Sebagian pasangan suami istri merencanakan memiliki anak lebih dari satu. Namun dalam perjalanannya, proses untuk mendapatkan anak kedua ternyata tidak semudah ketika dikaruniai anak pertama. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai macam faktor, mulai dari usia hingga gaya hidup yang tidak sehat.
Mengapa Sulit Memiliki Anak Kedua?
Kondisi sulit memiliki anak kedua dikenal dengan istilah infertilitas sekunder (secondary infertility). Anda disebut mengalami infertilitas sekunder jika kelahiran anak pertama terjadi secara alami tanpa bantuan obat atau terapi kesuburan dan bayi tabung.
Infertilitas sekunder biasanya didiagnosis setelah Anda dan pasangan sulit memiliki anak meskipun telah berhubungan intim dalam jangka waktu 6 bulan hingga 1 tahun tanpa alat kontrasepsi. Infertilitas sekunder juga dapat dikaitkan dengan kondisi wanita dapat hamil namun mengalami keguguran atau tidak dapat mempertahankan kehamilan tersebut.
Infertilitas sekunder merupakan peristiwa yang umum terjadi dan dapat dialami baik pria maupun wanita. Bagi wanita, proses hamil dan melahirkan sebelumnya dapat menyebabkan perubahan pada wanita. Hal ini juga ikut memengaruhi peluang kehamilan pada pasangan.
Dilansir dari Cleveland Clinic, beberapa penyebab infertilitas sekunder di antaranya:
Penurunan kualitas sel telur
Pada wanita, seiring dengan bertambahnya usia, kualitas dan jumlah sel telur yang dihasilkan akan menurun. Namun bagi perempuan yang berusia di bawah 35-40 tahun, ada beberapa kondisi yang memengaruhi kualitas sel telur seperti autoimun atau faktor genetik lainnya.
Masalah pada sel sperma
Dilansir dari Mayo Clinic, masalah pada sel sperma seperti menurunnya jumlah sel sperma atau motilitas sperma juga dapat menyebabkan infertilitas sekunder. Hal ini bisa dipengaruhi oleh usia, penurunan hormon testosteron karena cedera atau obat-obatan, dan masalah lain dalam sistem reproduksi pria.
Endometriosis
Endometriosis adalah tumbuhnya jaringan rahim di luar rahim. Jaringan ini dapat tumbuh di organ lain seperti panggul maupun organ lainnya. Adanya jaringan ini menyebabkan jaringan parut yang dapat menghambat bertemunya sel telur dan sperma. Akibatnya, peluang untuk hamil akan semakin berkurang.
Masalah pada rahim
Adanya masalah pada rahim seperti fibroid rahim (pertumbuhan jaringan otot rahim non kanker) dan adenomiosis (tumbuhnya lapisan permukaan rongga rahim di dalam dinding otot rahim) juga dapat menimbulkan perdarahan, nyeri dan menyebabkan gangguan kesuburan.
Berkurangnya frekuensi berhubungan intim
Salah satu faktor penting dalam meningkatkan peluang kehamilan adalah frekuensi berhubungan intim. Seiring bertambahnya usia dan kesibukan, Anda dan pasangan mungkin akan mengalami penurunan gairah seksual sehingga frekuensi berhubungan intim semakin berkurang. Jika Anda berencana untuk menambah momongan, sebaiknya bicarakan dengan pasangan mengenai frekuensi berhubungan intim di masa subur.
Faktor gaya hidup
Pertambahan usia dan gaya hidup seperti penambahan berat badan, penggunaan obat-obatan, kebiasaan merokok dan minum alkohol juga dapat mengganggu kesuburan sehingga Anda sulit untuk memiliki anak kedua.
Bagaimana Cara Meningkatkan Peluang Memiliki Anak Kedua?
Untuk mengetahui penyebab infertilitas sekunder perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter kandungan. Jika infertilitas sekunder disebabkan oleh kondisi medis, maka sebaiknya dilakukan penanganan masalah medis tersebut terlebih dahulu baru kemudian melanjutkan program hamil.
Namun jika permasalahan infertilitas disebabkan oleh gaya hidup, beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk memperbesar peluang kehamilan antara lain menerapkan gaya hidup sehat, berhenti merokok dan minum alkohol, makan makanan yang sehat, rutin berolahraga dan mengelola stres dengan baik.
Infertilitas sekunder atau kesulitan menambah anak kedua merupakan masalah kesuburan yang banyak dialami pasangan suami istri. Kondisi ini dapat disebabkan oleh usia, kondisi kesehatan masing-masing pasangan dan berbagai faktor lainnya. Jika Anda sedang berencana menambah jumlah momongan, maka sebaiknya konsultasikan masalah ini dengan dokter kandungan agar mendapat penanganan yang sesuai.
Mau tahu informasi seputar kehamilan, menyusui, kesehatan wanita dan anak-anak? Cek di sini, ya!
- dr Anita Larasati Priyono