Definisi
Trombosis vena leher merupakan trombus (bekuan darah) yang ada pada pembuluh darah balik (vena) pada leher. Secara khusus, kondisi ini menjelaskan adanya trombus pada vena jugularis interna. Kondisi ini sering kali tidak terdiagnosis, dan merupakan komplikasi dari infeksi kepala dan leher, pembedahan, pemasangan selang infus pada pembuluh besar, pijat leher, keganasan, dan penyalahgunaan zat lewat jarum suntik.
Penyebab
Trombosis vena leher paling sering terjadi karena pemasangan selang pada pembuluh darah balik yang besar. Biasanya, pemasangan selang ini diikuti dengan obat untuk mencegah pembekuan darah, seperti heparin. Namun, pemasangan selang ini tetap menyebabkan perubahan aliran darah serta menyebabkan cedera pada lapisan terdalam pembuluh darah. Kedua hal ini meningkatkan risiko terjadinya pembekuan darah.
Penyebab lainnya adalah infeksi. Infeksi ini dapat berupa sindrom Lemierre, infeksi pada jaringan ikat, atau infeksi yang berasal dari jarum suntik bekas. Sindrom Lemierre merupakan infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Fusobacterium, dan dapat menyebabkan peradangan serta infeksi pada pembuluh darah balik di leher. Sementara itu, infeksi pada jaringan ikat dapat terjadi sebagai penyebaran infeksi gigi atau rahang. Infeksi yang berasal dari jarum suntik bekas berisiko tinggi merupakan infeksi bakteri Staphylococcus aureus resisten metisilin (methicillin-resistant Staphylococcus aureus, MRSA), yang kebal terhadap banyak antibiotik. Trombosis vena leher juga dapat terjadi secara spontan.
Faktor Risiko
Peningkatan risiko trombosis vena leher terjadi akibat adanya kondisi yang meningkatkan kekentalan darah. Kondisi ini dapat berupa kelainan bawaan seperti status hiperkoagulabel (kondisi ketika darah sangat kental dan mudah membeku) yang disebabkan oleh kekurangan protein S, protein C, antitrombin, serta mutasi faktor V (lima) Leiden. Sementara itu, kondisi yang didapat juga mungkin menyebabkan darah mengental, seperti riwayat sumbatan akibat bekuan darah sebelumnya, keganasan, hamil, pil KB, obat suntik, cedera, dan imobilisasi (menetap pada satu posisi dalam jangka waktu yang lama).
Gejala
Tanda dan gejala trombosis vena leher seringkali sangat ringan atau tidak tampak, sehingga sering salah terdiagnosis. Gejala yang dapat terjadi pada trombosis vena leher berdasarkan angka kemunculannya adalah sebagai berikut:
- Demam
- Massa leher atau bengkak
- Nyeri leher
- Infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh
- Komplikasi paru
- Penumpukan darah pada pembuluh darah balik dekat jantung
- Penumpukan lemak di dekat paru
- Kelumpuhan otot-otot lidah, tenggorokan, dan leher
- Masalah saraf yang melewati leher
- Tanda peningkatan tekanan di dalam kepala: nyeri kepala dan pandangan ganda
Diagnosis
Pemeriksaan yang umum dilakukan untuk trombosis adalah pemeriksaan D-dimer, yaitu hasil penguraian zat yang berfungsi untuk membekukan darah. Peningkatan kadar D-dimer terjadi pada keganasan, infeksi menyeluruh, pembedahan atau cedera, dan kehamilan. Selain itu, pemeriksaan lainnya yang dapat dilakukan adalah ultrasonografi dengan Doppler, yang dapat mendeteksi adanya bekuan darah pada pembuluh darah. Pemeriksaan lainnya adalah computed tomography (CT) scan yang dapat melihat masalah aliran pada pembuluh darah.
Pemeriksaan untuk mencari adanya kekurangan kadar protein, kenaikan faktor pembekuan darah, kurangnya zat-zat tertentu, atau adanya masalah kekebalan tubuh yang menyerang diri sendiri (autoimun) dapat pula dilakukan jika sarana tersedia. Dokter juga dapat memeriksakan waktu pembekuan darah untuk mencari kemungkinan masalah pembekuan darah.
Jika terjadi infeksi pada pembuluh darah balik, kultur darah perlu dilakukan. Kultur darah merupakan pengambilan darah untuk mengembangbiakkan kuman yang terdapat di dalamnya. Normalnya, kultur darah tidak menunjukkan pertumbuhan kuman apapun. Namun, jika ada infeksi yang sudah sampai di darah, kultur darah dapat menunjukkan adanya kuman. Kuman ini dikembangbiakkan selama beberapa hari.
Tata Laksana
Trombosis vena leher yang tidak disertai komplikasi dapat ditangani dengan obat-obatan. Sebelum obat-obatan diberikan, dokter akan menentukan risiko pendarahan pada pasien. Kemudian, pemberian obat-obatan akan disesuaikan dengan risiko tersebut. Obat-obatan yang diberikan dapat berupa antikoagulan, trombolitik, atau antibiotik. Antikoagulan dan trombolitik merupakan obat-obatan yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah, namun memiliki efek samping berupa perdarahan.
Jika ada selang infus yang terhubung dengan pembuluh darah balik besar, selang infus itu harus segera dilepas. Selang infus tersebut tidak boleh dilepas apabila pasien berpotensi mengalami kejadian yang mengancam nyawa tanpa selang infus tersebut.
Apabila terjadi infeksi pada pembuluh darah balik, dokter akan memberikan antibiotik suntik. Biasanya, antibiotik saja cukup untuk menangani infeksi tersebut. Apabila ada masalah pembekuan darah yang cukup parah, dokter dapat memberikan obat-obatan untuk mengencerkan darah. Pemberian antibiotik ini dilakukan di rumah sakit, dan dapat dilanjutkan hingga 4-6 minggu.
Tata laksana berupa pembedahan dapat dilakukan apabila ada komplikasi. Komplikasi tersebut dapat berupa infeksi pada leher yang perlu dibersihkan. Pembersihan ini juga dilakukan untuk mengambil jaringan-jaringan yang sudah mati atau terinfeksi. Jika terjadi pengumpulan nanah di dalam pembuluh darah, pembuluh darah kemungkinan akan dibuka untuk membersihkan nanah tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah komplikasi berupa penyebaran infeksi.
Komplikasi
Komplikasi trombosis vena leher dapat berupa pembentukan bekuan darah di tempat lainnya, seperti pembuluh darah paru, pembuluh darah subklavia pada bahu, serta sinus sagitalis pada otak. Selain itu, sumbatan dapat pula terjadi pada pembuluh darah balik yang cukup besar, sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher dan wajah. Komplikasi lainnya dapat berupa tekanan di dalam kepala yang terlalu tinggi serta pembengkakan tenggorokan dan saluran napas bagian bawah.
Trombosis vena leher memiliki angka kematian yang bervariasi. Sebuah studi menunjukkan bahwa angka kematian mencapai 44%. Risiko kematian meningkat terutama pada pasien berusia di atas 75 tahun, pasien yang tidak ditangani dengan pengencer darah, serta pasien yang menggunakan selang infus pada pembuluh darah balik sentral.
Pencegahan
Trombosis vena leher cukup sulit untuk dicegah karena sebagian besar kasus tidak disertai dengan gejala. Oleh karena itu, pengenalan gejala oleh tenaga kesehatan sangat diperlukan. Gejala tersebut dapat berupa pembengkakan, merah, serta rasa hangat dan nyeri pada sudut rahang atau bagian samping leher. Namun, pencegahan kejadian berulang dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan untuk mencari adanya keganasan, masalah pembekuan darah, kondisi autoimun, dan infeksi. Kondisi-kondisi tersebut dapat meningkatkan risiko Anda mengalami trombosis vena leher.
Kapan Harus ke Dokter?
Trombosis vena leher seringkali tidak menimbulkan gejala. Namun, gejala yang dapat Anda rasakan berupa pembengkakan, merah, rasa hangat, dan nyeri pada daerah rahang dan leher. Jika Anda merasakan gejala-gejala tersebut, Anda dapat segera berobat ke dokter. Selain itu, jika Anda sedang menjalani terapi kanker, mengonsumsi pil KB, atau sedang hamil, Anda dapat menanyakan risiko Anda mengalami kondisi ini kepada dokter. Jika Anda didiagnosis kondisi ini, Anda memerlukan terapi pengencer darah secara rutin, meskipun Anda tidak mengalami gejala apapun. Sebaiknya Anda menaati saran dokter, karena trombosis vena leher memiliki komplikasi yang berisiko tinggi menyebabkan kecacatan dan kematian.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Anita Larasati Priyono
Lee, Y., & Siddiqui, W. (2021). Internal Jugular Vein Thrombosis. Retrieved 24, 2022, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK541111/
Mueller, D. (2022). Internal Jugular Vein Thrombosis: Background, Anatomy, and Pathophysiology. Retrieved 24, 2022, from https://emedicine.medscape.com/article/461577-overview
Scerrati, A., Menegatti, E., Zamboni, M., Malagoni, A., Tessari, M., Galeotti, R., & Zamboni, P. (2021). Internal Jugular Vein Thrombosis: Etiology, Symptomatology, Diagnosis and Current Treatment. Diagnostics, 11(2), 378. doi: 10.3390/diagnostics11020378