Definisi
Vaginosis bakteri adalah penyakit yang terjadi karena flora normal vagina tumbuh secara berlebihan. Secara alamiah, ada berbagai jenis bakteri yang bertempat di organ kelamin wanita yaitu vagina, ada bakteri "baik" dan bakteri "tidak sehat". Tubuh biasanya memiliki mekanisme kerja untuk mengendalikan dan menyediakan lingkungan yang seimbang untuk beragam bakteri tersebut, agar bakteri tidak tumbuh berlebihan dan terus terkendali.
Meskipun demikian, apabila terjadi sesuatu yang membuah bakteri tertentu bertumbuh berlebihan, maka bisa terjadi vaginosis bakteri. Kondisi ini cukup umum ditemukan pada wanita, namun bila tidak ditangani bisa menimbulkan komplikasi dan membuat seseorang memiliki peningkatan risiko terkena infeksi menular seksual.
Wanita umumnya mengeluhkan keputihan yang berbau khas. Vaginosis bakteri dapat dikatakan sebagai infeksi vagina yang paling umum ditemukan pada wanita berusia subur, dan diperkirakan telah terjadi pada sekitar 5-70% kasus pada wanita. Diperkirakan penyakit ini paling banyak ditemukan di beberapa negara Afrika, serta paling sedikit kasusnya di benua Asia dan Eropa. Di Amerika Serikat sendiri, sekitar 30% wanita berusia 14-49 tahun diestimasikan pernah mengalami penyakit vaginosis bakteri.
Penyebab
Vaginosis bakteri tidak dianggap sebagai infeksi menular seksual (IMS), karena bakteri penyebab vaginosis umumnya berasal dari bakteri pada vagina penderita. Penyakit ini bisa menyerang perempuan pada segala usia. Ketidakseimbangan flora pada vagina menjadi penyebab terjadinya vaginosis bakteri.
Ada peningkatan total bakteri pada vagina, di mana bakteri-bakter lain jumlahnya meningkat, dan spesies bakteri Lactobacilli yang awalnya berjumlah banyak pada vagina menjadi berkurang. Diduga bakteri Gardnerella vaginalis membuat biofilm yang membuat bakteri "jahat" bisa tumbuh di dalam vagina. Selain itu, Gardnerella vaginalis juga bisa menyebar antara wanita yang berhubungan seksual dengan wanita, saat berkontak langsung dengan selaput lendir atau berkontak dengan sex toy.
Bakteri-bakteri lain juga bisa tumbuh berlebihan dan turut menyebabkan vaginosis bakteri. Jumlah bakteri bisa tumbuh 100-1000 kali lebih banyak dari biasanya.
Faktor Risiko
Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya vaginosis bakteri, di antaranya:
- Ras Afrika-Amerika.
- Tidak menggunakan kondom selama melakukan hubungan seksual.
- Menggunakan kontrasepsi spiral (IUD).
- Memiliki riwayat rutin membersihkan bagian dalam vagina dengan air atau cairan tertentu (douching).
- Kebiasaan merokok.
- Ada pemakaian antibiotik sebelumnya.
- Berganti-ganti pasangan seksual.
- Wanita tuna susila.
- Kehamilan.
Gejala
Vaginosis bakteri belum tentu selalu menimbulkan gejala klinis, sehingga terkadang pasien tidak memiliki keluhan apapun. Pada kebanyakan kasus, pasien dapat mengeluhkan adanya duh tubuh atau cairan berbau amis yang keluar dari vagina. Duh ini bisa berwarna putih atau abu-abu.
Keluhan lain yang bisa dirasakan pasien antara lain:
- Sensasi terbakar saat buang air kecil.
- Bibir kelamin (vulva) terasa gatal dan nyeri.
- Keputihan berbau amis seperti ikan.
- Nyeri pada kelamin yang bisa muncul sebelum, selama, atau setelah berhubungan intim.
Pada beberapa kasus, bau keputihan tersebut dapat tercium lebih kuat setelah melakukan hubungan seksual tanpa kondom atau pengaman, apabila cairan sperma bercampur dengan duh vagina.
Diagnosis
Diagnosis vaginosis bakteri adalah diagnosis yang dapat ditegakkan melalui wawancara medis, pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan penunjang bila tersedia dan diperlukan untuk dilakukan.
Wawancara Medis
Pada wawancara medis, dokter akan menanyakan gejala yang dirasakan oleh pasien saat ini. Gejala-gejala yang ada dapat mengarahkan dokter ke suatu penyakit tertentu. Oleh karena itu, Anda perlu mengutarakan gejala yang dirasakan selengkap mungkin dan disertai dengan sejak kapan gejala tersebut mulai dirasakan. Informasi lain seperti riwayat penyakit Anda, pengobatan yang sudah Anda lakukan, bagaimana aktivitas seksual Anda juga bisa disampaikan. Hal ini penting bagi dokter dalam rangka menegakkan diagnosis vaginosis bakteri. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang bila perlu.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, dokter akan melakukan pemeriksaan sesuai dengan gejala yang dirasakan oleh pasien sehingga dapat ditemukan beberapa tanda klinis yang merupakan tanda objektif suatu penyakit.
Pada kasus vaginosis bakteri, dokter dapat melihat langsung keputihan pada kelamin atau pakaian dalam pasien. Dokter juga bisa melihat langsung kondisi kelamin pasien dan memeriksa juga area tubuh di sekitarnya.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang juga memiliki peran dalam menegakkan atau memastikan diagnosis vaginosis bakteri. Dokter bisa mengambil sampel duh tubuh untuk diperiksa di bawah mikroskop dan melihat mikroba penyebab penyakit. Pemeriksaan pewarnaan gram juga bisa dilakukan untuk mencari tahu strain bakteri penyebab vaginosis, walaupun pemeriksaan ini jarang dilakukan pada praktik klinis.
Tata Laksana
Beberapa kasus pada vaginosis bakteri dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Namun, pada beberapa kasus lainnya, diperlukan pengobatan dengan antibiotik untuk mengobati kasus pasien. Dokter bisa memberikan pil atau kapsul antibiotik untuk diminum. Apabila dokter meresepkan antibiotik pada Anda, pastikan agar anda mengonsumsi antibiotik tersebut sampai habis sesuai dengan arahan dan panduan dari dokter. Bila tidak dihabiskan, bakteri bisa resisten terhadap antibiotik dan pengobatan selanjutnya akan semakin sulit.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu dalam penanganan vaginosis bakteri, yaitu:
- Konsumsi makanan yang mengandung probiotik, seperti yogurt atau suplemen probiotik.
- Menggunakan pakaian dalam dengan bahan yang lembut dan tidak ketat.
- Memakai sabun tanpa pewangi bila memungkinkan.
- Bilas dan keringkan area kelamin dengan lembut dan bersih, usap dari depan ke belakang setelah menggunakan kamar mandi.
Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang dapat muncul apabila terjadi vaginosis bakteri, di antaranya:
- Dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi menular seksual lain seperti HIV, klamidia, atau gonore.
- Apabila Anda sedang hamil dan mengalami vaginosis bakteri, maka Anda memiliki risiko untuk mengalami persalinan prematur.
Apabila vaginosis bakteri tidak ditangani dengan baik, maka ada kondisi medis yang dikenal dengan penyakit radang panggul. Penyakit ini bila timbul dan tidak terobati, berisiko menimbulkan infertilitas atau ketidaksuburan dalam kehamilan, serta meningkatkan risiko persalinan prematur.
Pencegahan
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya vaginosis bakteri, yaitu dengan memakai alat pengaman seperti kondom selama aktivitas seksual. Interaksi antara cairan sperma dan vagina dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini. Selain itu, hindari aktivitas douching atau penggunaan produk pewangi pada organ kelamin. Hal ini dapat menyebabkan pH vagina terganggu, membuat bakteri pada vagina bisa tumbuh berlebihan. Batasi hubungan seksual dengan satu pasangan saja.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika Anda mengalami keputihan yang tidak kunjung hilang, atau keluhan menjadi semakin memburuk, seperti mengalami nyeri pada perut yang memberat, nyeri pada panggul atau demam, sebaiknya Anda memeriksakan diri lebih lanjut ke dokter spesialis kulit dan kelamin. Dokter akan melakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan penunjang tertentu untuk menetapkan diagnosis pasti dari penyakit yang mendasarinya dan tata laksana yang tepat dan sesuai kebutuhan.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Hanifa Rahma