Status Asmatikus

Status Asmatikus

Bagikan :


Definisi

Status asmatikus adalah suatu keadaan asma yang tidak membaik dengan pemberian obat asma pada umumnya. Asma sendiri merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya faktor alergi yang menyebabkan terjadinya penyempitan pada saluran pernapasan sehingga menimbulkan sesak napas. Jika serangan asma terjadi dengan cepat dan tidak merespon dengan pengobatan biasa, dapat menyebabkan timbulnya status asmatikus.  Status asmatikus juga dikenal sebagai eksaserbasi asma berat (serangan asma berat) atau asma berat yang akut. Pada keadaan status asmatikus, gejala sesak napas tidak akan membaik dengan pengobatan asma biasa, seperti obat-obtan inhalasi golongan bronkodilator (pelebar saluran napas). Keadaan ini dapat berlangsung selama beberapa menit atau bahkan bertahan hingga berjam-jam. Status asmatikus dapat menyebabkan timbulnya gagal napas, lama rawat inap yang berkepanjangan, dan bahkan kematian. Maka dari itu, status asmatikus termasuk ke dalam suatu kegawatdaruratan medis yang membutuhkan perawatan segera dan agresif.

Penyebab

Belum diketahui secara pasti penyebab timbulnya status asmatikus pada beberapa penderita asma serta mengapa pengobatan asma tidak memberikan respon terhadap gejala status asmatikus. Akan tetapi status asmatikus biasanya disebabkan oleh pemicu yang sama yang berperan terhadap serangan asma, yang meliputi:

  • Terdapat suatu infeksi pada saluran pernapasan
  • Stres yang berat
  • Cuaca yang dingin
  • Terjadi reaksi alergi yang parah
  • Terdapat polusi udara
  • Paparan terhadap bahan kimia dan zat iritasi lainnya
  • Merokok
  • Timbulnya status asmatikus mungkin juga terkait dengan penyakit asma yang tidak terkontrol, dan seringkali dikarenakan tidak mengikuti rencana perawatan yang ditentukan oleh dokter.

Status asmatikus akan menyebabkan terganggunya proses pertukaran gas pernapasan di paru-paru. Hal ini kemudian menyebabkan kadar oksigen yang lebih rendah dibandingkan kadar karbon dioksida yang lebih tinggi dalam darah, dimana pada kasus yang ekstrim, dapat menyebabkan timbulnya koma (kehilangan kesadaran) dan kematian. Status asmatikus juga dapat menyebabkan udara terperangkap di dalam paru, sehingga menyebabkan peningkatan tekanan di dalam dada yang dapat menimbulkan paru yang mengempis dan bahkan henti jantung.

Faktor Risiko

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penderita asma untuk menderita status asmatikus, antara lain:

  • Riwayat penyakit asma yang tidak terkontrol dengan baik.
  • Kontak atau terpapar dengan pemicu yang menimbulkan serangan asma, seperti debu, panas, dingin, kelelahan, makanan tertentu dan lainnya.
  • Riwayat penggunaan obat pengontrol asma yang tidak rutin digunakan sesuai anjuran dokter.
  • Berjenis kelamin laki-laki.
  • Sering terbangun pada malam hari karena asma.
  • Sesak napas yang tidak hilang dengan penggunaan obat asma secara teratur.
  • Menggunakan satu atau lebih obat inhaler kerja pendek selama sebulan terakhir.
  • Terkena infeksi saluran pernapasan atas.

Gejala

Gejala status asmatikus sering dimulai dengan gejala seperti pada serangan asma biasa, yang awalnya meliputi:

  • Nafas pendek dan dangkal
  • Bunyi mengi
  • Batuk

Namun, pada status asmatikus, gejala akan terus bertambah berat dan dapat disertai gejala lain, seperti:

  • Sulit bernapas
  • Berkeringat banyak
  • Kesulitan berbicara (tidak dapat berbicara dalam kalimat lengkap)
  • Kelelahan dan kelemahan
  • Nyeri otot perut, punggung, atau leher
  • Merasa gelisah, bingung, atau tidak bisa berkonsentrasi
  • Bibir atau kulit berwarna biru
  • Penurunan kesadaran
  • Merasa terengah-engah bahkan ketika sedang berbaring
  • Dada terasa sesak
  • Merasa bahwa Anda perlu duduk atau berdiri untuk bernapas lebih mudah

Diagnosis

Dalam mendiagnosis status asmatikus, dokter akan bertanya tentang gejala yang Anda alami dan seberapa baik Anda dapat bernapas. Dokter juga akan menanyakan apakah Anda mengalami kelelahan atau apakah terdengar bunyi mengi saat Anda menarik napas dan menghembuskan napas. Selain itu, dokter juga akan menanyakan riwayat serangan asma sebelumnya dan juga obat-obat asma yang pernah atau rutin dikonsumsi sebelumnya. Dokter kemudian akan melakukan pemeriksaan fisik, seperti memeriksa denyut nadi Anda dan juga mendengarkan bunyi napas Anda dengan menggunakan stetoskop. Pemeriksaan tambahan lain juga mungkin diperlukan, seperti pemeriksaan saturasi oksigen dengan pulse oxymeter, pemeriksaan spirometry (untuk menilai kapasitas paru), pemeriksaan rontgen dada untuk menyingkirkan pneumonia (radang paru) atau infeksi paru lainnya, pemeriksaan elektrokardiogram untuk menyingkirkan masalah jantung, dll. Berikut beberapa tanda-tanda diagnostik umum pada status asmatikus, yang terdiri dari:

  • Sesak napas saat istirahat
  • Ketidakmampuan untuk berbicara dalam kalimat atau tidak dapat berbicara sama sekali
  • Peningkatan laju pernapasan saat istirahat (lebih dari 30 napas per menit)
  • Peningkatan denyut nadi saat istirahat (lebih dari 120 denyut per menit)
  • Agitasi (gelisah) dan cepat marah
  • Kadar oksigen darah yang rendah (hipoksemia diikuti oleh hipoksia)
  • Berkurangnya kapasitas pernapasan (yang diukur dengan peak flow meter)

Tatalaksana

Setiap serangan asma perlu untuk segera ditatalaksana, termasuk ketika berada di rumah. Jika Anda mengalami suatu serangan asma, segera gunakan obat pelega sesuai petunjuk dari dokter. Jika gejala Anda bertambah parah dan tidak hilang setelah menggunakan obat pelega asma, segera kunjungi fasilitas kesehatan terdekat. Status asmatikus biasanya merupakan suatu kegawatdaruratan medis dan biasanya tidak membaik dengan pengobatan asma pada umumnya sehingga membuatnya cukup sulit untuk diobati. Jika penggunaan obat asma Anda sebelumnya belum berhasil mengatasi gejala yang dialami, dokter mungkin akan tetap mencobanya lagi dalam dosis yang lebih tinggi atau dalam kombinasi dengan pengobatan lain. Tatalaksana status asmatikus biasanya meliputi:

  • Pemberian oksigen
  • Obat-obatan:
    • Bronkodilator inhalasi dosis tinggi, seperti albuterol atau levalbuterol untuk membuka saluran napas Anda
    • Kortikosteroid: tablet, suntikan, atau inhalasi untuk mengurangi peradangan
    • Ipratroprium bromide, suatu jenis bronkodilator lain yang berbeda dari albuterol
    • Suntikan epinefrin
  • Penggunaan mesin ventilator (alat bantu napas) sementara

Dokter mungkin perlu mencoba berbagai perawatan dalam kombinasi satu sama lain sebelum menemukan cara yang dapat mengatasi status asmatikus.

Komplikasi

Terdapat beberapa komplikasi dari status asmatikus yang mungkin terjadi tergantung pada tahap perawatan atau kondisi lain, seperti:

  • Kegagalan atau penghentian pernapasan, dikarenakan saluran napas Anda melebar dan terisi dengan lendir sehingga Anda tidak bisa bernapas.
  • Henti jantung, akibat kurangnya oksigen yang dapat membuat irama jantung Anda terganggu.
  • Hipoksemia, yaitu keadaan dimana tidak terdapat cukup oksigen dalam darah yang apabila terjadi terlalu lama, dapat menyebabkan kerusakan otak atau kematian.
  • Alkalosis respiratorik, akibat kadar karbon dioksida yang rendah dalam darah Anda.
  • Hyperkapnia, yaitu kelebihan kadar karbon dioksida. Seiring perkembangan penyakit, paru Anda juga akan tidak dapat mengeluarkan karbon dioksida, sehingga kadarnya terlalu banyak. Keadaan ini sangat mungkin terjadi jika Anda menggunakan ventilator.
  • Pneumotoraks, yaitu kondisi di mana paru Anda mengalami pengempisan, dan udara bocor ke ruang antara par dan dinding dada Anda.
  • Pneumomediastinum, yaitu keadaan di mana terjadi kebocoran udara dari paru dan masuk ke rongga dada.
  • Efek samping dari obat-obatan, seperti Teofilin, obat yang dapat membantu membuka saluran napas Anda, tetapi dapat memiliki efek negatif pada bagian lain tubuh Anda.
  • Kematian

Pencegahan

Belum diketahui cara untuk sepenuhnya mencegah status asmatikus jika Anda menderita asma. Namun, terdapat beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi risiko memilikinya. Langkah terpenting adalah tetap mengikuti saran dan pengobatan yang direkomendasikan oleh dokter Anda. Bahkan ketika gejala Anda tampaknya membaik dan Anda tidak mengalami gejala apa pun, jangan hentikan obat apa pun sampai dokter Anda memberi tahu Anda untuk menghentikannya. Tindakan pencegahan lain yang dapat Anda lakukan meliputi:

  • Memantau pemicu timbulnya asma. Cobalah untuk mencatat daftar benda, situasi atau aktivitas tertentu yang sering menimbulkan serangan asma Anda. Hal ini dapat membantu Anda untuk menghindarinya di masa depan.
  • Membawa obat inhaler dimana pun. Selalu bawa obat inhaler untuk keadaan darurat, terutama jika Anda bepergian dan bawalah beberapa obat tambahan lainnya.
  • Minta bantuan teman dan keluarga. Beri tahu orang-orang yang dekat dengan Anda agar mereka mengenali tanda-tanda serangan asma yang parah dan mengapa mereka harus membawa Anda ke rumah sakit jika mereka melihat Anda sedang mengalaminya. Orang yang tidak menderita asma mungkin tidak menyadari betapa seriusnya kondisi Anda.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera kunjungi IGD (Instalasi Gawat Darurat) jika Anda mengalami gejala asma (sesak napas, bunyi mengi, batuk) yang tidak dapat diatasi dengan obat inhaler asma yang biasa Anda gunakan. Status asmatikus merupakan siatu kegawatdaruratan medis sehingga semakin cepat Anda mendapat pengobatan, akan semakin mengurangi risiko komplikasi yang terjadi.

Writer : dr Dedi Yanto Husada
Editor :
  • dr Ayu Munawaroh, MKK
Last Updated : Sabtu, 15 April 2023 | 02:01

Chakraborty, Rebenta K. et. al. Status Asthmaticus. (2021). Retrieved 23 Februari 2022, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK526070/

DerSarkissian, Carol. Status Asthmaticus (Severe Acute Asthma). (2022). Retrieved 23 Februari 2022, from https://www.webmd.com/asthma/guide/status-asthmaticus

Iftikhar, Noreen. Recognizing and Treating Status Asthmaticus. (2022). Retrieved 23 Februari 2022, from https://www.healthline.com/health/status-asthmaticus

Loengard, Anna. An Overview of Status Asthmaticus. (2022). Retrieved 23 Februari 2022, from https://www.verywellhealth.com/status-asthmaticus-overview-3866901

Nall, Rachel. What to Know About Status Asthmaticus. Retrieved 23 Februari 2022, from https://www.medicalnewstoday.com/articles/325500