komputer untuk mengecek pendengaran Anda. Anda juga dapat diminta untuk melakukan berbagai gerakan seiring pemeriksaan dilakukan. Dokter juga dapat memeriksa adanya kelumpuhan satu sisi wajah yang biasanya terjadi bersamaan dengan penurunan pendengaran.

Terapi akan menggunakan obat antivirus, sehingga dokter akan melakukan pemeriksaan laboratorium seperti urea pada darah, kreatinin, darah lengkap, serta elektrolit. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kesanggupan tubuh pasien dalam mencerna, mengolah, dan membuang obat tersebut. Pada orang yang mengalami masalah pada sistem kekebalan tubuh, pemeriksaan antibodi dapat dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang sudah terinfeksi virus Varicella zoster atau belum.

Pemeriksaan pencitraan tidak dilakukan secara rutin pada kondisi ini, karena penyakit ini pada umumnya menyebabkan peradangan pada saraf-saraf tepi.

 

Tata Laksana

Terapi Herpes zoster oticus dapat dilakukan dengan dan tanpa obat-obatan. Obat-obatan yang biasa diresepkan untuk Herpes zoster oticus adalah obat-obatan antivirus, yang perlu diminum selama 7 hari. Obat-obatan ini efektif apabila mulai dikonsumsi pada 72 jam pertama setelah lenting terakhir muncul. Selain itu, obat-obatan lainnya merupakan obat antiradang dan antinyeri, yang berfungsi untuk menurunkan gejala nyeri dan radang pada daerah yang terserang herpes zoster. Infeksi ini biasanya bertahan hingga beberapa minggu atau bulan. Namun, penyakit ini dapat menyisakan nyeri saraf meskipun lentingnya telah hilang. Jika hal ini terjadi, obat-obatan antinyeri dan antidepresan dapat digunakan untuk melegakan nyeri. Selain itu, pembedahan dapat menjadi pilihan untuk menurunkan tekanan pada saraf wajah.

Jika Anda kesulitan menutup kelopak mata, Anda dapat menggunakan pelindung mata (eye patch) agar tidak terjadi goresan pada mata. Selain itu, Anda juga dapat meneteskan air mata buatan sebanyak 6 kali sehari. Air mata buatan dapat membantu mencegah terjadinya cedera pada mata, seperti pengikisan atau luka pada kornea (lapisan bening yang melapisi bagian hitam bola mata), dengan meningkatkan pelumasan mata.

Jika lenting melibatkan mata atau terjadi kerusakan mata akibat tidak dapat menutup kelopak mata, dokter dapat merujuk Anda ke spesialis mata untuk terapi lanjutan.

 

Komplikasi

Komplikasi Herpes zoster oticus dapat berupa komplikasi jangka pendek dan komplikasi jangka panjang. Komplikasi jangka pendek dapat berupa kerusakan kornea, depresi dan kecemasan sosial, serta penularan virus ke orang yang berlum diimunisasi atau memiliki kekebalan tubuh yang lemah. Sementara itu, komplikasi jangka panjang dapat berupa:

  • Kehilangan pendengaran dan kelemahan satu sisi wajah secara permanen. Pada sebagian besar orang, penurunan pendengaran dan kelumpuhan wajah satu sisi akibat kondisi ini hanya berlangsung sementara. Namun, pada sebagian orang lainnya, hal ini dapat menjadi permanen
  • Masalah mata. Kelemahan satu sisi wajah akibat kondisi ini dapat mempersulit Anda untuk menutup kelopak mata. Hal ini dapat berpotensi menyebabkan kerusakan pada kornea. Kerusakan pada kornea dapat menyebabkan nyeri pada mata serta pandangan buram. Apabila hal ini dibiarkan, kerusakan kornea dapat bersifat permanen sehingga menurunkan penglihatan.
  • Neuralgia pascaherpetik. Kondisi ini terjadi ketika infeksi virus merusak serat saraf, yang ditandai dengan nyeri. Sinyal listrik yang melewati saraf ini menjadi berlebihan sehingga menyebabkan rasa nyeri berkepanjangan, bahkan ketika tanda dan gejala Herpes zoster oticus telah hilang.

 

Pencegahan

Pencegahan Herpes zoster oticus adalah dengan imunisasi atau vaksinasi Varisela, yang dapat dilakukan pada masa kecil. Menurut anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2020, imunisasi Varisela dapat dilakukan mulai pada usia 12 bulan. Vaksinasi ini diberikan dua kali, dengan jarak antarvaksin 6 minggu – 3 bulan. Selain pada anak, vaksinasi dapat dilakukan kepada orang-orang yang sudah berusia di atas 50 tahun. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kembali kekebalan tubuh terhadap virus Varicella zoster. Secara umum, vaksinasi ini menurunkan angka infeksi virus Varicella zoster dengan drastis, serta membuat gejala penyakit menjadi jauh lebih ringan. Tidak hanya itu, karena kekebalan tubuh yang lebih baik, risiko aktifnya virus kembali menjadi herpes zoster juga menurun secara drastis.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Segeralah ke dokter apabila Anda mengalami kelumpuhan satu sisi wajah atau adanya lenting berkelompok pada wajah. Sampai di fasilitas kesehatan, Anda akan mendapatkan terapi antivirus dan anti-peradangan apabila gejala muncul kurang dari 72 jam sebelum Anda berkunjung. Terapi ini dapat membantu mencegah komplikasi jangka panjang dari Herpes zoster oticus, yang berpotensi mengganggu Anda dalam pekerjaan sehari-hari.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya, cek di sini ya!

 

Writer : dr Teresia Putri
Editor :
  • dr Anita Larasati Priyono
  • dr. Monica Salim
Last Updated : Senin, 24 Juni 2024 | 07:18