Tetanus Neonatorum

Bagikan :


Definisi

Tetanus neonatorum adalah salah satu tipe dari penyakit tetanus. Tetanus sendiri merupakan infeksi bakteri yang ditandai dengan kekakuan otot seluruh tubuh disertai nyeri pada rahang dan leher. Tetanus neonatorum dinamakan demikian karena menyerang bayi yang baru lahir hingga usia 28 hari. Penyakit ini berisiko tinggi menyebabkan kematian pada bayi baru lahir. Pada tahun 2015, sekitar 34.000 bayi baru lahir meninggal akibat tetanus neonatorum.

Penyebab

Tetanus disebabkan oleh infeksi bakteri Clostridium tetani, yang ditemukan di tanah, debu, atau kotoran hewan. Bakteri ini dapat ditemukan di seluruh dunia, namun paling sering ditemukan di daerah dengan iklim hangat dan lembap, yang menjadikan tanah kaya akan zat-zat organik. Bakteri tersebut dapat memasuki tubuh manusia lewat luka tusuk, luka gores, suntikan dengan alat suntik yang tidak steril, atau gigitan serangga. Penyebab infeksi tersering adalah luka-luka yang kecil dan bahkan tidak disadari, seperti luka gores akibat kayu, besi, atau duri tanaman. Infeksi akan semakin mudah terjadi apabila orang yang bersangkutan tidak divaksinasi tetanus. Namun, penyakit ini tidak dapat ditularkan dari satu orang ke orang lainnya.

Tetanus neonatorum disebabkan oleh infeksi yang terjadi akibat infeksi pada tali pusat saat proses kelahiran. Hal ini dapat disebabkan kurangnya memerhatikan kebersihan saat proses persalinan serta belum lengkapnya imunisasi tetanus pada ibu. Infeksi ini paling sering terjadi akibat pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril.

Faktor Risiko

Tetanus neonatorum lebih rentan terjadi pada bayi yang lahir pada ibu yang tidak divaksinasi tetanus, lahir di rumah atau tanpa pertolongan tenaga kesehatan, pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril, ibu dengan riwayat bayi yang terjangkit tetanus neonatorum sebelumnya, serta pemberian zat-zat yang dapat menginfeksi tali pusat, seperti kotoran hewan, lumpur, dan sebagainya.

Gejala

Gejala tetanus neonatorum adalah kekakuan otot seluruh tubuh, yang diawali dengan ketidakmampuan bayi meminum atau menyedot ASI, serta menangis terlalu sering (terlalu iritabel). Kekakuan otot seluruh tubuh ini dapat terjadi dipicu oleh sentuhan. Kekakuan otot ini disebut sebagai opistotonus, yang melibatkan otot kepala, leher, dan punggung sehingga membentuk busur atau lengkungan. Selain itu, wajah bayi tampak seperti meringis dan bayi tidak dapat membuka mulutnya. Gejala-gejala ini biasanya muncul pada hari ke-3 hingga hari ke-10 setelah kelahiran.

Saat kekakuan otot terjadi, peredaran darah juga dapat terganggu. Tekanan darah dan denyut jantung menjadi sangat tidak stabil. Pada kasus yang parah, serangan jantung dapat terjadi.

Diagnosis

Diagnosis tetanus neonatorum dilakukan berdasarkan gejala yang tampak pada bayi. Menurut World Health Organization (WHO), tetanus neonatorum ditegakkan apabila bayi dapat minum ASI dan menangis normal pada 2 hari pertama kelahiran, namun mulai kehilangan kemampuan ini pada hari ke-3 hingga hari ke-28, dan menjadi kaku atau mengalami kontraksi otot secara tiba-tiba tanpa disadari.

Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan untuk mendiagnosis penyakit ini.

Tatalaksana

Tetanus neonatorum adalah kondisi kegawatdaruratan yang membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit. Penanganan penyakit ini dilakukan dengan penyuntikan kekebalan tubuh pasif terhadap tetanus, yang disebut sebagai human tetanus immunoglobulin (TIG). Penyuntikan kekebalan tubuh ini perlu dilakukan secepat mungkin untuk mencegah perburukan penyakit. Jika kekebalan tubuh ini tidak tersedia, alternatif lainnya adalah penggunaan serum antitetanus yang disuntikkan ke pembuluh darah. Namun, sebelum pemberian serum, tes alergi perlu dilakukan terlebih dahulu. Alternatif lainnya dapat pula berupa kekebalan tubuh yang disuntikkan ke dalam pembuluh darah, disebut sebagai intravenous immunoglobulin (IVIG).

Selain itu, penanganan akan melibatkan pemberian obat-obatan untuk mengontrol kontraksi otot, serta antibiotik untuk menangani infeksi. Obat-obatan ini dapat diberikan dengan disuntikkan.

Selain obat-obatan, beberapa hal lainnya akan dilakukan untuk mendukung perawatan bayi dengan tetanus. Bayi akan diletakkan di tempat yang gelap dan sunyi untuk menurunkan risiko kontraksi otot akibat refleks kaget. Selain itu, untuk memastikan nutrisi bayi tetap optimal, bayi akan dipasangkan selang makan. Hal ini juga dilakukan untuk mencegah cairan tertelan ke saluran napas. Apabila terjadi kekakuan otot seluruh tubuh, saluran napas akan dipastikan tetap terbuka dan pengawasan akan dilakukan secara ketat. Hal ini diperlukan untuk mencegah gagal napas dan ketidakstabilan peredaran darah pada bayi.

Setelah bayi sembuh dari tetanus, pemberian vaksinasi tetanus dilakukan sesuai usia. Vaksinasi tetanus pada anak wajib dilakukan enam kali. Tiga vaksin pertama dilakukan pada usia 2, 3, dan 4 bulan, bersama dengan vaksinasi difteri dan pertusis (batuk rejan), sehingga disebut sebagai DTP (difteri, tetanus, pertusis). Setelah itu, tiga vaksin berikutnya adalah dosis booster, untuk memperkuat pertahanan tubuh. Vaksinasi ini dapat dilakukan pada usia 18 bulan, 5-7 tahun (sesuai jadwal imunisasi anak sekolah), dan usia 10-18 tahun.

Tidak hanya itu, ibu juga perlu melakukan vaksinasi tetanus, yang disebut sebagai tetanus toksoid (TT) sebanyak 5 kali. Vaksinasi ini perlu diberikan untuk menurunkan risiko tetanus pada ibu maupun bayi saat hamil hingga lahir nantinya.

Komplikasi

Kematian akibat tetanus neonatorum terjadi pada 90-100% kasus. Jika bayi selamat, bayi dapat mengalami gangguan perkembangan, perilaku, serta penurunan kemampuan gerak, bicara, dan bahasa.

Pencegahan

Pencegahan tetanus neonatorum dilakukan dengan vaksinasi tetanus pada wanita usia subur, wanita yang hendak menikah, serta ibu hamil. Vaksinasi ini dilakukan minimal 3 kali, dan lengkap dalam 5 dosis. Jika ibu belum pernah divaksinasi tetanus atau tidak diketahui riwayat vaksin sebelumnya, vaksinasi dosis pertama akan dilakukan saat asuhan kehamilan (antenatal care), 1 bulan setelah dosis pertama, 6 bulan setelah dosis kedua, 1 tahun setelah dosis ketiga, dan 1 tahun setelah dosis keempat. Sementara itu, pada ibu yang sudah pernah divaksinasi tetanus, dosis booster mungkin akan diperlukan.

Vaksinasi yang diberikan berupa TT, yang aman untuk kehamilan, bahkan sangat dianjurkan. Jika ibu sedang sakit saat kunjungan asuhan kehamilan, vaksinasi dapat dilakukan segera setelah sembuh. Pada ibu yang telah divaksinasi tetanus, bayi mendapatkan kekebalan pasif dari ibu dan kekebalan tersebut dapat bertahan selama beberapa bulan.

Selain itu, pencegahan tetanus neonatorum dapat dilakukan dengan rutin melakukan asuhan kehamilan di fasilitas kesehatan terdekat agar perencanaan kehamilan dan persalinan dapat dilakukan dengan baik. Persalinan pun harus dilakukan dengan peralatan yang steril, terutama saat pemotongan tali pusat bayi. Jika ibu menjalani pembedahan atau prosedur perawatan gigi, proses sterilisasi alat dan perawatan luka harus dilakukan dengan baik.

Kapan harus ke dokter?

Segeralah ke dokter apabila Anda melihat bayi yang baru lahir tidak dapat minum ASI serta mengalami kekakuan otot seluruh tubuh beberapa hari setelah kelahiran. Hal ini dapat menandai adanya tetanus neonatorum. Tidak hanya itu, jika Anda atau pasangan Anda sedang hamil, pastikan ibu hamil rutin melakukan asuhan kehamilan di fasilitas kesehatan terdekat dan melengkapi dosis vaksinasi tetanus. Hal ini sangat penting untuk mencegah tetanus pada ibu dan anak. Pada tetanus neonatorum, pencegahan sangat penting karena penyakit ini memiliki angka kematian dan kecacatan yang sangat tinggi.

Writer : dr Teresia Putri
Editor :
  • dr Ayu Munawaroh, MKK
Last Updated : Sabtu, 15 April 2023 | 23:00

Bae, C., & Bourget, D. (2021). Tetanus. Retrieved 27 December 2021, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459217/

Hinfey, P. (2019). Tetanus: Background, Pathophysiology, Etiology. Retrieved 27 December 2021, from https://emedicine.medscape.com/article/229594-overview#showall

IDAI | Jadwal Imunisasi IDAI 2020. (2020). Retrieved 27 December 2021, from https://www.idai.or.id/tentang-idai/pernyataan-idai/jadwal-imunisasi-idai-2020

Neonatal Tetanus. Retrieved 27 December 2021, from https://www.who.int/immunization/monitoring_surveillance/burden/vpd/WHO_SurveillanceVaccinePreventable_14_NeonatalTetanus_R1.pdf

Tetanus. (2018). Retrieved 27 December 2021, from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/tetanus